Dicerai Karena Mandul
"Uuuhhhhhmmm....." lenguhan panjang keluar dari mulut Rico yang menandakan bahwa dia telah mencapai klimaksnya.
Sementara itu di bawah Rico ada sang istri yaitu Sofia yang merengut kesal karena dia sama sekali tidak mencapai klimak dalam berhubungannya kali ini dengan sang suami.
Rasanya belum ada lima menit melakukan hubungan suami istri, milik Rico sudah mengeluarkan laharnya.
"Mas, kok cepet banget keluar sih, kayaknya belum ada lima menit deh, bahkan aku belum ngerasain apa- apa..." Sofia memukul pelan dada sang suami.
Iya, bagaimana tidak jengkel, Sofia dan Rico sudah dua minggu tidak bertemu karena sang suami harus pergi ke luar kota. Dia bilang perusahaannya yang baru saja dirintis di kota Surabaya mengalami sedikit kendala. Maka dari itu Rico langsung datang ke sana untuk menyelesaikan masalah yang ada.
"Maafkan aku sayang..." Rico lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Sofia.
Sofia diam saja mendengar ucapan maaf dari sang suami karena dia masih jengkel. Sofia lalu memiringkan badannya membelakangi Rico. Rico menghela nafas panjang mengetahui bahwa sang istri ngambek.
Rico lalu mendekap tubuh Sofia dari belakang kemudian mencium pundaknya dengan lembut.
"Maaf sayang, malam ini mas capek banget. Mas kan baru pulang dari luar kota, jadi tenaga mas belum maksimal, jadinya gampang keluar deh..." Rico mengeratkan dekapannya.
"Besok kita lakukan lagi ya sayang..." Rico kembali mencium pundak Sofia.
Sofia lagi- lagi hanya diam, lalu memejamkan matanya untuk segera tidur. Rico benar- benar merasa bersalah pada sang istri. Rico terus mendekap tubuh sang istri yang masih polos sama seperti dirinya. Kemudian Rico pun memejamkan matanya. Baru beberapa detik memejamkan mata, ponsel Rico di atas nakas berdering.
Riko lalu melepaskan dekapannya kemudian bangun dan mengambil ponselnya. Rico menghela nafas melihat siapa yang menelponnya malam- malam begini. Rico tidak mengangkat telpon tersebut dan memilih untuk tidur.
Keesokan harinya, Rico terbangun dan tidak melihat Sofia di sampingnya. Iya tentu saja, Sofia sudah bangun dari satu jam yang lalu dan sekarang dia sedang menyiapkan sarapan pagi dengan dibantu oleh bi Tinah.
Rico lalu bangun dari tempat tidur dan hendak pergi ke kamar mandi. Baru beberapa langkah Rico mendengar ponselnya berdering menandakan telpon masuk. Rico lalu menghentikan langkahnya dan mengambil ponsel di nakas. Rico menerima telpon di balkon kamarnya.
"Mas..." tiba- tiba Sofia masuk ke dalam kamar mencari Rico.
"Iya sayang..." jawab Rico yang baru saja mengakhiri sambungan telponnya.
"Ya ampun mas, kamu belum mandi...?"
"Belum sayang, kita mandi bareng yuk..." jawab Rico.
"Nggak ah, aku udah mandi..." tolak Sofia.
"Ayo lah sayang mas ,kangen ingin mandi bareng kamu..." Rico langsung membopong Sofia masuk ke dalam kamar mandi.
Mau tidak mau Sofia pun mandi lagi bersama Rico, namun bukan hanya mandi saja yang mereka lakukan melainkan ada ritual lain. Iya, karena sudah cukup tidur, tenaga Rico pun sudah pulih dan dia bisa memberikan kepuasan pada Sofia. Sofia yang tadinya masih jengkel karena hal semalam ,kini dia bisa tersenyum lagi.
Setelah ritual mandinya selama satu jam selesai, Rico dan Sofia keluar dari kamar sudah dalam keadaan rapi. Rico sudah siap dengan baju kantornya.
"Mas, kenapa sih hari ini kamu nggak libur saja. Baru juga tadi malam pulang dari luar kota, sekarang kamu sudah kerja lagi. Aku nggak mau kamu kecapekan mas..." ucap Sofia sambil menggandeng tangan sang suami menuruni anak tangga.
"Maunya sih gitu sayang, tapi di kantor lagi banyak kerjaan..." jawab Rico.
"Memang nggak bisa libur sehari saja...? Kita sudah lama lho nggak pergi berdua mas...?" tanya Sofia.
"Nanti mas cari waktu buat kita liburan berdua ya..." sahut Rico sambil mengelus pipi Sofia.
Sofia memanyunkan bibirnya tidak puas dengan jawaban Rico. Padahal Sofia masih rindu sekali sama sang suami. Dia ingin menghabiskan hari ini bersama Rico.
"Jangan ngambek dong sayang..." ucap Rico sambil berjalan menuju meja makan untuk sarapan.
Di meja makan sudah ada nasi dan lauk untuk sarapan pagi. Bu Irma,ibu dari Rico pun sudah sejak tadi menunggu anak dan menantunya untuk sarapan.
"Hari sabtu nanti mas akan ajak kamu jalan, gimana kalau kita nonton..." ujar Rico.
"Hari sabtu masih lama, sekarang aja baru hari senin..." lagi- lagi Sofia memanyunkan bibirnya.
"Sabar ya..." Rico kembali mengusap pipi mulus sang istri sambil tersenyum.
Bu Irma berdehem. Iya, sejak tadi bu Irma mendengar percakapan antara anak dan menantunya. Dia juga tahu kalau sang menantu sedang ngambek karena Rico tidak menuruti apa maunya.
"Sofia, suami kamu itu pengusaha yang sibuk, kerjaannya banyak. Kamu harus ngertiin dia dong. Jangan kayak anak kecil begitu ah, masa cuma masalah kecil saja ngambek. Benar kata Rico ,kalau kamu mau pergi berdua sama Rico, tunggu saja akhir pekan. Biasanya juga begitu kan...?" ucap bu Irma dengan nafa sedikit ketus.
"Iya mah..." jawab Sofia.
Iya, selama menikah enam tahun Rico dan Sofia tinggal bersama bu Irma. Sebenarnya Sofia ingin tinggal berdua saja bersama Rico dengan membeli rumah sendiri, namun bu Irma melarangnya. Rumah bu Irma besar, sementara bu Irma hanya tinggal seorang diri karena sang suami sudah meninggal sepuluh tahun lalu.
Rico adalah anak tunggal, dia lah yang sekarang meneruskan untuk mengurus perusahaan peninggalan sang papa.
"Rico, bagaimana kontrak kerja sama dengan perusahaan keluarga Wardhana, apa sudah sudah ditandatangi oleh pak Satria...?" tanya bu Irma sambil menyantap sarapannya.
" Belum..rencananya hari ini Rico mau ketemu dengan pak Satria, untuk penandatangan kontrak...." jawab Rico.
"Mas, jadi perusahaan mas Rico akan bekerja sama dengan perusahan keluarga Wardhana...? Itu kan salah satu perusahaan terbesar di Indonesia mas..." tanya Sofia ikut merasa bahagia.
"Iya sayang, doakan mas ya, supaya semuanya berjalan lancar..." jawab Rico.
"Tentu saja mas, aku selalu mendoakan kamu..." sahut Sofia sambil tersenyum pada sang suami.
"Oya Sayang ,kalau hari ini tanda tangan kontraknya berjalan lancar, besok malam akan ada pertemuan makan malam untuk merayakan kerja sama antara perusahaan kita dengan perusahaan keluarga Wardhana..." ucap Rico pada Sofia.
"Kamu sama ibu harus datang ya..." sambung Rico.
"Iya mas, aku pasti akan datang..." jawab Sofia.
Bu Irma menghela nafas, seperti ada yang sedang dia khawatirkan.
Setelah selesai sarapan, Rico pamit pergi ke kantor. Sementara Sofia menyiapkan obat untuk sang mertua. Iya, bu Irma baru dua bulan ini sembuh dari sakit kanker payudara stadium tiga. Selama sakit Sofia lah yang merawat bu Irma dengan penuh kasih sayang, walaupun bu Irma cerewet.
Iya, sebenarnya Rico sudah menyiapkan perawat untuk mengurus sang ibu, namun tidak ada yang betah menjadi perawat bu Irma. Iya karena apa lagi kalau bukan karena bu Irma yang cerewet dan bicaranya sering membuat telinga panas. Untung saja Sofia sudah kebal dengan kecerewetan sang ibu mertua.
Sofia tidak pernah ambil hati apapun ucapan sang mertua. Dia menyayangi ibu mertuanya itu seperti menyayangi ibu kandungnya sendiri. Justru Sofia merasa bersalah pada ibu mertuanya karena selama enam tahun menikah dengan Rico, Sofia belum juga bisa memberikan cucu untuk bu Irma. Padahal selama ini bu Irma selalu bertanya pada Sofia kapan dia akan memberinya cucu.
Sebenarnya Sofia dan Rico sudah mendatangi belasan dokter kandungan yang ada di indonesia maupun di luar negri. Mereka sudah melakukan pemeriksaan baik pada Sofia maupun Rico. Namun hasil dari keduanya baik- baik saja, tidak ada masalah.
Namun tetap saja yang disalahkan adalah Sofia. Bu Irma sering menyindir Sofia secara halus, menurutnya perempuan yang tidak mempunyai anak adalah perempuan yang tidak sempurna.
Kadang Sofia merasa sedih dengan sindiran- sindiran dari ibu mertuanya. Namun dia sadar diri memang dia lah yang belum bisa memberikan cucu pada sang mertua.
"Mah, obatnya diminum ya..." ucap Sofia sambil meletakkan segelas air putih dan piring kecil berisi beberapa butir obat di hadapan ibu mertuanya.
"Mama bosan setiap hari minum obat terus. Kan kata dokter penyakit mama sudah sembuh, kenapa mama masih harus minum obat...?" tanya bu Irma terlihat kesal.
"Supaya penyakit mama tidak kambuh lagi..." jawab Sofia.
"Hah, percuma saja mama sembuh dari sakit kalau kamu belum hamil juga. Kamu tahu tidak Sofia, mama bertahan untuk sembuh karena mama ingin melihat anak dari Rico. Mama ingin menimang cucu dari Rico anak mama satu- satunya..." ucap bu Irma. Sofia pun mengangguk.
"Semoga saja dalam waktu dekat ini Rico bisa punya anak..." sambung bu Irma.
"Aaminnn... doakan saja ya Mah..." sahut Sofia.
Bu Irma tersenyum sinis sambil memalingkan wajahnya dari Sofia.
🐓🐓🐓🐓🐓
Sementara itu di kantor, Rico bertemu dengan Satria pemilik perusahaan keluarga Wardhana untuk menandatangani kontak kerja sama. Dan mulai hari ini Viviana adik kesayangan Satria ikut bergabung di perusahaan milik Rico. Dia menempati posisi sebagai wakil direksi.
Keesokan harinya di malam hari Rico dan Satria mengadakan makan malam di salah satu restauran mewah di Jakarta. Dari kantor Rico langsung menuju restauran, dia tidak sempat pulang ke rumah dikarenakan hari ini banyak sekali pekerjaan dan dia baru bisa keluar kantor pukul setengah delapan malam. Sedangkan acara makan malam akan dilaksanakan pukul delapan.
Untung saja Rico sudah mengantisipasinya dengan membawa pakaian ganti dari rumah. Jadi Rico mandi di kantor dan berganti pakaian di sana kemudian langsung menuju ke restauran.
Sementara itu Sofia dan Bu Irma pergi ke restauran diantar oleh supir. Pukul delapan pas, Rico, Satria, Viviana dan bu Merry ibu dari Satria sudah sampai di restauran. Hanya tinggal menunggu Sofia dan Bu Irma saja yang masih terjebak macet di jalan.
"Saya permisi ke toilet..." ucap Satria.
"Silahkan..." sahut Rico.
Rico, Viviana dan bu Merry berbincang santai sambil menunggu bu Irma dan Sofia. Lima menit kemudian yang ditunggu pun datang. Bu Irma dan Sofia langsung menghampiri meja di mana Rico dan yang lainnya sedang berbincang.
Bu Irma langsung cipika cipiki dengan bu Merry, begitu juga dengan Viviana. Sementara itu Sofia hanya bersalaman saja dengan keduanya. Dalam hati Sofia pun merasa heran, mengapa ibu mertuanya bisa seakrab itu dengan keluarga Wardhana. Padahal perusahaan Rico baru saja menandatangi kerja samanya tadi siang.
Sofia lalu menghampiri Rico dan mencium punggung tangannya. Rico kemudia mencium kening Sofia dengan lembut. Melihat apa yang dilakukan Rico, bu Irma melihat ke arah bu Merry dan Viviana secara bergantian. Sementara itu Viviana menghela nafas panjang lalu duduk kembali di kursinya.
"Mas, aku ke toilet dulu ya kebelet pipis..." ucap Sofia sambil berbisik pada sang suami.
"Iya sayang..." jawab Rico.
Sofia lalu pergi ke toilet. Viviana menatap datar ke arah Rico lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rico lalu menghela nafas.
Sementara itu Sofia yang sedang kebelet pipis bergegas menuju ke toilet. Saking tergesa- gesanya Sofia tidak memperhatikan bahwa dia salah masuk toilet. Iya, Sofia masuk ke toilet pria.
Dan tanpa sengaja Sofia menabrak seseorang yang baru saja keluar dari toilet.
"Brukkk..." Sofia menabrak seorang laki- laki.
"Aw..." Sofia kaget.
Sofia menatap lekat wajah laki- laki itu begitu pun dengan laki - laki itu,menatap dingin ke arah wajah cantik Sofia.
"Hei Tuan, apa yang anda lakukan di sini...?" tanya Sofia.
Laki- laki itu menghela nafas.
"Bukannya saya yang harus bertanya pada anda...? Kenapa anda berada di toilet pria...?" tanya laki- laki itu dengan nada dingin.
"Hah..? To...toilet pria...?" tanya Sofia terlihat bingung.
Lalu laki- laki itu melirik gambar pria yang ada di tembok yang menandakan bahwa ini adalah toilet pria.Sofia ikut melihat ke arah yang sedang dilihat oleh laki- laki tersebut.
"Hah... Ja...jadi aku yang salah masuk...? Ka.. kalau begitu aku minta maaf..." ucap Sofia terlihat begitu malu pada Satria.
"Permisi..." Sofia membungkukan badannya hendak keluar dari toilet.
Namun Sofia menghentikan langkahnya dan membalikan lagi badannya ke arah laki- laki tersebut.
"Tuan, ehm ... Toilet wanitanya ada di mana ya...? Aku kebelet pipis nih...." tanya Sofia sambil memegangi miliknya yang berbungkus gaun berwarna pink.
Laki- laki kembali menghela nafas. Baru kali ini dia melihat perempuan yang tidak tahu malu. Bagaimana bisa seorang perempuan memegangi tubuh bagian intinya di hadapan laki- laki yang tidak dia kenal.
"Apa kamu tidak bisa membaca...? Tuh toilet wanita ada di sebelah sana..." laki- laki itu menunjuk ke arah kanan di mana toilet wanita berada.
"Oh, ya ampun, gara- gara kebelet pipis mataku jadi tidak berfungsi dengan baik..." ucap Sofia sambil menepuk dahinya.
"Terima kasih tuan, aduh aku sudah tidak tahan, bisa- bisa aku pipis di celana ini..." Sofia berlari menuju toilet wanita.
Laki- laki itu menggelengkan kepalanya.
"Dasar perempuan aneh..." gumam laki- laki itu sambil berjalan meninggalkan toilet.
Seorang pelayan mengantarkan makanan dan menghidangkan makanan tersebut di hadapan Rico, dan yang lainnya. Satria pun sudah kembali dari toilet. Mereka bersiap untuk menyantap hidangan makan malam yang terlihat mewah dan lezat.
"Rico, Sofia masa sih, lama banget ke toiletnya...?" tanya bu Irma merasa tidak enak pada yang lain karena Sofia belum datang juga.
"Kamu susul gih..." sambung bu Irma.
"Iya mah..." Rico bangun hendak menyusul Sofia.
Namun tiba- tiba Sofia sudah kembali.
"Itu dia..." ucap Rico lalu kembali duduk.
"Sayang, kok lama banget sih...?" tanya Rico.
"I..iya maaf..." jawab Sofia.
"Ayo duduk..." ucap Rico.
Sofia lalu duduk di samping Rico dan tepat berhadapan dengan Satria. Melihat laki- laki yang dia temui di toilet duduk di depannya Sofia pun terkejut. Begitu juga dengan Satria yang tidak menyangka akan bertemu lagi dengan wanita yang menurutnya aneh itu.
"Di...dia...?" Sofia menunjuk ke arah laki- laki di depannya sambil menoleh ke arah Rico.
"Oya sayang, kenalkan, ini pak Satria, pemilik perusahanan keluarga Wardhana..." ucap Rico
Sofia
Rico
Satria
Viviana
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Asmara
hadir Thor....
2025-04-21
1