NovelToon NovelToon
Antara Cinta Dan Hukuman

Antara Cinta Dan Hukuman

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Diam-Diam Cinta / TKP / Romansa
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: linda huang

Leon Harrington seorang hakim yang tegas dan adil, Namun, ia berselingkuh sehingga membuat tunangannya, Jade Valencia merasa kecewa dan pergi meninggalkan kota kelahirannya.

Setelah berpisah selama lima tahun, Mereka dipertemukan kembali. Namun, situasi mereka berbeda. Leon sebagai Hakim dan Jade sebagai pembunuh yang akan dijatuhkan hukuman mati oleh Leon sendiri.

Akankah hubungan mereka mengalami perubahan setelah pertemuan kembali? Keputusan apa yang akan dilakukan oleh Leon? Apakah ia akan membantu mantan tunangannya atau memilih lepas tangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

5 Tahun Kemudian

Malam yang dingin semakin kelam. Hujan deras mengguyur tanpa henti, menciptakan genangan di jalanan sempit gang yang gelap itu. Kilatan petir menerangi sesaat, menampakkan wajah ketakutan seorang gadis yang tengah berlari dengan sisa tenaganya. Napasnya tersengal, kakinya yang telanjang terluka karena menginjak bebatuan tajam, tetapi ia tidak peduli. Ia hanya ingin melarikan diri.

Di belakangnya, lima pria berwajah kasar dan bertato terus mengejar dengan tawa merendahkan.

"Hei, Cantik! Jangan lari!" teriak salah satu dari mereka dengan suara serak, seakan menikmati ketakutan gadis itu.

Gadis itu menggigit bibirnya, menahan isak tangis yang hampir pecah. Matanya terus mencari jalan keluar, tetapi gelapnya gang dan hujan yang semakin deras membuatnya sulit melihat dengan jelas. Langkahnya tersendat, dan dalam sekejap—

Bruk!

Ia tergelincir.

Tubuhnya terhempas ke tanah yang basah dan berlumpur. Rasa sakit menjalar dari kedua lututnya yang terbentur keras, tetapi ia tetap berusaha bangkit. Namun, sebelum ia bisa berdiri, lima pria itu sudah mengelilinginya dengan tatapan penuh niat jahat.

"Akhirnya kau jatuh juga," ujar salah satu dari mereka sambil terkekeh.

Dengan sigap, dua pria langsung menahan kedua tangannya, mencengkeram erat hingga Gadis itu tak bisa bergerak. Ia menjerit ketakutan, tubuhnya menggigil karena dingin dan rasa ngeri yang menjalar di seluruh tubuhnya.

"Lepaskan aku!" suaranya bergetar, tetapi pria-pria itu hanya tertawa.

"Mau ke mana? Malam-malam begini, hujan sedingin ini... bukankah lebih menyenangkan kalau kita bersenang-senang?" pria yang tampak lebih tua mendekat, wajahnya menjijikkan di bawah temaram lampu jalan yang redup.

Tangannya meraih bagian atas dress putih yang ia kenakan, lalu dengan sekali tarik—

Brett!

Kain itu robek begitu saja, menampakkan kulit pucat gadis itu yang mulai membiru karena dinginnya malam. Gadis itu menjerit dan mencoba menutupi tubuhnya, tetapi pria-pria itu semakin menindihnya dengan kasar.

Salah satu dari mereka menunduk, mengambil sesuatu dari tanah—dompet kecil yang terjatuh dari saku dress gadis tersebut. Ia membukanya, kemudian membaca isi kartu identitas di dalamnya.

"Jane Valencia... namanya secantik wajahnya," gumamnya dengan seringai mengerikan.

"Tidak, tolong! Lepaskan aku!" Jane meronta sekuat tenaga, tetapi percuma.

Pria yang lebih muda, dengan senyum bengis di wajahnya, menekan kedua kaki Jane ke tanah dengan paksa.

"Jangan berontak. Layani kami dengan baik, dan mungkin aku akan membayarmu sesuai dengan pelayananmu," bisiknya dengan suara penuh hinaan.

Jane ingin berteriak lagi, tetapi hujan deras dan angin kencang menelan suaranya. Ia menangis, ketakutan dan pasrah, tetapi mereka tidak peduli.

Dengan buas, mereka merobek sisa kain yang membalut tubuhnya hingga Jane tak lagi memiliki sehelai benang pun untuk menutupi dirinya.

"Aahh!" jeritannya menggema di malam itu, memenuhi gang sepi yang tak seorang pun mendengar.

Kelima pria itu tertawa, menikmati jeritan dan air mata gadis malang itu. Mereka memperlakukannya dengan kasar, bergantian merusak harga dirinya tanpa belas kasihan.

Jane menangis, tubuhnya terasa sakit luar biasa. Kedua tangannya masih ditahan erat, sementara mereka terus melakukan hal menjijikkan itu.

Hujan yang turun deras tidak mampu menyamarkan suara tawa mereka, juga tidak bisa menyapu bersih dosa yang mereka lakukan malam itu.

Tubuh Jane yang lemah hanya bisa menggigil, menerima semua rasa sakit yang tak terperi.

Hujan masih turun dengan deras ketika kelima pria itu akhirnya puas melampiaskan kebiadaban mereka. Nafas mereka terengah-engah, tetapi wajah mereka dipenuhi senyum puas. Jane terbaring lemah di atas aspal basah, tubuhnya penuh luka dan lebam.

Salah satu pria, yang tampaknya menjadi pemimpin mereka, meludah ke tubuh gadis malang itu dengan jijik.

"Uang ini milikmu!" katanya dengan nada mengejek sambil melempar selembar uang sepuluh dolar ke wajah Jane yang sudah tak berdaya.

Tawa mereka masih terdengar di tengah hujan sebelum akhirnya langkah kaki mereka menghilang di balik gelapnya gang. Mereka pergi begitu saja, meninggalkan Jane dalam kondisi yang mengenaskan—hancur, terluka, dan sekarat.

Darah mengalir deras dari tubuh bagian bawahnya, bercampur dengan air hujan yang terus mengguyur. Jane ingin menangis, tapi air matanya seakan sudah habis. Seluruh tubuhnya terasa mati rasa, hanya menyisakan nyeri yang tak tertahankan.

Dengan sisa tenaga, tangannya yang gemetar meraba tanah, mencari sesuatu. Jemarinya yang dingin akhirnya menemukan ponselnya yang basah karena hujan. Ia berusaha keras mengangkatnya, bahkan sekadar menekan layar terasa begitu sulit.

Dengan napas yang terputus-putus, Jane membuka daftar kontaknya. Pandangannya kabur, kelopak matanya terasa berat, tapi ia masih bisa melihat satu nama yang selalu memberinya ketenangan—Jade.

Adik yang paling ia percaya. Satu-satunya orang yang bisa ia andalkan.

Tangan Jane bergetar saat hendak menekan tombol panggil, tetapi sebelum ia bisa melakukannya, tubuhnya semakin melemah. Rasa sakit begitu menusuk, seakan menyedot sisa kehidupannya.

"Jade... Aku tidak sanggup lagi... Sakit sekali... sangat sakit..."

Suara hatinya menggema di dalam kepalanya. Ia ingin berbicara, ingin berteriak, tapi suaranya sudah tak mampu keluar.

"Tolong... balas dendam untukku...dan... aku bersalahmu, Maafkan aku, Adikku!"

Dalam detik terakhir, kelopak matanya perlahan menutup.

Panggilan keluar belum sempat ia tekan.

Dan di tengah hujan yang terus mengguyur, napas Jane pun terhenti.

Tidak tahu apa alasannya, Ia meminta maaf pada adik kembarnya, seakan-akan ia pernah melakukan kesalahan terhadap adiknya itu!

Kanada, tengah malam.

Di dalam sebuah apartemen sederhana, seorang gadis tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Nafasnya memburu, keringat dingin membasahi wajahnya meskipun udara malam terasa dingin. Ia merasakan sesuatu yang aneh—sebuah firasat buruk yang membuat dadanya sesak.

Gadis itu adalah Jade, adik Jane, yang telah meninggalkan Los Angeles lima tahun lalu.

Tangannya menyentuh dadanya yang berdebar kencang. Rasa takut yang tak bisa dijelaskan merayap dalam dirinya.

"Kenapa... kenapa aku merasa seperti mendengar suara Jane? Seperti dia sedang memanggilku... Suaranya penuh kesakitan... dan balas dendam? Apa yang sebenarnya terjadi?" gumamnya pelan, masih dalam kebingungan.

Dengan cepat, ia meraih ponselnya di meja samping tempat tidur. Jemarinya bergerak lincah mencari kontak Jane dan segera menekan nomor itu.

Namun—

"Nomor yang Anda tuju tidak aktif atau berada di luar jangkauan."

Jade mengerutkan kening, jantungnya semakin berdebar tidak karuan.

"Larut malam begini... seharusnya Kakak sudah tidur. Tapi... kenapa perasaanku tidak enak sekali? Apakah terjadi sesuatu?" pikirnya.

Kecemasan semakin menguasainya. Tanpa berpikir panjang, ia segera bangkit dari tempat tidur, menarik koper kecil dari bawah lemari, dan mulai memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya.

"Selama ini aku tidak pernah merasakan firasat seperti ini... Kenapa sekarang tiba-tiba aku merasa ada yang tidak beres dengan Kakak? Mudah-mudahan aku hanya berlebihan... Tidak! Aku harus memastikan keadaannya!"

Sambil menggigit bibir, ia segera menekan nomor keluarganya. Dering panjang terdengar sebelum akhirnya panggilan tersambung.

"Hallo? Ada apa? Kau tidak lihat sudah pukul berapa?" suara wanita di seberang terdengar gusar.

Jade menelan ludah. "Ma, di mana Kakak?" tanyanya cepat.

Sejenak, ada keheningan. Lalu, suara itu kembali terdengar, kali ini lebih ketus.

"Apa kau sudah gila? Sekarang sudah pukul 2 pagi! Tentu saja Jane sudah tidur! Jangan mengira dia sepertimu yang suka berkeluyuran di luar!" ujar Sammy, ibunya, dengan nada dingin sebelum memutuskan panggilan.

Tuut... tuut... tuut...

Jade terdiam. Ponselnya masih menempel di telinganya, tetapi panggilannya sudah terputus.

"Hallo? Ma?" panggilnya, tapi tidak ada jawaban.

Jade menggeram, menatap layar ponselnya dengan frustrasi.

"Kenapa cepat sekali memutuskan panggilanku?" gumamnya, hatinya semakin tak tenang.

1
Aisyah Christine
siapa sebenar yang memberi arahan
Isnanun
Jade di incar
Ecca K.D
lanjut
Rossida Sity
up yg byk thor
Oktalien Paroke
ceritanya seru dan.menegangkan
Myra Myra
semangat thor
Naufal Affiq
lanjut thor
Naufal Affiq
bagus leon,kau sudah mengambil tindakan paling adil untuk jeda
wiemay
akhirnya
Isnanun
ahirnya ya Jade
Naufal Affiq
lanjut thor
wiemay
pesona Leon no kaleng2
Myra Myra
jgn2 Jane tak meninggal maybe orang lain...makin seru
wiemay
bagus
ayo katakan yg sebenarnya
Isnanun
bagus jade semangat demi dirimu sendiri
Myra Myra
bagus jade...nape rasa Ae Jane tak mati...
wiemay
kemungkinan kakak nya jade iri ama dia
Myra Myra
masih penasaran ape yg terjadi dgn kak Ae si jade Ae...
Isnanun
lanjut masih penasaran
Hanizar Nana
bagus sekali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!