Ratusan tahun setelah kemenangan Kaisar Xiao Chen, di sebuah dunia fana yang terpencil, sebuah legenda baru mulai bersemi dari benih yang telah ia tanam.
Xuan Ye adalah seorang yatim piatu, dibuang saat lahir dan dianggap "sampah" karena tidak memiliki akar spiritual. Dia tumbuh di bawah hinaan dan penindasan, tidak menyadari bahwa di dalam darahnya tertidur dua garis keturunan agung: kekuatan ilusi Mata Ungu dari Keluarga Xuan kuno, dan darah Phoenix dari ibunya, seorang bidadari suci dari Aliran Suci. Ibunya, yang dibutakan oleh harga diri sektenya, telah membuangnya karena dianggap sebagai aib dan berbohong pada suaminya bahwa putra mereka telah meninggal.
Di titik terendahnya, Xuan Ye secara "tidak sengaja" menemukan sebuah warisan jiwa yang ditinggalkan oleh Kaisar Xiao Chen. Kesempatan ini membangkitkan Mata Ungu Ilusi miliknya dan memberinya teknik kultivasi jiwa dasar, memberinya kunci untuk memulai perjalanannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27: Sebuah Awal yang Baru
Beberapa hari berlalu setelah peristiwa yang mengguncang Balai Dewan. Nama Xuan Ye kini menjadi legenda di seluruh Sekte Gerbang Awan Biru. Dia bukan lagi "sampah" atau "hantu", melainkan sang "Iblis Ungu", seorang jenius penentang surga yang bangkit dari posisi terendah untuk melumpuhkan seorang tetua yang korup.
Dia kini adalah seorang Murid Inti, status tertinggi bagi seorang murid. Paviliun mewahnya di puncak tertinggi sekte menjadi tempat yang sunyi; tidak ada yang berani mengganggunya. Murid-murid yang dulu mengejeknya kini akan menunduk dan menyingkir saat dia lewat.
Tetapi Xuan Ye tidak peduli pada semua ketenaran dan rasa takut ini. Dia menghabiskan seluruh waktunya di dalam ruang kultivasi, memantapkan alam Ranah Nascent Soul-nya yang baru dan mempelajari resep-resep alkimia yang lebih rumit dari jurnal Yao Gu.
Dia tahu, tempat ini terlalu kecil baginya.
Suatu hari, dia menerima panggilan. Bukan dari Balai Hukuman, melainkan dari puncak tertinggi sekte—kediaman pribadi Master Sekte.
Di dalam sebuah ruang kerja yang sederhana dan dipenuhi aroma teh, Master Sekte yang tua dan bijaksana itu menatap Xuan Ye dengan tatapan yang dalam.
"Xuan Ye," katanya dengan tenang. "Bakatmu... melampaui apa pun yang pernah kulihat dalam seribu tahun hidupku. Sekte Gerbang Awan Biru ini... terlalu kecil untuk menampung seekor naga sepertimu."
Dia tidak bertanya tentang bagaimana Xuan Ye mendapatkan kekuatannya. Seorang ahli sejati menghormati rahasia dan takdir orang lain. "Aku hanya ingin tahu, apa rencanamu selanjutnya?"
Master Sekte kemudian memberikan sebuah tawaran yang luar biasa. "Tetaplah di sini," katanya. "Dengan bakatmu, aku akan memberikanmu semua sumber daya sekte. Dalam seratus tahun, kau akan menjadi Tetua Agung. Dan setelah aku tiada, kau akan menjadi Master Sekte berikutnya."
Ini adalah sebuah tawaran yang tidak akan bisa ditolak oleh murid mana pun.
Tetapi Xuan Ye hanya membungkuk dengan hormat.
"Master Sekte, kebaikan Anda sangat saya hargai," katanya dengan tulus. "Sekte ini telah memberiku tempat berlindung dan kesempatan. Aku tidak akan pernah melupakannya. Tetapi," dia berhenti, matanya yang ungu menatap ke kejauhan, "aku memiliki janji yang harus kutepati, dan musuh yang harus kutemukan di dunia yang lebih luas. Aku tidak bisa tinggal."
Master Sekte menatapnya lama, lalu menghela napas. Dia tidak tampak marah, hanya sedikit menyesal. "Aku sudah menduganya."
Dia tidak mencoba membujuknya lebih jauh. "Jika jalanmu ada di luar sana, maka pergilah. Tapi ingat, kau akan selalu menjadi murid dari Sekte Gerbang Awan Biru."
Sebagai hadiah perpisahan, dia memberinya dua hal. Sebuah Medali Awan Biru yang menandakan statusnya sebagai teman terhormat sekte, dan sebuah peta lengkap dari seluruh Benua Angin Jatuh, yang menunjukkan lokasi faksi-faksi besar dan jalan berbahaya menuju alam yang lebih tinggi, Dunia Bumi.
Sebelum dia pergi, Xuan Ye mengunjungi satu orang terakhir. Jian Chen.
"Jadi kau akan pergi," kata Jian Chen, yang sedang berlatih pedang di halamannya.
"Ya."
"Aku berhutang padamu karena telah menyingkirkan Tetua Shen," kata Jian Chen. "Dia adalah kanker di dalam sekte."
Xuan Ye menggelengkan kepalanya. "Aku hanya menagih hutangku sendiri." Dia membungkuk. "Aku juga berhutang padamu. Tanpa informasimu, aku mungkin sudah mati di lembah itu."
Jian Chen tersenyum tipis. "Jalan kita berbeda, Xuan Ye. Aku mengejar puncak Dao Pedang. Kau mengejar kebenaran dari masa lalumu. Tapi aku harap... kita akan bertemu lagi suatu hari nanti, di puncak yang lebih tinggi."
"Aku juga berharap begitu," balas Xuan Ye.
Malam itu, di bawah selubung kegelapan, Xuan Ye berdiri di gerbang utama Sekte Gerbang Awan Biru untuk terakhir kalinya.
Kurang dari dua tahun yang lalu, dia tiba di sini sebagai seorang pelayan yang putus asa. Sekarang, dia pergi sebagai seorang ahli Nascent Soul, seorang alkemis, dan sang juara.
Dia menatap puncak-puncak gunung yang diselimuti awan itu sekali lagi, lalu berbalik tanpa ragu.