Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papi, Maher di Toko Aminah
"Eko ..." teriak Kanjeng Mami.
"Iya Kanjeng Mami yang super-super cantik" jawab Pak Eko tertunduk dengan baju sedikit basah karena sedang mencuci Mobil Kanjeng Mami.
Kata Mami, "Maher pake mobil mewah?"
"Iya Kanjeng"
"Oh gitu, yasudah cuci yang bersih ya Mobil Mami." Ujar nya. "Baik, Kanjeng Mami yang super-super cantik!" Balas Pak Eko.
"Tumben dia pake Mobil mewah nya! Mau kemana gitu ya?" Batin Mami sambil menghampiri Papi nya yang masih sibuk membaca koran.
"Pi ...," Kata Mami.
"Kenapa?"
"Maher kok tumben ya pake mobil mewah nya! Mau kemana ya dia, Pi?!"
Kata Papi dengan santai, "Biarin aja sih Mi, mungkin dia bosen pakai Motor mulu"
"Ya tumben aja gitu"
"Sudah lah, Maher sudah dewasa juga, jadi ngapain terlalu dipikirin"
Singkat Mami, "Iya lah ..."
"Maher pasti mau menunjukkan siapa diri nya kepada Aminah" Seru batin Papi.
Secara diam-diam, Papi pun mengirim pesan kepada Robi untuk menjemputnya bersama Pak Slamet di tempat biasa.
Pesan Papi kepada Robi, "Jemput Papi ya di tempat biasa, Papi tunggu ya!"
Tak lama Robi pun membalas nya saat hendak berangkat ke Bengkel, "Baik Pi, saya kesana sekarang"
Di Toko Aminah.
Arumi memeluk Maher di dalam Toko, ia memeluk nya karena Maher begitu mempesona hingga membuat nya jatuh cinta tak berdaya. Maher hanya tersenyum sederhana atas pelukan Arumi.
Kata Arumi, "Kamu ganteng banget si Maher"
"Ingat, aku punya Aminah loh" jawab nya tersenyum.
"Hehe .., biarin, sesekali boleh kan meluk kamu"
"Hmm ..." gumam nya, "Aminah mana?" Tanya Maher masih dalam pelukan Arumi.
"Tuh di belakang, lagi sibuk bikin kue"
"Oh gitu ..."
Maher pun menuju ruangan belakang untuk menemui Aminah dengan menyeret Arumi yang tak melepaskan pelukannya.
Kata Arumi dengan wajah konyol setiba di ruangan belakang, "Minah, kenalin dong, ini cowo aku yang baru"
Aminah melihat keduanya sedang dalam pelukan, wajah nya kecut seketika dan melemparkan adonan yang menempel pada lengannya.
"Arumi ...iiiii, " teriak Aminah kesal.
"Plak ...." lemparan adonan kue kepada mereka hingga mengotori wajah keduanya.
"Minah, kotor nih" jawab Arumi.
"Bodo ..." ketus Aminah.
"Cie, cie, cie, cemburu ni ye" ejek Arumi dan semakin erat memeluk Maher.
Maher hanya terdiam tersenyum karena tingkah keduanya yang selalu membuat cerita baru.
"Minah, enak tau peluk-peluk Maher" ejek Arumi semakin membuat nya marah.
Aminah tak menghiraukan perkataan Arumi, ia hanya sibuk membanting dan membolak- balikkan adonan kue dengan wajah masam dan kesal. Hati nya terbakar cemburu atas perilaku Arumi. Maher menahan senyum nya melihat reaksi Aminah yang tampak cemburu sangat terlihat lucu.
"Minah ..., putusin Maher aja deh, Please" seru Arumi mengejek nya tak henti.
"Ambil sana kalau kamu mau, sekalian bungkus tuh Maher pakai kertas nasi" jawab Aminah tanpa menoleh dan hanya sibuk memukul adonan dengan wajah semakin terbakar cemburu.
"Dikira nasi warteg kali muka gue" batin Maher.
"Hahaha ..." tawa Arumi terbahak-bahak.
Maher pun melepaskan pelukan Arumi dengan mudah, ia segera menghampiri Aminah yang terbakar cemburu.
Kata Maher, "Oh sayang ku, jangan marah gitu ya, jelek tau" sambil memeluk Aminah.
"Kalian nyebelin" kata Aminah sedikit meneteskan air mata nya di pipi.
"Iya maaf, kita hanya bercanda kok"
"Becanda tapi berlebihan, gak lucu tau!" jawab Aminah dengan suara tersendat karena menangis, ia pun mengelap air mata nya dalam pelukan Maher.
Arumi tertawa, "Hahaha ..., sampe nangis dia, lucu sekali lo Minah"
"Cup, cup, cup ..." potong Maher sambil mengelus rambut Aminah yang mengkilap.
"Ngeselin banget sih kalian, malu tau aku"
"Hehe ..., kabor ..." kata Arumi pergi kedepan untuk melanjutkan membersih kaca Toko serta Rak kaca.
"Dasar bekicot sawah kamu, Rum"
"Sudah-sudah, dia sudah pergi" ujar Maher.
Aminah memerah malu karena mudah menangis, ia pun menatap Maher dengan penuh rasa takut kehilangan. Pelukannya semakin erat, begitu pula dengan Maher.
"Aku takut kehilangan kamu, sayang! Jadi, maaf ya aku mudah menangis" kata Aminah.
"Iya sayang, aku juga sama takut kehilangan kamu!" balas Maher.
Keduanya jatuh dalam pelukan hingga termakan waktu cukup lama, perasaan mereka semakin menyatu dan semakin mengikat satu sama lain.
Kata Maher, "Oia, aku mau membicarakan sesuatu"
"Apa itu sayang" jawab nya dengan manja.
"Maaf ya sebelumnya, aku sudah berbohong sama kamu"
"Soal apa?" singkat Aminah mulai serius.
"Mmm ..., soal aku bukan pekerja bengkel, melainkan aku lah Bos nya"
"Alasan nya apa kamu berbohong sama aku?" Kata Aminah.
"Ya aku takut kamu itu cewe matre"
"Hhmm .." gumam Aminah dengan tenang.
"Aku bukan wanita seperti itu, aku hanya butuh cinta yang tulus dari siapa pun yang akan memberikannya kepada ku" jelas Aminah.
"Aku senang mendengar nya!" Seru Maher, "Lalu, kamu tidak marah sama aku?" Sambung kembali Maher.
"Tidak, cuma jangan lagi ya kamu berbohong, aku gak suka"
"Iya, aku janji"
Papi Maher tiba di Toko Aminah bersama Robi, "Selamat pagi"
"Pagi juga Kakek ..." jawab Arumi tersenyum menyambut keduanya.
Maher mengenali suara lelaki tua dari dalam Toko, ia pun mengintip nya dari sela-sela tirai pembatas pintu.
"Papi" batinnya berkata.
"Siapa sayang?" Tanya Aminah.
"Mmm .., mungkin pelanggan mu" jawab nya berbohong.
Aminah lekas mengintipnya di balik tirai dengan perlahan. "Hhmm ..., kakek yang kemaren deh kayanya"
"Kamu sudah ngobrol dengan kakek itu?"
"Tidak"
"loh kok tidak? Gimana cerita nya" kata Maher kebingungan.
Jawab Aminah, "Ya memang benar, kan yang di depan Arumi, jadi dia yang melayani pelanggan ku semuanya"
"Hmm ...." gumam Maher seraya berpikir. Ia pikir Papi nya sudah mengenal Aminah, ternyata belum sama sekali.
"Lo kok sama Kakek ini, Rob?" Bisik Arumi.
"Dia ini Papi nya Maher!" balas bisik Robi.
"Apa ...?" Kata Arumi kaget hingga membuat Kakek menoleh kepada nya.
"Ada apa, Nak?"
"Oh tidak ada apa-apa, Kek" jawab Arumi dengan wajah setengah tak percaya. "Ternyata dia Papi nya Maher" sambung kembali batin nya.
Papi Maher kebingungan, karena di Rak kaca tidak ada satu kue pun yang terpajang. Lantas ia pun menanyakannya kepada Arumi.
Tanya Kakek dengan wajah datar, "Oia, kue mu kok pada kosong?"
"Mmm ..., kami belum siap membuat nya, Kek"
"Walah, ini sudah jam 10 pagi loh, kok belum siap?" Kata Kakek kebingungan.
"Kebetulan Toko kami menerima order terlebih dahulu, setelah itu baru kami buat Kek. Tapi, nanti sebagian kue akan di pajang untuk pelanggan yang datang langsung ke Toko" jelas Arumi.
"Walah, begitu toh, pantas saja kalian belum memajang kue nya!"
Tak lama Robi menghampiri Papi Maher, ia mau mengatakan sesuatu kepadanya soal Aminah. "Pi, sudah tau Aminah yang mana?" Bisik Robi.
Papi hanya mengangguk tersenyum tertahan menandakan sudah mengenalnya.
"Ya sudah kalau gitu, jadi selanjutnya kita mau ngapain"
"Ya tunggu kue nya jadi saja"
"Baik, Pi ..." balas Robi dengan nada pelannya.
Mari kita saling mendukung! Aku juga udah baca novel kakak.. sejauh ini baru baca 3 bab dan lumayan suka. Semangat terus ya nulisnya😊