NovelToon NovelToon
Become Mafia'S Wife

Become Mafia'S Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:89.8k
Nilai: 5
Nama Author: Salvador

Dena baru saja selesai menamatkan novel romance yang menurutnya memiliki alur yang menarik.

Menceritakan perjalanan cinta Ragas dan Viena yang penuh rintangan, dan mendapatkan gangguan kecil dari rival Ragas yang bernama Ghariel.

Sebenarnya Dena cukup kasihan dengan antagonist itu, Ghariel seorang bos mafia besar, namun tumbuh tanpa peran orang tua dan latar belakang kelam, khas antagonist pada umumnya. Tapi, karena perannya jahat, Dena jelas mendukung pasangan pemeran utama.

Tapi, apa jadinya jika Dena mengetahui sekelam apa kehidupan yang dimiliki Ghariel?

Karena saat terbangun di pagi hari, ia malah berada di tubuh wanita cantik yang telah memiliki anak dan suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 : Tamu Araya

...****************...

Araya menjamu dua tamunya dengan manis. Meminta pelayan membuatkan minuman untuk keduanya dan mempersalahkan mereka duduk di ruang keluarga yang tadinya ingin ia gunakan untuk bersantai ria.

“Ada apa Mama dan Shinta kemari?”

Tidak ada kehangatan dalam pertanyaan Araya, tidak ada antusiasme yang biasa ia tunjukkan.

Pertanyaan to the point itu membuat kedua wanita berbeda generasi itu saling bertukar pandang. Biasanya, setiap kali mereka datang, Araya selalu menyambut dengan senyum lebar, menanyakan kabar mereka. Tapi kali ini tidak.

“Tentu saja kami datang untuk mengunjungimu,” ucap ibunya dengan suara tenang. “Mama ingin bertemu putri Mama, apa tidak boleh?”

Araya menahan diri untuk tidak mendengus.

Kata-kata itu seharusnya terdengar manis, tapi bagi Araya, rasanya hambar. Mengingat bagaimana wajah asli wanita ini di balik layar.

Araya menampilkan senyumnya menjawab, “Boleh dong, masa aku ga bolehin Mama dan Shinta ke sini.”

Walaupun Araya tak ingin bersikap ramah, tapi ia juga tak bisa langsung menunjukkan ketidaksukaannya.

“Kamu makan dengan baik kan sayang? Kok Mama liatnya kamu kurusan,” Ujar Mamanya.

Araya mengangkat bahu. “Biasa saja. Aku masih makan dengan baik kok di sini.” Jawab Araya santai.

Jelas sekali ibu tirinya itu hanya berbasa basi, Araya bahkan merasa porsi makannya meningkat akhir-akhir ini.

Ibunya menghela napas pelan, lalu dengan lembut berpindah duduk lebih dekat, meraih kedua tangan Araya dan menggenggamnya dengan sedikit erat.

“Kalau suami kamu itu bersikap buruk, jangan ragu untuk cerita ke Mama,” katanya, suaranya lebih lembut kali ini, “Kamu tenang aja sayang, Mama akan berusaha membuatmu terlepas dari pernikahan ini sesegera mungkin.”

Araya menatap wanita itu dalam diam.

Araya tahu, selama ini Mamanya terus menjanjikan untuk membawa Araya keluar dari mansion itu, karena itu dulu Araya berharap banyak.

Sejak awal pernikahannya dengan Gevan, ibunya selalu mengatakan hal yang sama. Bahwa ia akan mencari cara untuk mengeluarkan Araya dari mansion ini, bahwa ia tidak akan membiarkan Araya terjebak dalam pernikahan ini lebih lama lagi.

Karena itu, dulu, Araya percaya. Dulu, ia berharap banyak.

Padahal kenyataannya, tidak ada yang bisa dilakukan ibu tirinya ini untuk melawan Gevan. Tidak ada yang benar-benar berani menentang laki-laki itu.

Selama ini Araya hanya tertipu akan omong kosong wanita ini.

Araya menarik napas pelan, lalu tersenyum tipis—sebuah senyum yang tidak sepenuhnya sampai ke matanya.

“Mama tidak perlu memikirkan hal itu lagi,” katanya, suaranya datar, seakan percakapan ini bukanlah sesuatu yang berarti baginya. “Aku sudah memutuskan  menerima keadaan. Lagipula, menjadi istri Gevan juga gak buruk.”

Ibu tirinya langsung menyela, ekspresinya berubah. Ada ketidaksukaan yang jelas terlihat dalam matanya.

 

“Araya, apa yang kamu katakan?” Nada suaranya meninggi sedikit, tidak lagi selembut sebelumnya. “Apa kamu lupa siapa dia? Apa yang sudah dia lakukan?”

Terus, gimana sama yang kalian lakukan? Batin Araya bertanya balik.

Shinta, yang sejak tadi hanya menonton, akhirnya bersuara dengan ekspresi tidak percaya. “Waktu itu Kakak juga bawa anak itu pergi main, kan?” tanyanya, nada suaranya setengah mengejek, setengah ragu. “Kakak beneran serius sama keputusan kakak? Dia itu orang jahat, kak!”

Lihatlah, ucapan Shinta benar-benar seperti seorang adik yang sangat peduli pada kakaknya. Di depannya saja mengakui Gevan jahat, padahal juga mengincar suaminya itu.

Araya baru saja akan membuka mulut untuk menjawab, tapi sebelum kata-katanya keluar, suara langkah kaki terdengar di belakang mereka.

Lalu, suara berat yang begitu dikenalnya menyusul.

“Perbincangan menarik apa yang sedang kalian lakukan?”

Suasana di dalam ruangan langsung berubah.

Semua orang terdiam seketika.

Araya menoleh perlahan, begitu juga ibunya dan Shinta. Sosok Gevan datang berjalan mendekat dengan posturnya yang tegap, wajahnya seperti biasa—tidak menunjukkan banyak ekspresi, tapi cukup untuk membuat siapa pun merasa waspada.

Matanya menyapu ruangan sebelum akhirnya tertuju pada istrinya.

Keduanya saling menatap untuk beberapa saat.

Araya hanya mengedikkan bahunya ringan, seperti mengatakan bahwa ia tidak menganggap ini sebagai masalah besar.

Gevan mengalihkan pandangannya ke dua tamu yang ada di sana. Dengan tenang, ia melangkah mendekat, bergabung duduk di single sofa di sana.

“Kenapa tidak bilang akan datang berkunjung, ibu mertua?”

Ia menyapa mereka dengan nada yang tenang, hampir terdengar ramah, tapi ada sesuatu di dalam suaranya yang membuat udara di ruangan semakin berat.

Sementara itu, ibu dan adik Araya masih terpaku.

Selama ini, mereka tidak pernah berani bertemu Gevan secara langsung seperti ini. Mereka selalu berbicara tentang Gevan di belakang, mengutuknya, membenci keberadaannya di depan Araya.

Tapi sekarang, pria itu duduk tepat di hadapan mereka.

Dan keduanya tidak bisa menyembunyikan kegelisahan yang muncul di wajah mereka.

“Ah Araya, sepertinya Mama harus kembali. Ada pekerjaan yang tidak bisa Mama tinggal,” Ujar ibu tiri Araya itu.

Araya mengangguk menjawab, setelah sedikit basa basi keduanya berlalu pergi. Tanpa melihat Gevan sedikitpun, sejak awal personal branding mereka di depan Gevan adalah membenci laki-laki itu.

Karena itulah walaupun takut pada Gevan, ibu tirinya masih berani mengabaikan sapaan laki-laki itu.

Setelah kepergian mereka, Gevan dengan segera beralih duduk di sebelah istrinya. Tangan kekarnya langsung melingkar di pinggang ramping Araya, menariknya pelan agar posisi mereka semakin menempel.

Araya diam-diam menahan nafasnya sejenak, masih tak terbiasa dengan sikap physical touch laki-laki itu.

Apalagi saat kini tangan Gevan meraih pipinya agar menghadap padanya, “Kenapa?” Tanya Araya di sela perasaan gugupnya.

“Kamu nggak terpengaruh omongan mereka kan?”

Pertanyaan laki-laki itu membuat Araya tersenyum kecil, “Enggaklah, kamu kira aku bodoh, apa?”

“Aku cuman takut mereka meracuni pikiran kamu,” Ujar Gevan, nadanya sama sekali tak terdengar bercanda.

Gevan menatap wajah Araya di hadapannya, bagaimana mata polos itu mengerjap. Lalu turun ke bibir tipis itu, menatapnya cukup lama. Lalu, laki-laki itu mendekatkan wajahnya.

Araya yang tahu tujuannya, sama sekali tak menolak. Bahkan, ia refleks memejamkan mata.

“Mama...”

Panggilan dari putranya itu membuat keduanya terkejut, Araya mendorong Gevan agar sedikit menjauh. Araya menatap Ghariel, putranya itu terlihat berdiri terkejut di sana.

Ia menggigit bibir dalamnya merasa malu, Ghariel pasti melihat mereka.

Ia tersenyum seolah tak terjadi apa-apa, “Kenapa sayang?” Tanya Araya.

Ghariel sendiri masih diam, apalagi menatap pemandangan tak biasa di mana sang ayah yang masih memeluk ibunya sekarang.

“Eh, bajunya kok basah?” Tanya Araya lagi, menyadari baju Ghariel sudah hampir basah dari atas sampai bawah.

Ghariel tersenyum menampilkan giginya, “tadi aku nolongin Bibi nyiram tanaman di luar, Ma.”

Araya menggeleng pelan, teringat sesuatu ia menatap Gevan, “Kalian tadi dari mana? Bi Laksmi bilang kamu pergi sama Ghariel?” Tanyanya.

Ghariel sendiri tak menjawab, ikut menatap ayahnya. Takut memberi jawaban yang salah nanti.

“Aku bawa Rayvan untuk belajar,” jawab Gevan.

Araya ingin bertanya lebih lanjut, Namun ia kembali menatap Ghariel yang masih berdiri dengan pakaian basah itu, “Kamu langsung ganti baju ya, nanti masuk angin.” Ujar Araya.

Ghariel mengangguk, “Okey, Ma.”

Setelah Ghariel pergi, Araya kembali menatap Gevan, “belajar apa?” Tanya nya.

Gevan sendiri diam, bagaimana menjelaskannya pada sang istri?

Araya kini terlihat begitu peduli pada putra mereka, bukankah Istrinya itu akan memandangnya jahat jika mulai mengajarkan Ghariel tentang pekerjaan haramnya?

...****************...

tbc.

maap gais author ga up dua hari, lagi berlarut dalam kesedihan karena di tolak univ impian💔

tapi sekarang udah happy kok hehee, hari ini mau up 2 lagi ganti yang kemarin, pantengin yaaa

1
Lay's
Sebenernya Gevan nih family man banget yahhh. Cuman karena awalnya terus-terusan dapet pengabaian dari Araya, dia jadi terkesan jahat. Padahal aslinya ya dia hanya mengekspresikan kekecewaannya terhadap sikap Araya
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Sulati Cus
mau cari misua yg kek gimana lg cb, di blg di cintai secara brutal itu menyenangkan
Dewi Yanti
suka dg cara negurnya gevan 👍,,
Bubu Zafa
bagus deh araya nya sadar
Etty Rohaeti
Alhamdulillah akhirnya Araya menyadari kesalahannya
mbuh
sbnrnya keren loh gevan
ga smua laki2 bs kek dy
bner2 kasih istri tahta tertinggi di hatinya
anak aja nmr 2
cb di konoha
istri mah media produksi anak aje
🍏A↪(Jabar)📍
next up banyak
azh
semoga sampai happy ending ya ka author
sipuuttt
lagi thor, banyak² ...
Z House
sedih lah jadi El
Darmanto Atok
next Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
Bubu Zafa
harusnya anak kandung nya di beri perhatian...kalo kayak gini ghariel akan tetap jadi antagonist nya...harusnya dia sadar anak juga baru rapat ama dia bukan nya kasian dan mau nyenangi ragas doang....
Lay's
Araya jangan terlalu fokus mendamaikan protagonis dan antagonis dalam novel. Fokus aja ke Ghariel sebagai anaknya. Karena harus berbagi dengan saudara kandung aja sulit buat anak kecil, apalagi ini malah berbagi dengan orang lain
sipuuttt
araya sosok yg gakk peka
Qori Hasan
Luar biasa
anna
🥰🥰👍👍
Azlina85
Sweet
Nur Illiyyan
bibit pebinor muncul, kirain Reagan laki"baik ternyata sama swperti ibunya
Lay's
Udah baca dong ceritanya Altair. Sampe sekarangpun masih amazed sama kisah percintaan antara Altair dan Anthea. Perjuangannya itu loh, demi melawan takdir dalam novel ga main-main
Salvador: avv makasii♡♡♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!