Elara Calista seorang wanita cantik yang menjadi istri kedua dari Erlangga Lysander pria tampan yang begitu dicintainya. Sayang saja hubungan mereka tidak pernah mendapatkan restu. Membuat rumah tangga mereka sering di landa masalah. Yang dibuat oleh istri pertama Erlangga serta ibu mertuanya yang begitu tidak menyukainya.
Mereka melakukan berbagai cara untuk menghancurkan pernikahan nya. Hingga akhirnya pernikahan Elara dan Erlangga benar benar berada di ujung tanduk.
Apakah Elara harus bertahan atau memilih untuk menyerah?. Dan apakah Erlangga akan membiarkan Elara pergi dari kehidupannya?.
(Jangan lupa yaww bantu folow akun Ig @sya_gelow )
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syana Elvania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran
Erlangga melangkah mendekati Dania, dengan langkah panjang. "Bisa kita berbicara?." Tanya Erlangga langsung tanpa basa basi.
Dania menoleh, cukup terkejut dengan kehadiran Erlangga, yang tampak sedikit berantakan dengan kantung mata, serta rambut nya yang kurang rapih dan wajah lelahnya, seolah menyimpan beban berat. Dania menatap suaminya sejenak meminta ijin dan Denan hanya mengangguk mengijinkan nya. "Iya mau bicara apa?."
"Aku ingin menanyakan soal Elara." Ujar Erlangga dengan nada rendah agar tak terdengar oleh siapapun selain mereka.
Mendengar itu Dania sempat terdiam sejenak. "Soal?." Tanya Dania ragu ragu.
"Ikut dengan ku. Kita cari tempat untuk mengobrol." Pinta Erlangga lantaran posisi mereka cukup ramai, karna berada ditengah pesta dan kerumunan orang orang yang masih menikmati pesta.
Dania mengangguk mengikuti Erlangga yang pergi kesudut ballroom dimana tidak terlalu ramai. Stevan dan juga denan ikut mengikuti.
"Aku ingin terus terang saja. Bagaimana kondisi Elara dan juga kandungan nya?." Tanya Erlangga langsung dengan khawatir pada kondisi sang istri.
Dania tertegun. Bimbang harus memberitahu kebenaran tentang kandungan Elara atau diam.
"Ada apa?. Jangan menyembunyikan sesuatu tentang istri ku dari ku." Tegas Erlangga menatap tajam Dania penuh curiga. Apalagi melihat keraguan Dania yang seperti tengah menyembunyikan sesuatu.
Dania berdehem gugup. Sangat sangat bimbang. Menatap suaminya sejenak meminta pendapat. Denan mengangguk dengan senyum lembut. "Tidak usah disembunyikan sayang. Erlangga suami Elara dan berhak tahu."
Wanita itu menghela nafas pelan, mengangguk. Memang benar adanya apa yang dikatakan suaminya. Mungkin saja Elara belum siap memberitahukan nya. Lagi pun Elara tidak melarang nya untuk memberi tahu Erlangga. Jadi, tidak ada salahnya jika dia memberitahukan kebenaran nya pada Erlangga. "Elara... keguguran karna kecelakaan mobil." Cicit Dania.
"Ke-kecelakaan?." Ulang Erlangga begitu terkejut dengan apa yang dikatakan dania. Tubuhnya menegang, masih belum mempercayai nya, jika Elara keguguran karna kecelakaan mobil. "Sejak kapan. Kenapa dia tidak bilang apapun padaku!."
Dania diam sejenak, kembali bimbang ingin menceritakannya atau tidak. Namun, sudah terlanjur memberitahukannya. Akhir nya Dania memilih menceritakan kejadian yang menimpa Elara.
Erlangga terdiam mendengar kenyataan yang baru didapat nya. "Ti-tidak mungkin. Kenapa tidak ada yang memberitahu ku." Guman Erlangga begitu menyesal. Baru mengetahui, jika teryata istrinya mengalami kecelakaan mobil dan keguguran.
"Iya, Waktu itu Elara sempat bercerita jika dia menelfon mu untuk memberikan kabar dan yang mengangkatnya adalah istri pertama mu. aku sempat juga menelfon mu nyatanya tidak kunjung diangkat dan akhirnya Elara melarang ku untuk menelfon mu lagi. Dia takut mengganggu waktumu bersama istri pertama mu."
'lala... Pasti ini ulahnya. Jadi waktu itu istrinya menelfon dan Lala yang mengangkat nya. Wanita itu benar benar licik!.' batin Erlangga mengepalkan buku jemari nya erat menahan kemarahan nya. Tanpa banyak bicara lagi Erlangga berjalan dengan langkah cepat. Pergi keluar dari pesta. Dia harus menemui istrinya dan meminta maaf.
Stevan yang senantiasa menemani Erlangga mengikuti dari belakang. Menyuruh anak buah Erlangga untuk menyiapkan mobil. Melalui interkom. Sudah bisa menebak Erlangga akan pergi kemana.
'bodoh kamu erlangga.' batin Erlangga meruntuki kebodohannya. Teryata ini alasan istri nya marah besar dan semakin kecewa dengan nya. 'bodoh melindungi istri mu saja kamu tidak becus Erlangga!.'
Disisi lain Elara baru saja bersiap ingin tidur. Elara merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Menatap buket bunga pemberian suaminya yang diletakkannya di atas nakas. Jujur saja Elara mulai merindukan suaminya. Namun, perjanjian itu membuat nya menahan diri. Elara ingin melihat pembuktian suaminya.
Lama kelamaan kelopak mata nya mulai berkedip berat, lantaran rasa kantuk. Ia mulai memejamkan mata. Menggumamkan selamat malam untuk dirinya sendiri. Sembari berharap jika hari esok akan jauh lebih baik.
Baru beberapa menit Elara memejamkan mata. Suara ketukan bukan ketukan lebih tepatnya gedoran pintu rumahnya terus digedor tanpa henti. Membuat Elara terpaksa bangun.
Tok tok tok!
"Sayang!. Ini aku!." Teriak Erlangga di luar rumah.
"Mas langga?. Mau apa dia kemari." Gumam Elara bingung. Ia turun dari ranjang, menatap jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Suara suaminya terus terdengar memanggil manggil namanya dengan panik.
Dengan penasaran Elara memberanikan diri keluar dari kamarnya. Tertegun ragu untuk membuka pintu. Ia akhirnya memilih mengintip dari jendela, mengecek lebih dahulu apakah benar Erlangga atau bukan dan benar teryata suaminya.
Ia segera membuka pintu rumah. Menatap bingung Erlangga yang begitu berantakan dengan nafasnya yang memburu. "Ada ap-" belum sempat Elara menyelesaikan kalimatnya. Suaminya sudah lebih dulu menariknya kedalam dekapan eratnya. Membuatnya sedikit terhuyung mundur.
"Sayang... Maaf. Maaf aku bodoh. Seharusnya aku tidak meninggalkan mu." Sesal Erlangga membenamkan wajahnya pada surai hitam legam Elara, menangis menyesali perbuatannya.
Elara tertegun dengan perkataan suaminya. "Ma-maksud kamu..?." Cicit Elara menggigit bibir bawahnya dengan resah.
"Aku sudah tahu kamu mengalami kecelakaan mobil malam itu. Kenapa kamu tidak memberitahuku. Sayang."
Ia menghela nafas panjang. Teryata suaminya sudah mengetahuinya tapi dari siapa?. Apa Dania?.
Erlangga melepaskan pelukannya menangkup wajah sang istri yang malah terdiam. "Sayang katakan sesuatu... Kenapa kamu tidak bilang apapun padaku." Pinta Erlangga mengusap lembut pipi istrinya dengan ibu jemarinya.
"Untuk apa?. Kamu ingat kan dimalam itu aku pernah menelfon mu dan kamu akhirnya mengangkat nya. Sayang saja kamu tidak membiarkan ku berbicara dan malah langsung menutup telfon. Sedangkan disaat itu aku sangat sangat ketakutan dan membutuhkan mu." Ujar Elara tersenyum getir mengingat kejadian kelamaan itu.
Ia menyingkirkan tangan suaminya yang menangkup wajahnya. "Untung saja Tuhan masih melindungi ku. Jika tidak mungkin aku tidak akan berdiri dihadapan mu lagi."
"Jangan katakan itu... Maafkan aku sayang. Aku memang pria bodoh. Ini semua salah ku. Seharusnya aku tidak meninggalkan mu." Erlangga meraih jemari istrinya menggenggam nya erat.
"Mas... Aku tidak ingin menyalahkan mu lagi. Karna apa yang sudah terjadi tak bisa lagi di kembalikan. Jujur aku masih kecewa, dan marah sama kamu. Dan jika kamu bilang aku tidak bilang apapun, kamu salah. Dua hari aku tidak sadarkan diri dan ketika aku sadar aku menghubungi mu ingin memberitahukan keadaanku. Tapi yang mengangkat nya adalah Lala. Kamu sedang bersama Lala?. Sedangkan aku. Aku berjuang sendirian. Aku kecewa banget sama kamu mas." Cicit Elara menatap suaminya dengan penuh kecewa.
'sialan wanita licik itu' batin Erlangga Mengepalkan jemarinya marah. Mendengar perkataan sang istri.
Erlangga menatap kembali istrinya dengan penuh penyesalan. "I-itu tidak yang seperti kamu bayangkan sayang. Waktu itu aku sedang menjenguk mamah dirumah sakit dan aku pergi kekamar mandi sebentar sedangkan ponselku ku letakkan diatas meja saat aku kembali ponselku sudah hilang. Itu semua pasti ulah lala. Sayang... Percayalah padaku." Pinta Erlangga begitu merasa bersalah pada Elara sekaligus kesal dengan Lala. Erlangga berharap istrinya mau menerima penjelasannya.
"Sudah lah. Aku tidak ingin membahasnya lagi sekarang kamu pulang lah ini sudah malam. " Suruh Elara menarik tangan nya dari genggaman Erlangga.
"Tidak. Aku tidak akan pulang sebelum kamu memaafkan ku." Kekeh Erlangga dengan tiba tiba berlutut di depan istri nya. "Aku menyesal tolong maafkan aku. Aku memang pria bodoh. Sangat bodoh." Erlangga tidak bisa lagi menahan air matanya yang kembali keluar. Benar benar menyesal. Dia tidak ingin kehilangan wanita yang paling dicintainya lebih dari hidupnya..