Takdir Gadis Pelunas Hutang

Setelah Istirahat di hotel. Satria dan anak buahnya pun mencari tahu kembali tentang Jingga bahkan mereka tidak tanggung-tanggung meminta bantuan kepada pemerintahan setempat untuk mengakses data Jingga. Namun lagi-lagi gagal dan tidak dapat menemukan apa pun.

Satria begitu prustasi dan kesal ia merasa dirinya seperti sedang dipermainkan. "Aku yakin yang dibelakang istriku bukan orang biasa saat kita ke apartementnya orang itu sudah memberi tahu orang yang berada di balik ini semua untuk menghilangkan jejak istriku. Wow ini luar biasa sekali, sepertinya kita tidak akan berhasil, kita pulang sekarang! Dari pada aku hilang kendali disini"

"Bos tidak mau berusaha lagi untuk mencari nona Jingga? besok kita ke restorannya untuk meminta cctv saat nona Jingga makan disana bersama lelaki itu dan kita akan melacaknya kembali" kata anak buah Satria.

"Tidak. sudah cukup! Istriku masih marah denganku dan dia sudah dibantu oleh orang itu, bukan aku putus asa kalau aku terlalu memaksakannya hasilnya tidak akan baik, yang penting aku sudah tahu keberadaannya bahwa dia baik-baik saja dan aku yakin nanti dia akan kembali ke Indonesia"

"Baiklah aku akan menelpon pilot untuk kembali" kata anak buah Satria.

"Aku memberimu waktu untuk sendiri, tapi setelah kau kembali ke Indonesia aku tidak akan memberimu waktu lagi dan aku percaya kepadamu sekecewa apapun kamu kepadaku kamu tidak akan bermain dibelakangku dengan lelaki itu, karena aku tahu kamu adalah wanita yang memegang prinsip dan mempunyai harga diri yang tinggi." batin Satria.

***

Diruang kerja Mr Wang. Ia sedang tersenyum simpul karena sudah berhasil menghilangkan jejak Jingga.

"Sekalipun kau mencarinya keujung dunia aku tidak akan membiarkanmu menemukan Jingga, Jingga masih tidak ingin kembali denganmu tentu saja aku tidak akan tinggal diam saja, disaat Jingga sudah siap untuk kembali aku akan memberikan jalan, ini pelajaran untuk lelaki yang sudah abai kepada istri" gumam Mr Wang.

***

Jingga dan Dylan pun sudah berada di China ia sedang menuju kamar hotelnya. "Istirahatlah besok kita akan bertemu dengan Mr Chen dan melihat barangnya" kata Dylan sambil mengusap kepala Jingga.

"Oke Brother terima kasih." ucap Jingga lalu masuk kedalam kamar hotelnya.

Dylan pun masuk kekamarnya. Ia mendapatkan pesan dari Mr Wang tentang Satria yang sedang mencari Jingga.

"Heran sekali dia mengabaikan Jingga dan berhubungan kembali dengan mantan istrinya dan sekarang dia sibuk mencari Jingga ada apa sebenarnya?" gumam Dylan dengan heran.

***

Keesokan harinya. Jingga dan Dylan pun pergi untuk melihat barang milik Kliennya yang akan bekerja sama dengannya.

"Dylan aku minta pendapatmu, kalau aku sih sudah oke mereka memproduksi sendiri barangnya dan harganya juga sangat worth it" tanya Jingga sambil memegang sample baju dan barang lainnya.

"Aku juga yes Jingga. selain bagus, aku rasa harganya juga cocok untuk orang-orang kelas menengah kebawah"

"Baiklah aku akan menerima tawarannya, tapi tetap aku ingin lebih memperbanyak produk negri sendiri, ini bukan soal keuntungan Dylan tapi memberi peluang untuk pembisnis kecil dinegaraku." tutur Jingga.

"Baiklah, ayo kita kembali ke office untuk menandatangi kontraknya." kata Dylan lalu mereka pun pergi kedalam office.

***

Perasaan Satria sedikit tenang karena keadaan Jingga baik-baik saja. Namun ia tidak akan memaksanya untuk kembali ia memberikan sedikit waktu untuk Jingga.

Satria sedang duduk diruang keluarga sambil meminum Coffenya. Eyang putri menghampiri Satria.

"Satria sudah hampir satu tahun Jingga pergi apa kamu tidak bisa menemukannya?" tanya Eyang putri dengan sendu.

"Hm... Dia masih kesal kepadaku Eyang, aku tahu selama ini aku kurang peka kepadanya dan aku menyesal dengan itu semua" kata Satria sambil menyeruput coffenya.

"Ini juga bukan sepenuhnya kesalahanmu, Eyang tahu awalnya kamu dan Jingga hanya menikah terpaksa dan tentu saja kalian butuh waktu untuk menyesuaikan diri, namun saat itu masalah kamu dan Viona belum selesai mungkin ada salah paham diantara kamu dan Jingga"

Satria pun mengerutkan kedua alisnya. "Salah paham? Salah paham bagaimana Eyang? aku dan Viona sudah tidak ada apa-apa semenjak perceraian itu, dan ma'af sebelumnya aku tidak percaya dengan Eyang dan aku selama berbulan-bulan mencari bukti kebenaran tentang wanita itu dan setelah semuanya terbukti aku berniat untuk memulai semuanya dari awal dengan Jingga tapi dia malah kabur" ungkap Satria.

"Itulah letak kesalahanmu Satria. kamu masih tinggi dengan egomu yang tidak jelas itu, kamu selalu menyangkal kalau istrimu tidak selingkuh dan nyatanya apa benarkan. lalu kalau wanita ular itu bisa membuktikan tidak bersalah kamu akan kembali lagi bersamanya dan menjadikan Jingga hanya sebagai pelarian?"

Degh... Satria pun terdiam. "Kan memang awalnya aku tidak cinta sama Jingga dan dia terlalu muda untukku, aku tidak tahu harus bagaimana waktu itu, dan setelah aku tidur dengannya ada perasaan lain yang muncul didalam hatiku perasaan yang belum aku rasakan sebelumnya, namun aku selalu menepisnya dan terlambat untuk menyadarinya. Aku tidak menyalahkan Jingga kabur dariku aku anggap ini sebagai hukuman untukku Eyang, dan aku menerima hukuman ini selama hampir satu tahun dan ini sangat menyiksa" kata Satria dengan terisak.

Eyang putri pun merasa Iba kepada Satria. Setaunya Satria tidak pernah curhat dan sampai meneteskan airmatanya hanya untuk perempuan, tetapi kali ini Eyang putri melihat cucunya mempunyai rasa yang amat dalam kepada gadis pilihannya.

"Jika cintamu benar adanya, Eyang yakin Jingga akan kembali kepadamu dan terus perjuangkanlah rasa cintamu karena tidak ada perjuangan yang sia-sia, semoga saja Jingga punya perasaan yang sama, karena Jingga pergi bukan marah tapi kecewa denganmu, mudah-mudahan rasa kecewa itu akan hilang perlahan oleh rasa cinta, walau pun eyang tahu tidak mudah untuk kembali kalau seseorang sudah kecewa tapi setidaknya kamu perjuangkan dulu Jingga" tutur Eyang putri sambil mengusap bahu Satria.

Satria hanya mengangguk dengan perasaan yang tidak menentu. Sebagai cucu pertama ia banyak menanggung beban dan melindungi seluruh keluarganya begitupun dengan kisah percintaannya yang penuh rintangan.

***

Malam hari dikamar Dennis. Dennis sedang memainkan ponselnya. Ia sedang melihat photo dirinya dan Jingga yang sedang makan di restoran.

"Padahal mbak itu dingin sekali dan cuek sama aku, tapi entah kenapa setiap kali aku mengingatnya kasian sekali, dan sekarang aku kangen, mbak aku mohon pulang ya kasian Daddy nanti jadi gila, walau pun aku tidak tahu kenapa mbak sampai kabur. tapi aku masih berharap mbak akan kembali lagi kerumah ini" gumam Dennis dengan sedih.

Tiba-tiba ponselnya pun berdering dengan panggilan Video call dari nomor luar. "Siapa ini malam-malam menelpon" gumam Dennis lalu menekan tombol merah.

Lagi-lagi Ponselnya berdering kembali. Dennis pun mengangkat sambungan video call itu. Dennis begitu terkejut yang melihat di dalam sambungan video call itu adalah Jingga.

"Mbak..." Pekik Dennis dengan rasa tidak percaya.

"Ssttt.. Jangan berisik." kata Jingga dengan pelan. Dennis pun mengangguk lalu mengunci pintunya.

"Ya tuhan mbak, mbak kemana saja? kenapa mbak baru mengabariku" tanya Dennis sambil menitikan airmatanya.

"Hm... Ada. gimana kabar kamu Dennis?"

"Aku baik, tapi aku kangen sama mbak dan Daddy___"

"Aku tidak bertanya tentang Daddymu, jangan bilang siapa pun aku menelponmu ya aku percaya sama kamu" kata Jingga.

"Baik lah, mbak dimana dan kapan pulang?" tanya Dennis dengan sendu.

"Aku di suatu tempat, untuk sekarang belum bisa pulang" balas Jingga.

"Mbak marah ya sama Daddy? Mbak boleh curhat sama aku biar aku marahin Daddynya kalau dia nakal"

Jingga pun terkekeh. "Aku tidak marah, ya sudah nanti aku telpon lagi ya ingat jangan bilang sama siapa pun" kata Jingga lalu mematikan sambungan telponnya.

"Yah... Kan gitu, cepat sekali aku belum selesai bicara juga, tapi aku lega putri salju itu baik-baik saja dan rasa kangenku sudah terobati" gumam Dennis lalu menaruh ponselnya.