Cerita ini adalah lanjutan dari novel ~MIRA~
_____
Enam tahun telah berlalu di mana kejadian aksi bunuh diri Mira belum bisa dilupakan oleh Raka Alendra. Pria muda tampan yang memiliki kelebihan dapat mendengar isi pikiran orang lain.
Dengan kemampuannya itu ia dapat membangun perusahaan terbesar serta perusahaan lainnya. Seorang Presdir termuda di Perusahaan Welfin di kota Byusan. Tanpa sengaja, ia bertemu dengan Sovia indriani, wanita yang baru tiba dari luar negri sekaligus seorang single mom yang memiliki rupa yang sama dengan Mira dan memiliki seoarang Putra yang bernama Deva. Sovia bekerja sebagai karyawan biasa di perusahaan Welfin.
Tiba-tiba saja seorang wanita lain hadir dan memiliki wajah yang juga mirip dengan Mira. Wanita itu mencoba untuk mengambil perhatiaan Raka. Namun karena gadis kecil yang bernama Dean, Putri kecil dari Raka mencoba untuk menyingkirkan wanita tersebut, karena tak ingin Ayahnya terjebak akan rencana jahatnya.
Begitupun dengan bocah yang bernama Deva, ia mencoba membantu Dean untuk mempersatukan Ibunya dengan Ayah Dean. Dan ternyata kedua bocah itu adalah saudara kembar yang artinya Sovia dan Raka adalah orangtua kandung mereka.
Lalu bagaimana semua itu terungkap?
Yuk kita baca sampai selesai:)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Ke Pesta Perayaan
...[Beri like dan komen]...
Sovia melihat Deva yang terdiam. Entah apa yang membuat bocah itu terlihat cemas membuat Sovia tak tega untuk meninggalkan Deva.
Itulah mengapa Sovia berkali-kali menolak ajakan Raka ke pesta malam ini. Karena Sovia tau diri jika Ia telah memiliki seorang anak dan tak ingin membuat Putranya kuatir jika suatu saat nanti ia mendengar kabar bahwa Ibunya seorang perusak rumah tangga orang.
Sovia sebenarnya belum tau tentang Raka, apakah Presdirnya itu sudah memiliki istri atau tidak, tapi keberadaan Dean menyakinkannya jika Tuan Muda menyebalkan itu telah mempunyai Istri.
"Sayang, bagaiman jika tidur sekarang, Mami akan menemani tidur, bagaimana?" Sovia menawarkan sebuah ajakan untuk Deva.
Sovia kemudian berjongkok melihat muka imut Putranya. Deva mengangguk saja, ia tak memiliki ide untuk menghentikan Ibunya sekarang. Sovia dengan kasih sayangnya menggendong Putranya tak peduli dengan dress yang ia pakai dan tetap berjalan ke kamar Deva.
Deva pun dibaringkan ke tempat tidurnya ditemani Sovia duduk di sampingnya, Sovia mengelus perlahan kepala putranya. Sovia melihat Deva telah tertidur ia kemudian berjalan perlahan keluar kamar dan menutup pintu pelan-pelan.
Deva sebenarnya belum tidur, ia masih saja memikirkan Putri yang belum terlihat batang hidungnya.
"Di mana dia sekarang?" Deva bangun lalu duduk terdiam.
Hembusan angin senja terasa masuk melewati celah-celah jendela kamar miliknya. Pandangan Deva terlihat kosong membayangkan sosok ayah di sampingnya serta Ibunya.
Lama kelamaan cahaya di luar menampakkan malam telah tiba. Sovia masih berada di luar sedang berbicara dengan Vani.
Sedangkan Deva terlihat masih duduk diam di atas kasurnya, namun tiba-tiba ia dikagetkan oleh Putri yang muncul tanpa suara namun Deva tak peduli hal itu.
"Deva!" panggil Putri namun respon dari bocah itu cuma biasa-biasa saja.
"Kenapa?" Deva bertanya datar tanpa menoleh.
"Aku minta maaf sudah gagal menghentikan ibumu datang ke perayaan." Putri memainkan jari-jari tunjuknya.
"Sudahlah, aku tak peduli lagi." jawabnya datar.
"Jangan gitu dong! Harus semangat jangan lembek seperti bedak! Hehe ...." Putri berusaha memberinya semangat dengan mata berbinar-binar.
"Ibuku akan pergi sekarang, untuk apa kamu seperti ini, tidak perlu menghiburku kamu tak cocok sama sekali." ucapnya datar.
"Hmp!" Putri kesal melihat tampang datarnya. Sebenarnya ada yang ia katakan pada bocah ini namun lebih baik tak perlu memberitahu tentang dirinya yang tiba-tiba merasakan sakit.
Dari luar rumah terdengar suara klakson mobil, Sovia segera melihatnya, Pria berkacemata lumayan tampan mengikat sedikit rambut panjangnya, ia adalah Asisten Willy yang telah menunggunya.
"Wow. Apa dia pacarmu?" Vani yang di dekatnya melirik Pria yang keluar dari mobil mewah hitam itu.
"Bukan, dia adalah Asisten Atasanku, tapi kenapa dia harus datang menjemputku segala." Sovia heran melihat Willy datang ke rumahnya.
...Tok ... Tok...
Sovia segera membuka pintu, Willy tertegun tak menyangka ia berhadapan dengan dua wanita cantik terutama Sovia dengan dress putih memancarkan kecantikannya tiada tara.
"Maaf Nona Sovia, saya datang kemari di utus untuk menjemput anda langsung oleh Presdir Raka."
"Oh jadi dia mengira aku tidak akan datang ke acara itu." pikir Sovia.
"Ah maaf telah merepotkan anda." ucap Sovia.
"Hem .. apa hubungannya Sovia dengan Presdir Welfin sehingga Pria ini di utus langsung olehnya." Vani terdiam memikirkan Sovia.
"Silahkan Nona." Willy mempersilahkan Sovia berjalan duluan.
"Vani, aku titip Deva ya tolong jagain dia." Sovia menoleh.
"Tentu tak perlu kuatir." Vani tersenyum.
"Maaf telah mengganggu Nona." Willy menunduk kepada Vani.
"Eh ... tidak perlu seperti itu, hehe ...." Vani tertawa geli.
Sovia dan Willy berjalan ke mobil meninggalkan rumah. Vani yang menatap mereka pergi, ia masih sibuk dengan pikirannya.
"Bagaiman rupa Tuan Raka ini, kenapa Sovia bisa dekat dengannya." Vani penasaran sambil menutup pintu.
Sedangkan Deva dan Putri yang melihat mereka dari pintu menutup kembali pintu kamarnya. Mereka berdua saling bertatapan memikirkan sesuatu.
"Sekarang gimana?" Putri bertanya.
"Tidak tau." Deva terlihat lesu.
"Tapi siapa Pria itu? Apa dia Presdir pemilik kantor itu?" Deva bertanya pada Putri.
"Bukan! Yang pernah kulihat orangnya tidak seperti itu. Ia begitu tampan dan memiliki gaya yang keren dengan tatapan dinginnya." Mata Putri berbinar-binar menceritakannya.
"Terus dia siapa?" Deva bertanya kembali sambil duduk di kasurnya.
"Tidak tau." jawabnya datar.
"Emh!" Deva menyipitkan matanya merasa kesal.
"Berbicara dengan hantu ternyata tak bagus rupanya. Bukannya membantu malah membuatnya bertambah parah."
Seandainya Deva tau jika siang tadi, Putri mulai kesakitan, apa dia akan memperlakukannya lebih baik. Putri memang merahasiakannya ada maksud lain dilubuk hatinya, ia tak ingin Deva kuatir jika suatu saat nanti ia akan menghilang. Hari hari yang lalu juga ia merasakan itu, Putri berfikir mungkin waktunya sudah dekat untuk meninggalkan dunia ini.
Suara klakson mobil terdengar kembali, Vani yang sudah siap untuk tidur harus melihat siapa yang datang ke rumahnya. Ibunya tadi pagi sudah pulang ke desa dan bagaimana mungkin Bu Risma dengan cepatnya kembali ke kota.
"Siapa ya di luar?" pikir Vani.
Vani berjalan ke arah pintu, membukanya dan ternyata itu Dokter Kevin.
"Dokter Kevin?" Vani terkejut melihat Kevin.
"Malam Vani." Kevin melambai tersenyum. Vani membalas tersenyum juga. Vani menatap Kevin yang berpakaian rapi seperti ingin menghadiri sebuah pesta.
"Ada apa ya, Dok?" Vani bertanya.
"Oh, ya. Sovia, ada?"
"Sovia lagi, Sovia lagi, kenapa sih semua lelaki harus mencari Sovia sesekali tanya soal aku kek." batin Vani mulai jengkel.
"Dia keluar barusan." Vani menjawab malas.
"Oh jadi begitu, sebenarnya aku ingin mengajaknya tapi karena dia tak ada, bagaimana jika kamu menemaniku?" Kevin menatap Vani yang terdiam.
"Ya Tuhan. Dia mengajakku, hatiku benar benar senang mendengarnya tapi ada Deva yang harus aku jaga."
"Ada apa, Van?" Kevin melihat Vani yang cuma terdiam.
"Ah itu maaf. Aku tak bisa ... ada Deva yang harus aku temani." Vani menjawab lesu.
"Hem, kalau begitu maaf sudah mengganggumu, aku pergi dulu. Oh ya, jangan lupa datang ke rumah sakit, kamu boleh bekerja mulai besok." Kevin tersenyum, Vani yang mendengarnya kini mimik wajahnya langsung kembali lagi.
"Benarkah itu?" Matanya berbinar-binar.
"Haha ... tentu saja. Sampai jumpa besok." Kevin melambai lalu berjalan masuk ke mobil melaju pergi meninggalkan Vani yang terlihat bahagia.
"Yes! Kalau begini bisa lebih dekat dengannya." Vani menutup pintu berjalan kegirangan, tepat di depan kamar Deva ia berhenti membuka pintu itu, menengok kedalam.
"Baguslah dia sudah tidur kalau begini tak perlu menemaninya, lebih baik aku segera tidur tak sabar menunggu besok." Vani menutup pintu berjalan ke arah kamarnya.
Di dalam kamar Deva, yang terbaring di tutupi selimut itu hanyalah dua bantal yang memanjang. Sebab bocah itu kabur lagi dari rumahnya disaat Vani dan Kevin berbicara Deva dan Putri mulai lagi bersembunyi di bagasi mobil milik Kevin.
...****...
...Mungkin kah Deva akan bertemu lagi dengan Dean?...
...Sepertinya Kevin bakal ketemu Sovia di pesta ><...
...Halo Readers...
...Jangan lupa...
...Like...
...Komen...
...Dan...
...Vote...
...Terima kasih...
...
...
Maaf aku blm bca season 1 soalnya . Mau bca tp males ah..kpngen lgsug bca yg ini aja🤭