NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33. Waktu Berlalu Begitu Cepat

Tyas menatap bundanya dan Kaesang dengan mata berkaca-kaca. Perlahan ia mengangguk, kembali memeluk Kaesang. Ia letakkan kepalanya di dada suaminya yang nyaman. "Makasih, Sayang. Makasih banyak. Aku...nggak akan ragu buat bilang ke kamu kalau butuh sesuatu. Aku sayang banget sama kamu, cinta bangett. Kapan-kapan kita cari nama buat anak kita yuk? Atau kamu udah punya nama buat anak kita?" tanyanya, lalu mendongak sedikit menatap ke arah Kaesang.

Senyum Kaesang merekah, manisnya membuat Tyas terpana. Ia begitu menyukainya. Di mata banyak orang, Kaesang mungkin tampak dingin dan pendiam, namun hanya di hadapan Tyas, ia berubah menjadi sosok yang ceria dan murah senyum. "Kalau soal nama mah aku udah nyiapin banyak. Mau cewek mau cowok aku udah nyiapin, lengkap dengan nama Permana di belakang mereka. Kamu mau tahu?" tanyanya, satu alis terangkat menggoda.

Hening. Tyas diam sebentar, berpikir sembari tetap menatap ke arah Kaesang. Lalu dia menggeleng cepat, senyumnya perlahan terukir. "Nggak usah, mending kita rahasiain aja. Nanti kalau anak kita lahir baru kita kasih nama, gimana?

Aku sih udah nyiapin, tapi kayaknya lebih bagus punya kamu ya. Kamu kan orang kaya, sementara aku, kayak gini. Pasti nama buatan kamu lebih berkelas," katanya merasa minder, lalu melepaskan pelukan dan menunduk. Kedua tangannya saling bertautan.

Mendengar ucapan Tyas, Kaesang mengerutkan dahinya, menggeleng cepat. Ia meraih dan menggenggam kedua tangan Tyas. Tyas menoleh, melihat Kaesang yang menatapnya serius. Sementara dirinya menatap Kaesang dengan tatapan sendu.

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, oke? Sekarang aku adalah suami kamu, kita sudah menikah dan sah dimata agama dan negara. Kita bukan lagi sendiri-sendiri, tapi satu.

Apa yang menjadi milik aku juga adalah milik kamu. Kamu nggak usah minder kayak gitu, semua manusia rata-rata adalah sama. Nggak ada yang kaya dan nggak ada yang miskin. Kalau meninggal semuanya juga masuk ke dalam tanah kan? Semuanya juga dibungkus dengan kain kafan kan? Jadi kamu nggak usah ngomong kayak gitu.

Nanti kita bisa bicarain lagi soal nama itu, sekarang mending kita bahas hal lain aja. Kamu kan lagi hamil 2 bulan, emang bayinya belum terbentuk. Tapi kamu juga harus jaga kesehatan kamu. Kalau biasanya kamu suka lalai dalam makan---" Tyas tiba-tiba menyela.

"Aku nggak lalai tuh, aku biasanya makan tepat waktu. Kamu tuh yang biasanya lalai, kalau makan harus disuruh dulu. Iya kan?" tanya Tyas.

Kaesang menggeleng, senyum tipisnya mengembang sejenak sebelum ia menghela napas. "Kamu pakai pikun lagi. Beberapa minggu lalu siapa sih yang makan itu harus disuapin dulu terus diambilin ke dapur? Makannya itu harus digelitikin dulu terus dirayu panjang lebar? Kamu lupa, hmm?" goda Kaesang, menaikkan kedua alisnya.

"Hehe, itu kan waktu aku lagi sibuk banget ngerjain kerjaanku Yang. Besok juga harus di kumpulin, makanya aku buru-buru. Lagian sebelumnya aku juga udah makan roti tuh, di kasih sama mama Zora. Jadi aku nggak laper-laper banget. Kamu aja yang lebay!" balas Tyas, bibirnya manyun, kedua tangannya terlipat di depan dada dan ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Lucu sekali.

Kaesang gemas melihatnya, langsung mencubit kedua pipi Tyas—tepat di depan bunda Tyas. Ia belum beranjak. Masih setia duduk di tempatnya. Memperhatikan kemesraan anak dan menantunya sembari senyum-senyum sendiri. Merasa sangat bahagia.

"Ish, jangan di cubit Yang, panas!" Tyas mengerucutkan bibir, protesnya terdengar manja saat Kaesang mencubit pipinya. Ia memukul pelan tangan Kaesang sebagai balasan. Kaesang terkekeh, tangannya yang semula mencubit pipi Tyas pun terlepas, turun perlahan.

"Bunda mau ke warung dulu ya," ujar Bunda Tyas tiba-tiba, membuat Tyas dan Kaesang menoleh. Bunda Tyas sudah berdiri sedikit jauh dari kursinya.

"Bunda mau beli apa? Biar Tyas aja yang beliin," Tyas berdiri, diikuti Kaesang.

Bunda Tyas menggeleng, tersenyum lembut. "Nggak usah, biar bunda sendiri aja. Kamu sama Kaesang duduk aja, ngobrol-ngobrol. Bunda nggak lama kok. Cuma beli beberapa kebutuhan aja," tolaknya halus.

"Bunda mau beli apa? Kalau banyak biar Tyas sama Kaesang aja yang beliin buat bunda, bunda di rumah aja," timpal Kaesang dan Tyas mengangguk setuju.

Bunda Tyas terdiam, menatap Kaesang dan Tyas bergantian. Senyum tipis mengembang di bibirnya, lalu ia mengangguk pasrah. "Yaudah kalo gitu. Kalian tolong pergi ke warung depan ya beli beras, sama beberapa telur sama mie. Kamu tahu kan Yas mau beli apa aja?

Itu loh makanan yang biasa di makan ayahmu kalo pulang dari bepergian jauh. Kamu beli itu. Ehm...agak banyak nih, apa nggak ngrepotin kalian? Mending kalian di rumah aja ya, biar bunda yang beli. Nggak enak bunda sama kalian, apalagi Tyas lagi hamil. Bunda nggak mau kandungannya sampai kenapa-napa," katanya dengan nada sedikit cemas.

Tyas dan Kaesang kompak menggeleng. "Bunda nggak usah khawatir soal kandungan aku, kandungan aku masih aman. Oke? Aku juga punya Kaesang kok, dia pasti lindungi aku. Ya kan, Sayang?" tanya Tyas, matanya berbinar. Senyumnya—manis dan sedikit manja—mencairkan hati Kaesang. Ia membalas senyum Tyas, tangannya dengan lembut melingkar di pinggang Tyas, menariknya lebih dekat.

"Pasti itu. Aku pasti akan lindungi kamu apapun yang terjadi," jawab Kaesang, suaranya tegas dan penuh keyakinan.

Kaesang menoleh pada Bunda Tyas, "Bun, sekarang Bunda di rumah aja ya, biar aku sama Tyas yang beli. Bunda nggak usah khawatir, kita ke sananya nggak akan jalan kaki kok, tapi naik mobil. Jadi bunda nggak usah takut kalau Tyas kenapa-napa. Tyas bakal aman sama aku, suaminya," katanya meyakinkan Bunda Tyas.

Senyum Bunda Tyas merekah perlahan, mengangguk pelan. Kalimat Kaesang terasa begitu hangat di hatinya, meyakinkannya tanpa perlu banyak kata. "Baiklah, tapi hati-hati ya, setelah selesai beli langsung pulang aja. Tyas kan lagi hamil, bunda cuma takut dia kenapa-napa. Apalagi hamilnya kembar tiga kan? Lebih rawan," ucapnya, kekhawatiran masih terpancar jelas di matanya.

Tyas menggenggam tangan bundanya, "Aku tahu kok ketakutan bunda itu. Tapi bunda nggak takut ya, aku akan baik-baik aja sama Kaesang. Ehm, Bun kita pergi dulu ya," katanya lembut. Ia mencium tangan bundanya, diikuti Kaesang. Mereka pun beranjak pergi. Bunda Tyas mengantar mereka hingga pintu, melambaikan tangan dengan senyum hangat.

"Hati-hati," pesan bunda Tyas sebelum Tyas dan Kaesang masuk mobil. Mesin mobil menyala, Kaesang membelokkan mobil perlahan, lalu melaju meninggalkan rumah.

Setelah kepergian Tyas dan Kaesang, bunda Tyas masuk kembali ke rumah. Ia duduk di sofa ruang tamu, pandangannya tertuju pada bingkai foto Tyas yang tergantung di dinding di depannya. Foto besar itu menampilkan Tyas sewaktu ia masih kecil, berusia lima tahun.

Senyum tipis mengembang di bibir bunda Tyas, matanya berkaca-kaca. "Di foto itu kamu masih sangat kecil, kamu baru akan masuk TK, tapi sekarang... Sekarang kamu udah mau punya anak. Bunda masih nggak nyangka kalau kamu udah menikah sekarang. Kamu udah dewasa dan cantik. Bunda bangga banget sama kamu, Nak. Kamu tetap putri kecil bunda, bunda sayang banget sama Tyas," gumamnya lirih.

Kenangan lama berputar di benaknya. Tyas yang baru lahir, masa-masa TK, sekolah, hingga dewasa. Ia tersenyum, merasa sangat bersyukur, namun juga sedikit sedih karena waktu berlalu begitu cepat. Ia ingin kembali ke masa lalu, namun tak ingin melewatkan kebahagiaan saat ini.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!