Kirana Aulia, seorang asisten junior yang melarikan diri dari tekanan ibu tirinya yang kejam, tiba-tiba dihadapkan pada kenyataan pahit, ia hamil setelah insiden satu malam dengan CEO tempatnya bekerja, Arjuna Mahesa.
Sementara Kirana berjuang menghadapi kehamilan sendirian, Arjuna sedang didesak keras oleh orang tuanya untuk segera menikah. Untuk mengatasi masalahnya, Arjuna menawarkan Kirana pernikahan kontrak selama dua tahun.
Kirana awalnya menolak mentah-mentah demi melindungi dirinya dan bayinya dari sandiwara. Penolakannya memicu amarah Arjuna, yang kemudian memindahkannya ke kantor pusat sebagai Asisten Pribadi di bawah pengawasan ketat, sambil memberikan tekanan kerja yang luar biasa.
Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!
IG : @Lala_Syalala13
FB : @Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala
JADWAL UPLOAD BAB:
• 06.00 wib
• 09.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IKSP BAB 26_Ziarah ke Masa Lalu dan Pengakuan Bisu
Akhir pekan tiba, dan Kirana memutuskan untuk menggunakan waktu libur dari semua hiruk pikuk kantor, kontrak, dan sandiwara. Ia ingin mengunjungi makam kedua orang tuanya. Ini adalah ritualnya setiap bulan, tetapi kali ini terasa berbeda karena ia datang membawa suami dan pewarisnya.
Saat Kirana bersiap, Arjuna mengetuk pintu kamarnya.
"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Arjuna penasaran.
"Saya ada urusan pribadi, Pak Arjuna," jawab Kirana.
"Aku akan mengantarmu. Aku tidak mau kamu berkeliaran sendirian setelah insiden Wulan," putus Arjuna.
"Tidak perlu, Pak. Ini hanya urusan keluarga. Saya sudah memesan mobil kantor," kata Kirana.
"Aku bilang aku akan mengantarmu," ulang Arjuna tegas tidak terima penolakan sama sekali.
"Ini bukan permintaan, ini perintah. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian, terutama ke tempat yang bisa dilacak oleh Wulan. Aku akan ikut, dan pengawal akan mengikuti kita." tegasnya.
Kirana akhirnya menghela napas. "Baik, Pak. Tapi, kita akan pergi ke... makam orang tua saya."
Arjuna terdiam sejenak. "Bagus. Aku akan menemanimu." ucapnya kemudian ke kamar sebentar untuk mengganti pakaiannya, setelah itu barulah turun dan mengajak Kirana untuk ke mobil.
Mereka tiba di pemakaman umum yang sunyi. Kirana membawa bunga melati dan air mawar. Arjuna mengenakan kaus polo dan celana khaki, tampak lebih santai dari biasanya, tetapi tetap kaku.
Kirana berjalan menuju dua makam yang berdampingan, ayahnya, Bapak Aulia, dan ibunya. Arjuna berjalan di belakangnya, mengamati lingkungan yang sederhana dan damai itu.
Kirana membersihkan makam itu dengan hati-hati. Arjuna hanya berdiri diam di sampingnya, mengawasi.
Setelah selesai membersihkan, Kirana duduk bersimpuh di samping makam ayahnya. Ia mengambil napas dalam-dalam, menahan air mata yang selalu datang setiap kali ia di sini.
"Ayah, Ibu," bisik Kirana, suaranya parau.
"Kirana datang. Dan Kirana membawa... suami Kirana." lirihnya dengan gugup saat memperkenalkan Arjuna sebagai suaminya.
Ia menoleh ke arah Arjuna, dan Arjuna maju selangkah, berdiri di samping Kirana.
"Ayah, Ibu, kenalkan. Ini Arjuna Mahesa. Suami Kirana. Dia... dia seorang CEO," kata Kirana, ada jeda canggung di suaranya. Ia tidak bisa mengatakan 'suami kontrak', atau 'ayah dari anak Kirana'.
Arjuna, terdorong oleh keheningan dan tatapan Kirana, membungkuk sedikit ke arah makam.
"Selamat siang, Pak Aulia, Bu. Saya Arjuna. Saya... menjaga putri Anda. Dan saya akan menjaga calon cucu Anda," kata Arjuna, nadanya formal, tetapi ada resonansi kesungguhan di dalamnya.
Kirana menatap Arjuna, terkejut dengan penggunaan kata 'menjaga'. Itu terasa lebih tulus daripada semua klausul di kontrak mereka.
Kirana melanjutkan, menatap batu nisan ayahnya.
"Ayah, ibu. Andai kalian masih ada pasti kalian akan senang karena sebentar lagi kalian akan punya cucu dan di panggil kakek sama nenek..." lirihnya dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung.
"Ayah, Ibu. Saya harap kalian tidak marah. Pernikahan ini mendadak, dan ini adalah... cara Kirana untuk memastikan anak ini aman dan punya masa depan. Kirana janji, Kirana akan berusaha menjadi ibu yang baik. Kirana akan kuat, seperti yang Ayah dan Ibu ajarkan." ucapnya.
Air mata Kirana menetes. Ini adalah pengakuan tulusnya di tengah semua sandiwara.
Arjuna hanya berdiri diam. Ia mengamati kesedihan Kirana, kejujuran Kirana. Ia menyadari bahwa di balik profesionalitas dan ketegasan Kirana, ada kerentanan seorang wanita muda yang hanya ingin melindungi keluarganya.
Setelah Kirana selesai berdoa, Arjuna duduk di sampingnya. Ia tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan, kontrak, atau perusahaan. Ia hanya duduk diam, membiarkan Kirana merasakan keberadaannya.
"Ayahku adalah pria yang jujur dan baik hati. Beliau selalu mengutamakan integritas di atas segalanya," kata Kirana pelan, menunjuk makam ayahnya.
"Beliau pasti tidak akan setuju dengan pernikahan kontrak ini." ucapnya kepada Arjuna tanpa sadar menceritakan sosok sang ayah.
"Pernikahan ini mungkin berawal dari kesalahan, Kirana," kata Arjuna.
"Tapi tujuan kita sama. Melindungi apa yang penting."
Saat mereka berjalan kembali ke mobil, Kirana menyadari bahwa Arjuna bersikap berbeda. Ia tidak terburu-buru, ia membiarkan Kirana berjalan perlahan.
Arjuna tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah Kirana.
"Aku tahu ini sulit bagimu," kata Arjuna.
"Saya bisa mengatasinya, Pak," jawab Kirana, kembali memasang topengnya.
Arjuna menghela napas. Ia tidak setuju dengan respons Kirana. Ia tahu Kirana tidak baik-baik saja.
"Kirana," kata Arjuna, menggunakan nama Kirana alih-alih gelar 'Nona Aulia'.
"Kamu tidak perlu menjadi Asisten Pribadiku di sini. Kamu adalah istriku. Kamu boleh bersikap rentan. Di sini, tidak ada yang akan menghakimimu." ucapnya.
Ia maju selangkah, dan Kirana mundur. Tetapi Arjuna meraih tangannya. Kali ini, genggaman tangannya tidak kaku atau posesif, melainkan lembut.
"Aku tidak suka melihatmu menyimpan semua beban itu sendirian. Jika kamu butuh bicara, kamu bisa bicara padaku. Tentang apa pun," kata Arjuna.
Sentuhan dan kata-kata itu yang lembut dan tulus melucuti pertahanan Kirana. Ia merasakan keretakan di tembok yang ia bangun. Pria di depannya ini adalah CEO yang dingin, tetapi juga seorang pria yang tulus menunjukkan empati.
"Kenapa Bapak bersikap baik padaku?" tanya Kirana, suaranya bergetar.
Arjuna menatapnya dengan begitu dalam, dia seperti melihat sosok yang begitu kuat dan tabah setelah apa yang telah dialaminya.
"Karena... aku menghormati integritas ayahmu, Kirana. Dan aku menghormati perjuanganmu." Ia berhenti, mencari kata-kata yang tepat.
"Dan aku... aku tidak suka melihat ibumu yang menggendong anakku menderita." ucapnya tanpa sadar, entah itu untuk sang anak atau Kirana namun tiba-tiba membuat hati Kirana menghangat.
Jawaban itu, meskipun kembali ke urusan "anak", sudah cukup bagi Kirana.
Meskipun Kirana masih sadar bahwa ini adalah kontrak, momen di pemakaman itu menciptakan ikatan baru. Di depan orang tuanya, Kirana telah mengakui Arjuna sebagai suaminya, dan Arjuna telah mengakui Kirana sebagai istrinya dan ibu dari anaknya, tanpa syarat kontrak yang menyertai.
Saat mereka kembali ke mobil, Kirana tidak lagi meminta Arjuna untuk melepaskan tangannya. Ia membiarkan tangan Arjuna menggenggamnya erat, sebuah pengakuan bisu bahwa ikatan mereka kini lebih kuat daripada sekadar tinta di atas kertas.
Mereka kembali ke penthouse, siap menghadapi tantangan minggu depan, termasuk acara formal perusahaan pertama mereka yang akan menguji batas-batas sandiwara Kirana.
.
.
Cerita Belum Selesai.....
JANGAN LUPA VOTE YA BIAR SEMANGAT BUAT UPDATE NYAAAAAAAA
trs knp di bab berikutnya seolah² mama ny gk tau klw pernikahan kontrak sehingga arjuna hrs sandiwara.
tapi ya ga dosa jg sih kan halal
lope lope Rin hatimu lura biasa seperti itu terus biar ga tersakiti