Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Bertemu Sofia
Di kantornya Rico terlihat begitu sibuk karena pekerajaan yang menumpuk. Hari ini saja dia harus menghadiri meeting sebanyak tiga kali. Rapat pertama dan ke dua sudah dia lakukan di kantornya, sedangkan rapat ke tiga dengan klien akan di adakan di sebuah mall sekalian makan siang.
Tepat pukul satu siang, Rico dan sekertarisnya yaitu Siska pergi ke mall tersebut untuk menemui kliennya. Selama dua jam Rico dan Siska meeting dan pukul tiga mereka berdua bersiap kembali ke kantor. Ketika hendak keluar dari mall tiba- tiba tak sengaja Rico melihat Sofia yang sedang berada di toko tas. Rico pun menghentikan langkahnya.
"Ada apa pak Rico...?" tanya Siska yang heran karena tiba- tiba Rico berhenti.
Rico menoleh sekilas ke arah Siska.
"Kamu pulang duluan saja, saya ada sedikit keperluan..." ucap Rico pada Siska.
"Baik pak..." jawab Siska.
Siska pun lalu pergi dari hadapan Rico dan kembali ke kantor. Sedangkan Rico bergegas masuk ke dalam toko tersebut untuk menemui Sofia.
"Sofia..." ucap Rico.
Mendengar namanya dipanggil, Sofia pun menoleh ke sumber suara, dan dia cukup terkejut melihat Rico sudah ada di belakangnya.
"Mas Rico..." ucap Sofia.
"Iya... Sofia..." sahut Rico sambil melihat ke arah perut Sofia yang mulai membuncit.
Iya, kandungan Sofia sudah masuk empat bulan, tentu saja perutnya sudah mulai kelihatan maju. Rico juga terpesona dengan penampilan Sofia sekarang. Dua bulan lebih dia tidak melihat Sofia, kini penampilannya sungguh beda.
Wajahnya lebih fres dan terlihat lebih berisi dan juga lebih cantik. Mungkin karena efek hamil juga. Ada yang bilang jika anak dalam kandungannya perempuan maka ibunya akan terlihat jauh lebih cantik dan menarik. Iya mungkin saja bayi dalam kandungan Sofia memang berjenis kelamin perempuan.
"Sofia...aku ingin bicara sama kamu..." ucap Rico.
Sofia menarik nafas panjang. Sofia sudah bisa menebak apa yang ingin dibicarakan oleh Rico. Pasti tentang kehamilannya. Sofia pun tidak mau egois, walaupun dia dan Rico sudah bercerai, tapi bayi dalam kandungnya tetaplah anak Rico. Dan Rico tetap berhak tahu tentang calon anaknya itu.
"Aku ke kasir dulu..." ucap Sofia membawa barang belanjaannya ke kasir.
Setelah selesai dari kasir, Rico dan Sofia mencari tempat yang nyaman untuk bicara. Rico pun memilih memilih sebuah cafe. Karena mereka sudah makan, Rico dan Sofia pun hanya memesan minuman saja.
"Aku senang sekaligus kaget mendengar bahwa kamu hamil. Tolong maafkan aku Sofia. Aku menyesal, kalau saja aku tidak ceroboh dan gegabah, pasti sekarang kita sedang bahagia menantikan kelahiran anak kita. Aku menyesal sudah menyakiti kamu Sofia, sungguh aku menyesal..." ucap Rico dengan mata berkaca- kaca.
Sofia tersenyum simpul mendengar perkataan Rico. Iya, sekarang saja Rico bilang menyesal. Karena setelah bercerai dia baru tahu jika Sofia sedang mengandung anaknya. Apa mungkin Rico akan mengatakan hal yang sama jika Sofia tidak hamil.
"Apa yang kamu inginkan dari aku sekarang Mas...?" tanya Sofia.
"Tolong Sofia, ijinkan aku bertanggung jawab atas anak dalam kandungan kamu, anak kita. Aku ingin tetap menjadi ayahnya. Tolong libatkan aku dalam pengurusan anak kita nanti. Aku ingin menemani kamu ketika kamu memeriksakan kandungan ke dokter. Aku juga ingin menanggung semua biaya kehidupan kamu dan calon anak kita..." jawab Rico.
"Sofia, aku tahu aku banyak salah sama kamu. Tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk menebus semua kesalahan aku. Aku benar- benar menyesal, aku benar- benar bodoh karena sudah menyakiti kamu Sofia..." sambung Rico dan akhirnya air matanya pun menetes.
Sofia menatap lekat wajah Rico yang sepertinya benar- benar menggambarkan kesedihan dan penyesalan.
"Kamu menyesal karena kamu tahu kalau aku hamil kan mas, kalau aku tidak hamil apa kamu juga akan menyesal...?" tanya Sofia.
" Nggak Sofia, kalaupun kamu tidak hamil aku tetap menyesal telah menyakitimu. Aku sadar sekarang, cuma kamu satu- satunya perempuan yang terbaik buat aku. Dan aku sudah melakukan kesalahan besar dengan menyakiti kamu Sofia. Maafkan aku... Maafkan aku Sofia... Hik..hik..." Rico menangis.
"Yang sudah berlalu biarlah berlalu mas, tidak perlu kamu sesali. Lagi pula bukankah kamu dengan perempuan itu sudah hidup bahagia..." sahut Sofia.
"Hubungan aku dan kamu sudah menjadi masa lalu, tapi aku sadar aku tidak mau egois soal calon anak kita. Aku tidak akan menjauhkan calon anakku dengan papanya...." ucap Sofia sambil mengusap perutnya.
Iya, Sofia tahu, tidak akan baik jika seorang anak tumbuh tanpa sosok seorang ayah. Sofia pun tidak mau jika anaknya kelak tidak mendapat kasih sayang dari ayahnya.
"Aku akan menjaga calon anak kita dengan baik mas. Kamu tidak usah khawatir. Nanti kalau dia sudah lahir aku akan mengabari kamu, dan aku tidak akan menghalangimu untuk bertemu dengan dia. Kamu bisa kapan saja menemui dia. Karena aku tahu seorang anak tidak bisa hidup dengan baik tanpa kasih sayang dari kedua orang tuanya..." ucap Sofia sambil tersenyum pada Rico.
Iya, walaupun Sofia begitu kecewa, marah bahkan benci dengan perbuatan Rico yang telah menyakiti hatinya dengan berselingkuh dengan Viviana, tapi sekali lagi untuk urusan anak dia tidak mau di cap sebagai ibu yang egois. Anaknya kelak pasti butuh sosok ayah.
Maka dari itu dengan mengesampingkan segala egonya, Sofia akan berusaha untuk memaafkan Rico dan nanti dia akan merawat anaknya bersama- sama walaupun mereka sudah bukan suami istri lagi.
"Terima kasih Sofia, terima kasih..." Rico menggenggam tanggan Sofia.
Iya tentu saja Rico begitu bahagia karena kebesaran hati Sofia.
"Tapi maaf mas, soal pemeriksaan ke dokter kandungan, rasanya kamu tidak perlu ikut mas. Menurutku itu terlalu berlebihan. Lagi pula aku yakin istrimu juga tidak akan menyetujuinya. Biar aku saja yang ke dokter, aku tidak ingin terjadi fitnah mas..." ucap Sofia sambil menarik tangannya dari genggaman Rico.
Mendengar perkataan Sofia, Rico sedikit kecewa. Padahal dia ingin sekali menemani Sofia ke dokter kandungan. Dia ingin menyaksikan pergerakan calon anaknya di dalam rahim lewat layar monitor USG. Itu pasti akan sangat membahagiakan.
"Tapi Sofia, aku ingin melihat anak kita di USG..." ucap Rico.
"Nanti aku akan kasih foto hasil USG nya..." jawab Sofia.
"Baiklah..." Rico akhirnya mengalah.
"Dan untuk biaya, kamu tidak usah khawatir. Aku sudah bekerja, aku punya uang untuk biaya anak kita mas..." ucap Sofia.
"Nggak... kalau yang ini aku tidak setuju. Aku akan tetap mengirimimu uang untuk keperluan kamu dan anak kita. Kalau perlu kamu tidak usah kerja, biar semua biaya kehidupan kamu, aku yang akan tanggung semuanya..." sahut Rico.
"Mas, tolong... Aku punya hak untuk bekerja. Jadi tolong jangan melarang aku untuk menggapai mimpi aku mas, ingat... Aku sudah bukan istrimu lagi, dan aku tidak punya kewajiban untuk menuruti perintah kamu..." ucap Sofia dengan tegas.
Rico terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Sofia. Iya, dia sadar dia sudah tidak punya hak melarang ataupun mengatur hidup Sofia lagi. Namun Rico hanya tidak ingin Sofia kelelahan.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mengatur kamu, aku hanya mengkhawatirkan kamu saja. Kamu sedang hamil, kalau kamu kerja apa kamu tidak akan kelelahan..." sahut Rico.
"Aku tahu batasannya mas..." sahut Sofia.
Rico pun mengangguk. Iya, Rico tahu Sofia bukan anak kecil, dia juga pasti tahu kapan dia harus kerja dan kapan dia harus istirahat.
"Baiklah Sofia , silahkan kamu tetap kerja, tapi kamu harus jaga baik- baik anak kita ya..." ucap Rico.
"Apa dia di dalam sana suka menendang...?" tanya Rico sambil menatap perut Sofia dengan mata berkaca- kaca.
Iya, Rico membayangkan seandainya dia masih menjadi suami Sofia , dia pasti akan mengelus perut Sofia setiap saat. Merasakan gerakan dari dalam dan merasakan tendangan lembutnya. Tapi dia tidak akan bisa melakukannya karena Sofia bukan miliknya lagi dan tentu saja dia tidak diperkenankan untuk menyentuhnya. Dan itu sangat membuat hati Rico sakit.
Sekarang yang bisa dia lakukan hanyalah berandai- andai. Andai saja dia tidak mengkhianati dan menyakiti Sofia, pasti perpisahan ini tidak akan terjadi.
"Kalau menendang sih belum mas, tapi sudah mulai ada ada pegerakan kecil seperti berdenyut. Kata ibuku diusia kandungan ke empat bulan, dia sudah diberi nyawa. Dan anggota tubuhnya pun sudah mulai lengkap..." ucap Sofia tersenyum mengusap perutnya.
"Jaga dia... Jaga dia Sofia... Jaga anak kita baik- baik..." ucap Rico sambil menatap wajah sang mantan istri dan air mata Rico kembali menetes.
Sofia mengangguk.
"Mas, aku harus balik ke kantor..." ucap Sofia sambil melirik ke jam yang dia pakai.
Iya, tadi Sofia ijin keluar kantor karena ingin membeli kado buat sang ibu. Hari ini bu Rahma ulang tahun, jadi Sofia sengaja menyiapkan kado kejutan untuknya.
"Aku antar ya..." ujar Rico.
"Nggak usah mas, aku bawa mobil sendiri kok..." sahut Sofia.
"Oh ya udah, kamu hati- hati di jalan ya. Ayo kita ke parkiran, aku juga mau balik ke kantor .." ucao Rico.
Sofia pun mengangguk. Mereka berdua lalu keluar dari cafe dan berjalan beriringan menuju tempat parkir.
Sementara itu tanpa disadari oleh Rico dan Sofia, di sudut cafe ada seseorang yang sejak tadi mengambil foto dan Video saat Rico dan Sofia sedang berbicara bedua. Iya, dia adalah Gina, sahabat Viviana.
Iya, Gina dan kekasihnya kebetulan sedang makan siang di cafe yang sama dengan Rico dan Sofia. Hanya saja tempat duduk mereka berjauhan. Gina tidak menyangka jika akan melihat Rico dan Sofia sedang berduaan di cafe tersebut.
"Gua akan kirim video ini ke Viviana..." ucap Gina sambil menatap foto Sofia dan Rico di ponselnya.
"Buat apa baby, nggak usah lah...? Nanti mereka ribut lho... Kan kamu bilang Viviana cemburuan...?" tanya Putra kekasih Gina.
"Justru itu, Viviana harus tahu soal ini. Kasihan kan Viviana diselingkuhi sama suaminya..." sahut Gina.
"Memangnya benar mereka selingkuh...? Siapa tahu mereka cuma rekan bisnis saja...?" tanya putra.
"Iihhh.. Baby, kamu itu ngak tahu apa- apa ya. Perempuan yang bersama Rico itu mantan istrinya Rico yang bernama Sofia. Gua yakin Viviana pasti tidak tahu kalau suaminya itu janjian sama mantannya di cafe. Lihat ini mereka pegangan tangan. Berarti mereka ini selingkuh..." jawab Gina sambil menunjukkan video di ponselnya.
Putra pun memperhatikan video tersebut dengan seksama sambil mengangguk- anggukkan kepalanya.
"Cantik juga mantan istrinya..." ucap Putra.
"Iih... Baby...!" Gina memukul lengan Putra.
"Becanda baby..." ucap Putra.
Gina memanyunkan bibirnya karena kesal pada Putra.
" Trus kalau Viviana jadi berantem sama Rico gara- gara video itu, gimana...?" tanya Putra.
"Biarin aja, salah sendiri udah punya istri tapi ketemuan sama perempuan lain. Mantannya lagi..." jawab Gina.
"Bukannya dulu Viviana juga merebut Rico dari perempuan itu ya...?" tanya Putra.
"Ih kamu ini sok tahu, bukannya merebut, tapi Rico sama Viviana itu suka sama suka. Mungkin Rico sudah bosan sama Sofia yang mandul itu..." jawab Gina.
"Oh jadi perempuan itu mandul...?" tanya Putra.
"Ah udah deh..., gue mau kirim foto sama video ini ke Viviana..." ucap Gina.
"Ah, tapi gue telpon dia dulu kali ya..." sambung Gina lalu menelpon Viviana.
Pada dering ke tiga Viviana mengangkat panggilan dari Gina.
"Halo Vi, loe di mana...?" tanya Gina.
"Oh di rumah. Jutek banget loe jawabnya , lagi kenapa sih, marah- marah mulu loe ah, kenapa lagi...?" ucap Gina.
Di sebrang telpon sana Viviana menangis sambil menceritakan tentang Marchel yang bercinta dengan Sarah di apartemen Marchel.
"Hah...? Yang bener loe Vi...? Kok bisa sih...?'' Gina syok mendengar cerita Viviana.
"Ada ada baby...?'' tanya putra pada Gina.
"Ssshhttt..." Gina menempelkan telunjuknya supaya Putra diam karena dia sedang fokus mendengarkan cerita Viviana tentang Sarah dan Marcel.
"Gila emang mereka..." ucap Gina sambil geleng- geleng kepala.
"Apa...? Loe udah buat perhitungan sama Sarah...? Emang loe apain si Sarah Vi...?" tanya Gina.
"Iya...iyaa deh kalau loe nggak mau cerita. Loe yang sabar ya Vi..."
"Iya ... gue tadi mau kasih tahu sesuatu sama loe tentang suami loe..."
"Nanti gue kirimin aja deh Vi, Ntar loe tahu sendiri apa yang dilakuin sama laki loe. Ya udah ya tutup dulu telponnya.... Dahh..." Gina mematikan sambungan telponnya.
"Tadi Viviana ngomong apa, kok loe sampai kaget gitu...?" tanya Putra penasaran.
"Ntar dulu gue mau kirim ini dulu ke Viviana..." jawab Gina sibuk dengan ponselnya.
"Nah, sudah deh, pasti Viviana bakalan ngamuk- ngamuk kalau tahu soal ini..." ucap Gina.
Lalu Gina menceritakan pada Putra soal Sarah dan Marchel.
"Serius...?" tanya Putra.
Gina mengangguk sambil meminum minumannya.
"Berani banget Sarah, gua nggak bisa bayangin kalau sampai Ronald tahu soal ini..." ucap Putra.
"Loe nggak usah kasih tahu Ronald lah. Loe kan tahu sendiri sifat Ronald seperti apa, bisa habis Sarah..." sahut Gina.
"Loe juga bakalan habis di tangan gue kalau loe berani macam- macam di belakang gue..." ucap Putra dengan tatapan tajam sambil mengusap pipi Gina dengan kedua jarinya.
"I..iya baby, gu..gua nggak bakalan macam- macam..." sahut Gina merinding karena takut ancaman Putra.
"Dengar ya baby... Selama gue belum bosan sama loe, gua nggak akan pernah melepaskan loe..." sambung Putra.
"I...iya baby..."
Sementara itu Viviana yang sedang berada di dalam kamar membuka pesan yang dikirim oleh Gina. Mata Viviana pun melebar begitu melihat foto dan Video yang dikirim oleh Gina yang menampilkan Rico dan Sofia yang sedang berduaan di sebuah cafe.
Hati Viviana pun semakin panas, saat melihat Rico menggenggam tangan Sofia.
"B*r*ngs*k....! Apa- apaan mereka...! Sialan kamu Rico...! Ternyata di belajangku kalian masih berhubungan...! Dasar b*j*ng*n kalian berdua...!!!" Viviana berteriak sambil membanting ponselnya ke lantai.
Iya Viviana benar- benar dibuat murka. Belum hilang rasa kesalnya terhadap Marchel dan Sarah, tapi kini ditambah lagi dia melihat Rico masih menjalin hubungan dengan mantan istrinya. Viviana pun tidak dapat menyembunyikan kemarahannya lagi.
"Dasar kalian semuanya b*J*ng*n...!!" seru Viviana sambil melempar bantal dan selimut, setelah itu menjatuhkan barang- barang yang ada di meja rias hingga berserakan di lantai.
Di lantai bawah bu Irma yang sedang ditemani oleh bi Iyam di ruang tengah pun kaget mendengar kegaduhan dari kamar Viviana.
"Nyonya... Non Vivi kenapa...? Kok sepertinya dia sedang mengamuk...? Apa kita ke kamarnya...?" tanya bi Iyam panik.
"Biarkan saja bi, mungkin Viviana sedang ada masalah. Saya takut kalau kita ke sana , kita malah ikutan kena marah... Biarkan saja nanti juga diam sendiri..." sahut bu Irma.
"Iya Nyonya..." jawab bi Iyam.
Bersambung...
vivian.... hidupmu hnya bikin org sengsara... knapa g km aja yg koit...