Kisah dari seorang gadis yang tidak diinginkan kehadirannya oleh kedua orang tuanya. mampukah dia mencari kebahagiaannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Respati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEDATANGAN AVANYA DI KANTOR BARA.
Pagi hari sinar matahari menerpa wajah Kania dari cela cendela serta suara berisik membangunkan Kania dari tidur lelapnya.
"Selamat pagi Nona Kania..." sapa dua orang suster yang sudah ada di sebelah ranjang tempat tidurnya.
"Pagi Suster.." jawab Kania.
"Maaf Nona..di seka dulu ya..." kata salah satu dari mereka.
"Iya silahkan Suster..." jawab Kania.
Mereka pun segera menyeka tubuh Kania. Mereka dengan sabar mengusap tubuh Kania dengan lap dan air hangat. Tak lama selesai sudah mereka membersihkan tubuh serta menggantikan baju Kania.
"Sudah selesai Nona, .." kata mereka ketika melihat Kania sudah bersih dan segar.
"Terimakasih suster.." jawab Kania sambil tersenyum manis.
"Sama- sama nona ...kami permisi dulu "
Merekapun meninggalkan kamar Kania. Setelah kepergian kedua suster tadi pintu kamar Kania terbuka kembali. Terlihat Bara yang sudah berpakaian rapi masuk kedalam.
"Pagi Bos..." sapa Kania .
"Pagi...kau terlihat sudah segar..?" jawab Bara sambil duduk dekat Kania.
"Benarkah...? Mungkin karena suster membasuh tubuhku Bos.." jawab Kania sambil tersenyum.
"Bos mau berangkat kerja...?" tanya Kania.
"Iya sebentar lagi...nggak apa - apa kan kalau kau aku tinggal sebentar...?"tanya balik Bara.
"Nggak apa - apa Bos , Nia bisa jaga diri kok, Nia nggak akan banyak gerak, lagian ada si Keti yang nemanin Nia kan...?" kata Kania meyakinkan Bara.
"Baguslah aku bisa tenang meninggalkan kamu ..." kata Bara sambil nengacak rambut Kania. Seketika Kania membeku mendapatkan perlakuan Bara.
" ya ampun Bos...jangan buat gue baper napa, kalau bos memperlakukan gue kayak gini bisa- bisa gue bener- bener cinta ame elo Bos " seru Kania dalam hati.
Tok tok tok....
Terdengar ketukan pintu menghentikan pembicaraan mereka berdua.
"Masuk..." jawab Bara datar.
Seorang suster datang membawa nampan berisi makanan.
"Nona makan dulu ya... " kata sang suster sambil menaruh makanan di atas nakas. Tapi Bara memintanya pada suster.
"Mana Suster..." pinta Bara.
"Ini tuan...." kata Suster sambil memberikan nampan makanan pada Bara dengan perasaan takut.
"Sudah kalian pergi saja..." perintah sang pemilik rumah sakit.
"Baik tuan...permisi Nona..." suster itu pun segera keluar dari ruangan Kania.
Bara segera membuka penutup nampan makanan.
"Ayo makan dulu..." kata bara dengan lembut. Kania dengan terpaksa menerima suapan demi suasana yang di sodorkan Bara. Bara tertawa senang dalam hati ketika tidak ada penolakan dari Kania. Tak memakan waktu lama makana Kania sudah habis. Dengan sabar Bara mengambilkan minum buat Kania.
"Trimakasih Bos..." ucap Kania setelah selesai makan.
"Sama- sama.." jawab Bara lembut.
"Bos kalau Kania tetap disini Kania semakin banyak berhutang budi pada Big Bos.." kata Kania perlahan.
"Lalu...?" tanya Bara menggoda.
"Lalu bagaiman Kania membayar nya Bos...?" jawab Kania kesal.
"Menikahlah denganku...." jawab Bara datar.
"Yee si Bos nggak lucu ah..." seru Kania sambil memanyunkan mulutnya.
"Siapa yang melucu Kania..." kata Bara sambil mencubit pipi Kania yang membuat dia gemas.
"Bos dengerin nich ya...yang namanya menikah itu nggak semudah berbicara Bos, kita Butuh pendekatan, penyesuaian diri, cinta pokoknya banyak dach. Bukan baru ketemu lalu kita Nikah...." kata Kania panjang kali lebar.
Bara tersenyum mendengar omongan Kania.
"Aku sudah melakukan semua yang kau katakan...." jawab Bara enteng.
"Semua ...?" tanya Kania sambil mengeryitkan dahi tak mengerti.
"Hmm..." goda Bara dengan senyum misteriusnya.
"Mana mungkin...? Bukankah kita baru satu bulan bertemu..?" sangkal Kania.
"Kita sudah lama bertemu Nia..." kata Bara penuh teka teki.
"Kapan...?" tanya Kania penasaran.
"Kau ingat ini...?" kata Bara sambil mengeluarkan bandul kalung yang ada di dalan bajunya. Kalung yang selalu nelilit di lehernya. Kania menatap bandul kalung itu dengan seksama.
"Kok seperti gue femiliar sekali ya dengan bandul itu.." gumam Kania.
"Kau lupa..?" goda Bara.
'Ya Tuhan....bukankah itu kalung yang diberikan bik Monah padaku ketika aku masih kecil dulu ya...' teriak Kania dalam hati.
"Bos dari mana anda mendapatkan barang itu...?" tanya Kania dengan wajah sendu.
"Dari seorang gadis yang telah menolong nyawaku.." jawab Bara .
"Maksud Bos ...?" tanya Kania tak mengerti.
"Saat itu aku terluka parah dan gadis itu dengan beraninya menolongku dengan gerobak gado- gadonya.." jawab Bara sambil menatap mata Kania.
"Di mana itu..." tanya Kania yang mulai bisa menebak kearah mana Bara maksudkan.
"Di Kota B.." jawab Bara.
"Jangan Bilang kalau gadis itu adalah aku, dan pria terluka itu , pria yang di kejar beberapa orang penjahat dan dia terluka parah ada anda ..?" tanya Kania meyakinkan.
"Hmm..." jawab Bara sambil menganggukkan kepala.
"Ya Tuhan....jadi pria itu tuan...? lalu kok bisa kalung Kania berada di tangan tuan..?" seru Kania dengan wajah kagetnya.
"Nia....kau minta dihukum...?" tanya Bara dengan tatapan tajam.
"Maksud tuan....?" tanya Kania tak mengerti.
"Panggilanmu Kania..." Bara mengoreksi perkataan Kania.
"Uff maaf...." kata Kania sambil mendekap Mulutnya.
"Karena kau sakit kali ini aku maafkan tidak untuk lain kali..." kata Bara lagi.
"Iya iya...Nia nggak akan lakuin lagi.." kata Kania dengan wajah imutnya.
Bara menahan gemas melihat wajah imut Kania.
"Lalu dari mana Bos mendapatkan Kalung Kania...?" tanya Kania lagi.
"Dari suster yang merawatku, mereka memberikan itu setelah aku sadar sehabis operasi. Mereka bilang menemukan kalung ini di saku bajuku." kata Bara menjelaskan.
"Saat aku sudah sembuh dari sakit aku mencarimu untuk mengembalikan kalung ini dan mengucapkan terima kasih padamu , tapi aku tak pernah bisa menemukan dirimu. Sebenarnya kamu pergi kemana sich setelah itu. aku dan anak buahku tak bisa menemukan keberadaanmu.." tanya Bara pada Kania.
"He he..sebenarnya Kania nggak pergi kemana mana Bos, setelah kejadian menolong Bos dulu Kania tidak di ijinkan oleh paman dan bibik berjualan lagi , karena saat itu Kania sudah kelas tiga dan Kania berusaha untuk mendapatkan beasiswa di universitas yang Kania inginkan..jadi paman dan bibi melarang Kania berjualan..." jawab Kania.
"Nach Bos karena itu milik Kania tolong kembalikan pada Kania ya...?" kata Kania meminta Kalung pemberian bik Monah.
"Nggak bisa...kau bisa memiliki kalung ini lagi kalau kau menikah denganku.." kata Bara sambil memasukkan kembali kedalam bajunya.
"Yailah Bos....berat amat sich peryaratannya..." seru Kania.
"Terserah...kalu kau mau memiliki kalung ini maka kau harus menuruti permintaanku..." kata Bara lagi.
Kania terdiam menatap wajah Bara dengan muka cemberut.
"Giman ....mau..?" tanya Bara dengan tatapan menggoda .
"Boleh di ganti dengan persyaratan lain nggak Bos...?" tanya Kania.
"Ada sich..." jawab Bara dengan raut wajah penuh misteri .
"Apa, apa Bos...." tanya Kania antusias.
"Jadilah mamanya Kinan dan mama putra putriku..." jawab Bara serius.
"Yach....sama juga bohong Bos..." seru Kania jengkel. Bara tertawa keras melihat wajah Kania yang terlihat sangat imut menggemaskan.
Tok tok tok...
Ketukan di pintu menghentikan percakapan mereka.
"Masuk..." jawab Bara.
Anton muncul di depan pintu.
"Bos kita harus pergi kekantor, satu jam lagi meeting di mulai..." kata Anton memberitahu. terlihat wajah Bara yang enggan pergi. Kania yang melihat itu segera berkata.
"Bos..anda harus kekantor..." kata Kania.
Bara menatap Kania dengan wajah sendu
"Baiklah aku akan pergi dulu , ingat perkataanku Nia..." kata Bara sebelum berdiri.
"Aku pergi dulu..." tiba- tiba Bara mencium bibir Kania yang cemberut. Seketika Kania membeku. Jangankan Kania Antonpun terkejut dengan perbuatan Bara. Sedang Bara pergi meninggalkan Kania dengan bibir tersenyum .
"Ayo kita pergi..."ajak Bara pada Anton yang segera sadar setelah mendapat tepukan di bahunya.
"Baik Bos..." jawab Anton.
Setelah kepergian kedua orang itu Kania baru sadar.
"Ya Tuhan ...ciuman pertamaku...." seru Kania sambil menutup bibirnya dengan jemari tangannya.
"Dasar Bos sableng...hilang suda ciuman pertamaku..." runtuk Kania.
Sedang Bara masih tersenyum manis saat berjalan keluar dari rumah sakit. Namun ketika sampai di kantornya wajah Bara kembali dingin. Apalagi saat menghadapi para petinggi perusahaan nya. Wajah Bara kembali dingin dan menakutkan. Setelah meeting yang menghabiskan waktu tiga jam lebih Bara segera keluar dari ruang meeting menuju ruangannya. Ketika hampir sampai di ruangan nya Bara melihat sang sekertaris sedang berdebat dengan seseorang. Ketika Bara dan Anton sudah dekat mereka melihat ternyata dia Avanya dan Intan sekertaris Bara .
"Ada apa ini...?" tanya Bara.
"Ini tuan.. Bu Avanya mau masuk kedalam ruang tuan Bara, .." jawab Intan. melihat kedatangan Bara wajah Avanya berbinar. dia segera berjalan kearah Bara.
"Bara...lihatlah sekretaris Bodohmu ini, dia tidak memperbolehkanku masuk keruanganmu sayang.." kata Avanya dengan manja dan mendekati Bara.
"Stop jangan mendekatiku... Siapa yang mengijinkanmu datang dan masuk kedalam kantorku...?"tanya Bara dingin
"Bara jangan ngomong seperti itu ... bukankah kita akan segera bertunangan dan secepatnya kita akan menikah...?" jawab Avanya manja.
"Dalam mimpimu..." kata Bara dingin.
"Bara...jangan begitu sayang... Aku tahu semua ini kau lakukan demi putramu kan...aku tahu kau sangat mencintaiku, dan demi keinginan putramu kau menolakku..." kata Avanya dengan penuh keyakinan .
"Tutup mulutmu...!"teriak Bara penuh marah, hawa di sekitarnya dingin menakutkan. Avanya pun merasakan itu, hatinya mulai ketakutan tapi dia tak perduli karena di dalam otaknya tertanam kalau Bara mencintai dia tidak mungkin Bara akan menolak dirinya.
"Ayolah sayang...Kau jangan menyangkal tentang pertunangan kita..." seru Avanya tak tahu malu.
"Dasar gila...Ton seret dia keluar .." kata Bara datar.
"Baik Bos...." jawab Anton . bertepatan saat itu ada dua satpam datang. Kedua satpam itu di panggil Intan untuk membawa Avanya saat Bara belum datang. Antonpun segera menyuruh kedua satpam itu membawa Avanya keluar .
"Tunggu....Bara aku masih ada kepentingan denganmu, aku tahu kau sangat mencintaiku...." teriak Avanya yang sudah di seret oleh kedua orang satpam tadi.. Bara tak perduli dia segera masuk kedalam ruangannya di ikuti oleh Anton sang sekertaris dengan wajah marah .
"Bara...aku minta maaf , tolong Bara aku sangat mencintaimu.." teriak Avanya lagi tanpa rasa malu . Namun Bara tak perduli dan semakin marah.
"Dasar wanita gila, tak tahu malu..." teriak Bara marah.
"Dia pasti akan selalu mengejarmu Bara. Kata Anton serius.
"Katakan pada Satpam jangan sampai dia bisa masuk kedalam kantor kita.." tegas Bara.
"Baik Bos...." jawab Anton.
"Dasar wanita murahan..." kata Bara dengan nada dingin dan marah.
"Kamu hendel kembali di sini, semua fail kamu kirim langsung ke leptopku aku akan mengerjakannya dari rumah sakit.." kata Bara penuh perintah.
"Baik Bos...." jawab Anton kembali. Barapun segera berjalan keluar ruangan.
Bara segera membawa mobil mewahnya pergi kerumah sakit untuk menemui Kania. Ketika sampai di sana Bara melihat sang gadis sedang berbincang dengan keluarga angkatnya. ketika melihat kehadiran Bara Kania menyapanya.
"Siang Bos..." sapa Kania dengan senyuman di bibirnya.
"Siang Nia ..siang semua..." jawab Bara dengan datar. Dia masih terpengaruh dengan suasana tadi. kemarahannya masih terbawa. melihat itu pak Asep dan bik Monah merasa tak enak. mereka segera mohon diri .
"Nia Bos mu udah datang, paman dan bibik pulang dulu ya...?" kata pak Asep pada Kania. Kania pun tahu kalau pak Asep dan bik Monah takut melihat Bara.
"Baiklah paman bibik...hati - hati di jalan " jawab Kania sambil tersenyum .
"Bibik pamit dulu Nia, cepat sembuh biar ceper pulang..." kata bik Monah sambil mencium dahi Kania.
"Trimakasih bik..." jawab Kania.
"Paman pulang nak..." kata pak Asep sambil membelai kepala Kania.
"Iya Paman...hati - hati di jalan..." jawab Kania. pak Asep dan bik Monah segera keluar setelah berpamitan dengan Bara.
setelah mereka berdua sudah keluar dari ruangan, Bara segera mendekati Kania. Dia duduk di sebelah pembaringan Kania.
"Maaf ada masalah Bos....?" tanya Kania ramah.
" Nggak ada..." jawab Bara.
"Tapi kenapa Muka Bos maaf kayak baju belum di setrika...." goda Kania agar wajah Bara sedikit santai.
"Hey.. kau mulai berani mengataiku ya..." kata Bara sambil menatap Kania.
"Maaf...habis muka Bos sangat menakutkan ketika marah..." kata Kania berani.
"Benarkah....?" tanya Bara yang mulai sabar.
"Hmm..." jawab Kania dengan anggukan.
"Apakah ini berarti gadisku mulai memperhatikan diriku...?" tanya Bara dengan wajah menggoda kemarahannya mulai mencair setelah melihat senyum Kania. Kania tersipu mendapatkan tatapan Bara yang menggoda.
"Bos...jangan menyalah artikan perkataan orang dech..." kata Kania menutupi debaran jantungnya.
'Bos..tolong jangan kau buat aku terjerat cinta yang nggak mungkin kumiliki... aku sadar siapa diriku Bos...( teriak Kania dalam hati)
"Nggak menjadi masalah jika aku menganggapnya seperti itu..." jawab Bara sambil kembali tersenyum .
'Ya Tuhan....senyum itu. teriak kania lagi dalam hati. Wajah Kania merona merah.
Bara senang melihat Kania tersipu malu.
"Terserah Bos saja dech..." kata Kania pasrah. rasa malu membuat Kania ingin lari saja. namun apa daya tubuhnya masih lemah untuk bergerak karena luka di punggungnya masih terasa sakit. Dia hanya bisa memalingkan muka sambil cemberut. Bara tertawa melihat tingkah Kania. Ingin rasanya dia kembali mencium bibir Kania yang manis yang sedang cemberut itu. terlihat bibir itu sangat menggemaskan.
"Jangan cemberut seperti itu jika di depan pria lain..." kata Bara lagi. Kania yang mendengar perkataan Bara menatap Bara kembali.
"Emang kenapa Bos..." tanya Kania tak mengerti.
"Pokoknya jangan cemberut seperti itu jika di depan pria lain..." ulang Bara. sambil menatap mata Kania.
"ya elah Bos.... mana bisa Kania mengatur wajah Kania..." jawab Kania dengan wajah lucu.
"Pokoknya harus bisa.... "tekan Bara.
'Ist dasar si Bos.... mana mungkin gue bisa ngatur wajah gue kalau lagi jengkel tentu saja wajah gue cemberut. apa iya gue harus tertawa ketika jengkel...( gerutu Kania dalam hati) he he si Bos ada ada wae...author juga bingung..🤣.
"Kau tadi sudah makan siang....?" tanya Bara sambil menatap kembali Kania.
"Sudah..." jawab Kania .
"Siapa yang menyuapi..." tanya Bara lagi. karena tubuh Kania belum boleh terlalu banyak bergerak.
"Tadi bik Monah yang menyuapi Nia.." jawab Kania yang tahu Bara khawatir.
"Baguslah , soalnya kau masih belum boleh banyak bergerak agar lukamu cepat sembuh.." Nasehat Bara.
"Iya Nia tahu Bos..." jawab Nia sambil tersenyum.
"Bos...apa Kinan nanti datang yal...?" tanya Kania penuh harap. Bara senang Kania sayang pada sang putra.
"Iya...sebentar lagi mungkin mereka datang, kenapa..? kau sudah kangen Kinan...?" tanya Bara.
"He he Iya Bos..." jawab Kania sambil tertawa lucu.
"Lalu sama Papa Kinan...?" tanya Bara kembali menggoda.
"is si Bos...kan si Bos selalu ada di sini.." jawab Kania.
"Jadi kalau aku nggak ada di sini kamu rindu sama aku...?" kata Bara dengan wajah berbinar. Kania terpaku mendengar omongan Bara.
'Mati gue...gue harus ngomong apa..? ( teriak Kania dalam hati).
Kania terdiam mendengar perkataan Bara. dan itu membuat Bara semakin gembira. kediaman Kania mengatakan kalau dia mulai membuka hatinya untuk Bara .
Bersambung.