Cinta kita berbeda seperti dua garis yang tidak pernah bertemu,namun tetap saling melengkapi. kita memiliki latar belakang, keyakinan, dan impian yang berbeda. Tapi cinta kita kuat dan tak tergoyahkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda permata Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Pukul 07;30
Murid SMA Wulan bersekolah, tengah mendengarkan arahan dari guru mudah tampan berwajah oriental yang biasa di panggil pak Adrian itu.
Saat sedang berbicara mengarahkan siswanya , ucapannya pun terhenti karena seorang murid yang berhijab, dengan rusuh berlalu ke arahnya.
Pa - gi, p - pak " ucap Wulan ngo-ngosan dengan membungkuk memegang lututnya sebagai penopang.
Di barisannya semua murid menatap wulan yang baru saja datang dengan menahan tawa dengan penampilan wulan yang jauh dari kata baik ini.
Melihat Wulan dahi pak Adrian berkerut bingung menatap siswinya tersebut " kamu kenapa lari-larian? " Tanya pak Adrian bingung.
Mendengar pertanyaan dari guru tampan nya itu, membuat Wulan menegakkan tubuhnya , lalu menarik dan menghembuskan nafas guna menstabilkan pernafasan nya itu " maaf saya terlambat pak " jawab Wulan.
" Kenapa terlambat? " Tanya pak Adrian
" Tadi rantai pak gojek lepas pak " ucap Wulan lalu menatap ke arah pak Adrian yang menaikkan alisnya sebelah tanda tak mengerti.
" Iya pak jadi, karena rantai motornya lepas pak gojek meminta sya untuk membantu memperbaiki rantai motor nya itu. " lanjut Wulan.
" ya sudah sana masuk barisan, karena kamu masi murid baru di sini , bapak kasi kamu kesempatan asal jangan di ulang " Jawab pak Adrian
" Makasih pak " Ucap Wulan sambil melangkah ke belakang untuk mengikuti barisan.
\*\*\*\*\*
Di hari yang sama Wulan maupun Kristian, merasa tidak nyaman dengan ke jadian di klub kemarin . Ia ingin meluruskan kesalahpahaman kemarin tetapi, ia sadar bahwa mereka berdua tidak dalam hubungan apapun. Entahlah Kristian menjadi frustasi memikirkan hal itu . Ia beranjak dari duduknya menuju penghujung rooftop meletakkan ke dua sikunya sebagai penyangga dan menyatukan jari jemari kanan dan kirinya menjadi kepalan.
Menatap hamparan luasnya SMA international School yang terlihat begitu jelas dari atas sini sambil menggenggam ponsel, ponsel itu terasa berat di tangan Kristian . Dalam hati ia terus bergulat haruskah ia menelfon Wulan meminta maaf dan memohon untuk bertemu agar ia bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi malam itu , tapi di sisi lain ia sadar bahwa mereka tidak memiliki hubungan apapun.
Bayangan wajah Wulan muncul jelas di benaknya, tatapan kecewa itu dan langkahnya yang menjauh tanpa sekata apapun. Kristian menghela nafas panjang, ia tau semua ini salahnya andaikan malam itu ia tidak bertemu dengan ayu mungkin semua ini tidak akan terjadi ia menatap layar ponsel , nama Wulan terdaftar di nama favorite . Ibu jari Kristian melayang di ikon panggilan " Terlalu cepat " gumamnya lirih tapi ia sadar terlalu lama pun bisa membuat semuanya terlambat.
Akhrinya dengan jemari yang sedikit gemetar , ia mengetuk layar ponsel . Nada berdering sekali dua kali tiga kali . Kristian menutup mata berharap Wulan masi mendengarkan nya. Tapi di dering ketiga kali Wulan tidak mengangkat telepon dari Kristian.
Karena tidak di angkat juga oleh Wulan, akhirnya Kristian memutuskan menyimpan ponselnya di saku celananya itu, tapi tidak bisa di pungkiri bahwa ia merindukan suara gadis itu. Dengan sedikit keberanian ia mengambil kembali ponsel yang berada di sakunya, dan mencoba menghubungi kembali nomor Wulan.
Suara berdering terdengar dari ponselnya, tetapi tidak ada pergerakan dari Wulan di ujung sana .
Wulan mengernyit siapa yang menelfon nya " Kristian " beo Wulan .
Karena mendengar ponselnya berdering lagi, Wulan menghela nafas lalu mengangkat nya dengan malas "Halo " sapa Wulan di seberang sana.