NovelToon NovelToon
ANTARA CINTA DAN DENDAM

ANTARA CINTA DAN DENDAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Sania, seorang dokter spesialis forensik, merasakan hancur saat calon suaminya, Adam, seorang aktor terkenal, meninggal misterius sebelum pernikahan mereka. Polisi menyatakan Adam tewas karena jatuh dari apartemen dalam keadaan mabuk, namun Sania tidak percaya. Setelah melakukan otopsi, ia menemukan bukti suntikan narkotika dan bekas operasi di perut Adam. Menyadari ini adalah pembunuhan, Sania menelusuri jejak pelaku hingga menemukan mafia kejam bernama Salvatore. Untuk menghadapi Salvatore, Sania harus mengoperasi wajahnya dan setelah itu ia berpura-pura lemah dan pingsan di depan mobilnya, membuat Salvatore membawanya ke apartemen. Namun lama-kelamaan Salvatore justru jatuh hati pada Sania, tanpa mengetahui kecerdikan dan tekadnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Sania masih menutup mulutnya agar tangisannya tidak terdengar mereka.

Ia masuk kedalam mobil sampai menunggu situasi aman.

Ia memandang kartu nama yang diberikan oleh Papa Erwin.

Disaat Sania akan menghidupkan mesin mobilnya tiba-tiba ia dikejar oleh seorang yang membuka pintu.

"Papa!"

Sania melihat luka tembak yang ada di bahu Papa Erwin.

"Lekas pergi dari sini, San." ucap Papa Erwin.

"Mama kemana, Pa?" tanya Sania.

Papa Erwin menggelengkan kepalanya sambil menahan rasa sakitnya.

Sania menangis sesenggukan sambil menghidupkan mesin mobilnya.

Ia segera melajukan mobilnya menuju ke rumah Bima Aditya.

Di sepanjang perjalanan Sania melihat Papa Erwin yang menekan lukanya.

"Pa, kita ke rumah sakit dulu saja." ucap Sania.

Papa menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau semua tempat tidak aman untuk Sania.

"Kita langsung ke rumah Bima saja, San. Papa bisa menahannya."

Sania pun kembali mempercepat laju mobilnya menuju ke rumah Bima.

Mobil Sania berhenti di depan sebuah rumah tua yang dikelilingi pagar tinggi dan pepohonan lebat.

Lampu-lampu halaman redup, hanya satu cahaya dari teras yang menerangi jalan masuk.

Sania keluar dengan tergesa, berlari ke arah pintu sambil menopang tubuh Papa Erwin yang semakin lemah.

Tangannya gemetar ketika menekan bel rumah Bima.

Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. Seorang pria berwajah tegas dengan janggut tipis dan mata tajam muncul di ambang pintu.

“Erwin?” ucap Bima kaget, segera menahan tubuh sahabatnya yang hampir roboh.

Bima mengajak mereka masuk dan membawa Erwin ke ruang bawah tanah yang tampak seperti laboratorium kecil dimana ada meja operasi, lampu sorot, dan beberapa alat medis berderet rapi.

Sania membantu menyiapkan peralatan, tangannya masih gemetar tapi pikirannya terlatih sebagai dokter forensik.

Peluru masih menancap di bahu Erwin dan segera ia memberikan suntikan anastesi untuk mengoperasi Erwin.

Bima mengeluarkannya dengan hati-hati, sementara Sania menekan luka itu agar darah tidak terus mengucur.

“Dia kehilangan banyak darah,” ucap Sania dengan suara serak.

Bima hanya mengangguk pelan, lalu menjahit luka itu dengan cepat.

Setelah menutupnya dengan perban, ia menarik napas panjang.

“Untuk sementara aman. Tapi kita harus tetap waspada.”

Sania menatap Bima dengan mata merah, menahan tangis.

“Papa dan Mama diserang dan mereka membunuh Mama, Om Bim.”

Bima terdiam dan menatap wajah Sania yang ada di hadapannya.

“Aku sudah menduga ini akan terjadi. Orang-orang yang membunuh Adam tidak akan berhenti sampai kamu ikut terkubur.”

Sania menunduk, menggenggam erat kartu nama yang masih ia pegang.

“Aku harus tahu kebenarannya. Aku nggak percaya Adam meninggal karena jatuh atau mabuk. Pasti sesuatu yang disembunyikan.”

Bima berjalan mendekat dan menatap Sania dalam-dalam.

“Kamu ingin melakukan apa?”

Sania mendongakkan kepalanya dan mengatakan kalau ia harus ke makam Adam

“Aku harus ke makam Adam malam ini. Aku harus lihat sendiri, apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya.”

Bima berjalan dan mengambil remote televisi dan menunjukkan sesuatu kepada Sania.

"Kamu yakin masih mau ke makam Adam dengan penjaga sangat ketat seperti ini?" tanya Bima sambil tangannya menunjuk ke arah televisi dimana polisi memperketat keamanan di makam Adam.

Sania menganggukkan kepalanya dan ia semakin yakin untuk menyelidiki kematian Adam.

"Baiklah, tapi nanti aku juga ikut. Aku tidak mau kamu sendirian disana." ucap Bima.

Setelah itu Bima kembali memeriksa keadaan Erwin yang masih belum sadarkan diri.

Sania terdiam dan kembali ingat dimana malam Adam mengajaknya makan malam.

'Jika aku pergi jauh. Ingatlah satu hal, kalau itu bukan kecelakaan'

Ia langsung mendekat ke arah televisi sambil menatap makam Adam yang dijaga ketat

"Tunggu aku, Dam. Nanti malam aku kesana." ucap Sania.

Beberapa jam setelah operasi darurat, suasana di ruang bawah tanah rumah Bima begitu hening.

Cahaya lampu redup menyorot wajah pucat Papa Erwin yang kini berbaring lemah di ranjang kecil.

Sania duduk di sampingnya, menggenggam tangan sang ayah dengan erat, sementara Bima sibuk membersihkan alat-alat medis.

Erwin membuka matanya perlahan-lahan sambil menatap wajah putrinya.

“San…” bisiknya pelan.

“Iya, Pa.Aku di sini.”

Erwin tersenyum tipis, lalu memalingkan wajahnya ke arah Bima yang berdiri di ujung meja.

“Bim, tolong jaga putriku,” ucapnya lirih.

Bima terdiam sejenak, lalu menunduk dan mengangguk tegas.

“Selama aku masih hidup, aku nggak akan biarkan siapapun menyentuh Sania.”

Erwin menatap Sania yanh sedang berdiri di hadapannya.

“Hati-hati, Nak. Dunia yang kamu hadapi bukan dunia yang kamu kenal. Tapi aku tahu kamu kuat. Kamu seperti Mama.”

Air mata Sania jatuh deras, tapi ia berusaha menahan isakannya.

“Aku janji, Pa. Aku akan temukan kebenarannya… dan aku akan buat mereka menyesal.”

Erwin tersenyum samar, lalu perlahan kembali memejamkan mata.

"Ayo, kita harus berangkat sekarang sebelum fajar. Ini satu-satunya waktu kita bisa ke sana tanpa ketahuan.”

Mereka berduka lekas menuju ke pemakaman Adam.

Sesampainya di sana, Bima melihat dua polisi yang tertidur di pos penjagaan.

"Tetap tenang. Ikuti aku.”

Mereka berdua berjalan cepat menembus barisan makam, langkah mereka nyaris tanpa suara.

Bima berhenti di depan nisan bertuliskan Adam Smith.

Sania berdiri di sana lama, menatap batu nisan itu dengan mata berkaca-kaca.

“Maaf, Dam. Aku datang telat,” bisiknya.

Bima segera menyiapkan sekop kecil yang dibawanya dari mobil.

“San, awasi sekitar. Aku yang buka dulu.”

Sania menganggukkan kepalanya dan tanpa banyak bicara, Bima mulai menggali tanah dengan cepat dan hati-hati.

Tanah lembap menimbulkan aroma tajam yang menusuk hidung, dan beberapa menit kemudian, suara logam menyentuh kayu peti.

“Sudah, San. Cepat lakukan apa yang harus kamu lakukan,” ucap Bima dengan suara rendah.

Sania menelan ludah, membuka peti itu perlahan dan wajah Adam tampak di bawah sorotan lampu senter.

Wajahnya pucat, tapi masih terlihat untuk seseorang yang disebut mati karena jatuh.

Air mata Sania mengalir, tapi ia menahan tangisnya.

Tangannya bergerak cepat dan terampil seperti seorang dokter sejati, bukan wanita yang baru kehilangan segalanya.

Ia mengambil beberapa sampel darah, cairan lambung, dan jaringan kulit, memasukkannya ke tabung kecil satu per satu.

Setiap gerakannya penuh ketenangan dan duka yang berat.

Ia membuka perban dan melihat perut Adam yang dibedah asal-asalan.

"Dam, kenapa mereka sangat kejam sekali." gumam Sania.

Sania kembali mengambil sampel darah di perut Adam.

“Cepat, San. Waktu kita tidak banyak,” desak Bima lirih.

Sania menganggukkan kepala, menutup kembali peti itu dengan hati-hati.

“Aku janji, Dam. Aku akan temukan siapa yang melakukan ini padamu.”

Bima membantu menimbun tanah kembali hingga rapi seperti semula.

Begitu selesai, mereka berdua segera kembali ke mobil.

Malam semakin larut, dan hanya suara angin yang mengiringi kepergian mereka dari pemakaman.

1
kalea rizuky
buat pergi jauh lahh sejauh jauhnya
kalea rizuky
biadap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!