Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah mendapatkan banyak pelanggan, akhirnya toko yang di kelola oleh Zeera pun resmi dibuka. Terlihat gadis itu yang sedang menggunting pita dan memberikan pidato singkat pada orang-orang yang menyaksikan launchingnya toko kosmetik tersebut.
Walau tanpa seorang Devan yang mendampingi di sampingnya karena masih harus menyembunyikan statusnya, namun pria itu masih bisa menyaksikan secara langsung melalui siaran live yang di lakukan oleh Aldi melalui akun resmi toko Zeera. Acara pun berlangsung dengan lancar tanpa hambatan sedikitpun.
Setelah resmi di buka, Zeera mempersilahkan mereka untuk masuk dan memberikan diskon besar-besaran spesial untuk hari ini. Yang di layani oleh para karyawan yang sudah di rekrut Zeera beberapa hari lalu.
Drrtt ... Drrttt ...
Panggilan masuk di ponsel Zeera membuat wanita itu masih terdiam diluar sambil bicara melalui panggilannya yang tidak lain adalah dari Devan.
Pria itu hanya memberikan selamat pada Zeera dan mengajak nya dinner malam ini selepas ia selesai dengan pekerjaan nya. Dengan senyuman yang lebar, Zeera menyetujui ajakan Devan.
["Aku tutup dulu panggilannya karena masih ada meeting."]
["Em, bye-bye."] Sahut Zeera.
Belum sempat Zeera masuk kedalam toko nya, seorang pria datang menghampirinya.
Zeera menatap malas Ragil yang melangkah mendekatinya.
"Sepertinya selama ini kemajuan mu cukup lumayan, tapi aku masih penasaran, pria mana yang sudah memungut janda miskin seperti mu?" Ucap Ragil dengan tidak tau malu nya dan melangkah mengelilingi Zeera, "andai waktu itu aku tidak membuang mu, mungkin saat ini kehidupan ku semakin monoton." Sambungnya dengan sombong.
"Jika tidak ada urusan yang lebih penting, cepat pergi dari sini!"
Ragil tertawa dengan cukup keras, "Zeera... Zeera ... selagi kamu mau memohon, aku akan memberikan kesempatan kedua untuk mu. Perlu kamu tau, saat ini aku sudah berhasil mengambil alih perusahaan Santoso karena aku sudah berhasil mendapatkan investor besar yang ingin bekerja sama dengan ku. Bagaimana? apa kau tidak tertarik?"
"Dan perlu kau tau, sampai kapanpun aku gak akan pernah sudi kembali ke sisi pria brengsek seperti mu! Kesalahan terbesarku adalah pernah menjadi seorang istri dari pria yang tidak tau malu."
Ragil tersenyum miring, "oke, kita buktikan siapa yang akan mengemis untuk memohon." ujar Ragil yang masih saja sombong.
"Non Zeera!" panggil Aldi yang segera menghampiri wanita itu.
Melihat Aldi yang keluar dari dalam toko, Ragil bergegas pergi dari sana.
"Apa yang terjadi? Nona gak papa?"
Zeera mengangguk, "Ayo masuk!" sahutnya di ikuti oleh Aldi yang sesekali menoleh ke belakang melihat Ragil yang sudah berlalu.
Tidak lama setelah Zeera masuk, seorang kurir tiba disana dengan membawa satu buket bunga berukuran cukup besar dan tidak lupa juga dengan sebuah kado. Setelah memberikan tanda terima, Aldi membawa kedua barang tersebut dan memberikannya pada Zeera.
"Semakin hari sepertinya pak Devan semakin terang-terangan." Aldi menaruh kedua barang tersebut di meja Zeera sambil tersenyum.
Zeera mendecih pelan seraya tersenyum malu, ia mengambil buket tersebut dan mencium aroma dari mawar merah yang begitu wangi itu. Zeera mengambil potret kedua hadian itu dan mengirimkannya pada Devan di sertai dengan ucapan terimakasih.
Setelah 30 menit berlalu, Devan baru membalas pesan tersebut yang mengatakan bahwa bukan dirinya lah yang mengirimkan kedua barang itu.
Zeera menautkan alisnya, ia berpikir jika bukan Devan lalu siapa?
Sampai tidak lama, sebuah panggilan masuk yang menujukkan nama Riko disana. Zeera segera menerima panggilan itu.
["Halo."] Sapa nya.
["Kau sudah terima hadiah nya? Maaf hari ini aku gak bisa datang ke acara pembukaan toko kami."]
"Ternyata itu dari dia." Batin Zeera melirik kedua hadiah yang masih terletak di meja.
["Hallo Zeera, kau masih disana?"]
["Ahh, ya. Makasih untuk hadiah nya."]
["Kau ada waktu malam ini?"]
["Maaf, malam ini aku ada acara."]
["Oh baiklah, lain kali aja. Selamat untuk kesuksesan mu, aku tutup dulu panggilan nya."]
["Hm."]
Sambungan telfon terputus, Zeera kembali melihat kedua hadiah yang ternyata di kirimkan oleh Riko. Ia membuka kotak itu yang berisi sebuah gaun, dengan segera Zeera kembali menaruh gaun itu dan menutup kotak nya.
"Aldi!"
Pria yang tengah sibuk itu langsung menoleh ke arah Zeera, "kenapa?"
"Tolong taruh bunga ini disana." Ucap Zeera menujuk ke pojokan yang terdapat sebuah vas.
"Loh, bukannya lebih bagus di taruh diruangan nona sendiri?"
"Ini bukan dari Devan, kamu taruh saja disana."
"Ahh baiklah."
Aldi segera mengambil bunga itu dan menaruhnya di tempat yang dikatakan oleh Zeera.
**
Menjelang malam, sesuai dengan janji nya, Devan menjemput Zeera di tokonya. Namun, ia tidak turun dari mobil nya atas perintah sang istri.
"Aldi, kau urus semuanya, aku pergi dulu." Ucap Zeera dengan langkah yang tergesa-gesa.
"Siap nona! bersenang-senanglah biar urusan disini aku yang selesaikan." Sahut Aldi yang selalu penuh dengan semangat demi menjaga rekening nya.
Dito yang sudah menunggu, segera membukakan pintu mobilnya untuk Zeera.
Walau sudah bersama cukup lama, tapi masih saja ada rasa canggung antara Zeera dan juga Devan. Meski kenyataan nya mereka teman masa kecil, namun, saat ini keduanya sudah tumbuh dewasa hingga wajar jika timbul rasa canggung diantara keduanya.
"Siapa yang mengirimkan itu padamu?" Tanya Devan dengan nada dingin.
"Ahh, itu ... Riko yang mengirimkan nya."
Pria itu langsung menoleh ke arah Zeera dan menatapnya, "Riko?" Zeera mengangguk.
"Apa hubungan mu dengan nya?"
"Dia hanya teman SMA, kenapa? Kau cemburu?"
Devan tersenyum dan kembali melihat ke depan, "memang nya kenapa jika aku cemburu?" Sahutnya kembali menatap Zeera.
Zeera yang cukup gugup segera mengalihkan pandangan nya melihat ke arah jendela. Kedua pipi nya cukup terasa panas dan mungkin saat ini sudah terlihat merah karena ucapan suaminya barusan.
Devan membelai pipi Zeera dan menariknya pelan agar mau menatap nya. Dengan jarak yang begitu dekat kedua tatapan saling bertemu, Devan meneliti setiap inci wajah cantik Zeera dan berhenti pada bibir ranum nya.
Sementara dengan Dito yang mengemudikan mobilnya hanya bisa tersenyum tipis disaat ia melihat pasangan pasutri kaku itu dalam spion tengah.
Zeera menelan saliva nya sambil mengendalikan perasaan nya yang sudah tidak karuan. Posisi Devan yang semakin mendekat membuat Zeera menutup kedua matanya.
"Rambut mu sedikit berantakan." Bisik Devan merapikan rambut Zeera.
Pria itu kembali membenarkan posisi duduknya, meninggalkan Zeera yang masih dag dig dug karena ulah suaminya.
Meski pada dasarnya Zeera sudah berpengalaman, namun rasanya ia seperti kembali ke setelan awal, dimana untuk pertama kalinya Zeera merasakan jatuh cinta pada pria yang menjadi penyelamat nya.
***
TBC. . .