Setelah bangun dari kematian, dan menyaksikan keluarganya di bunuh satu persatu untuk yang terakhir kalinya, kini Naninna hidup kembali dan bereankarnasi menjadi dirinya lagi. Memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin. memastikan bahwa apa yang telah di alaminya saat ini hanyalah ilusi, namun ia merasakan sakit saat jari lentiknya mencubit pelan wajah mulusnya. Seketika ia tersadar bahwa hal ini bukanlah ilusi, melainkan kenyataan yang harus ia terima. Tidak mengerti mengapa Tuhan masih baik dan mau memberinya satu kesempatan, Ninna menyadari bahwa ia tidak akan menyia-nyiakannya lagi.
Sembari memantapkan diri dan tekad, Naninna berusaha untuk bangkit kembali dan memulainya dari awal. Dimana musuh bebuyutannya terus saja berulah hingga membuat seluruh keluarganya terbunuh di masa lalu.
Naninna... tidak akan pernah melupakannya.
Kekejaman yang telah mereka lakukan pada keluarga dan orang-orang terdekatnya, ia akan membalasnya satu-persatu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeeSecret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Berguna
Raken memahaminya sekarang.
Setelah menangkup pipi bersemu merah itu... Iris emasnya mengembun dengan gumpalan kristal bening sebesar biji jagung di pelupuk matanya. Kini dirinya baru menyadarinya sebagai sang kekasih. Seumur hidupnya sampai saat ini, Raken bahkan dibuat tercengang karena air mata kesedihan milik kekasihnya. Naninna yang dulu ia kenal tidak selemah sekarang. Wanita itu seringkali menunjukkan sifat sensitifnya dengan wajah sangar penuh kebencian. Tapi disini tidak ada yang lebih tahu dibanding dirinya yang dulu pernah menjadi sahabat kecilnya. Naninna sedari kecil selalu di manja dan keinginan apapun hampir semuanya terpenuhi. Alex dan Anne seringkali memenuhi semua kebutuhan putri satu-satunya hanya kareba dia anak tunggal sekaligus pewaris dari Keluarga Giovanno. Maka dari itu tak ayal jika orang tuanya melakukan yang terbaik untuk putri mereka.
Namun setelah itu semua, dibanding kedua orang tuanya meskipun mereka memiliki ikatan daging dan darah, nyatanya yang benar-benar mengetahui bagaimana sifat asli dari Putri Bangsawan yang sangat di segani itu hanyalah dirinya seorang. Meskipun tampak garang diluar, nyatanya Naninna memiliki hati yang lembut dan mudah kali rapuh. Pernah sesekali Naninna memangis sendirian di kamarnya tepatnya di pojok kamar, Naninna yang waktu itu masih berusia 7 tahun, entah apa yang terjadi padanya, Raken pergi mengunjunginya karena merasa rindu pada sahabat kecilnya. Namun yang ia lihat adalah sebuah tangisan kencang dan kedua bahu kecil bergetar hebat. Raken menghampirinya dan berusaha menenangkan Naninna. Saat retina emas itu tampak tidak lagi bercahaya, sinarnya kian meredup akibat tangisan kencang berhasil menyentuh hatinya.
Raken tertegun.
Setelah mendengar alasan mengapa sahabat kecilnya itu menangis, Raken bahkan dibuat terkejut bahwa penyebabnya adalah ada satu anak panti asuhan yang telah ia jaga namun mengalami mati yang sia-sia akibat terkena penyakit. Dan sekarang Raken melihat lagi tangisan itu. Tangis yang sudah lama tidak ia dengar.
"Aku-" Suaranya tercekat. Naninna mengusap perlahan air matanya, "Aku hanya-mensyukuri kehidupanku saat ini, melihatmu masih bernafas saja, sudah membuatku bahagia."
Apa maksudnya?
Raken memiringkan kepalanya kekanan. Guna mencari tahu permasalahan yang menyebabkan kekasihnya kehilangan kebahagiannya. Sesaat... Raken menyadari kekurangannya. Dirinya menyadari bahwa ia sebagai kekasih begitu tidak becus untuk membuat Naninna bahagia.
"Tapi Ken..." Raken termangu. Sorot mata tajam yang tadinya hampa mendadak melembut kala retina emas itu menguncinya kian dalam. "Ada sesuatu yang harus kita lakukan sekarang. Ya... mungkin akan ada banyak masalah yang menimpa hubungan kita saat ini. Aku hanya merasa hubungan kita saat ini seperti sudah dilandasi oleh yang namanya kemalangan-aku tidak tahu apa... tapi aku akan berusaha membuat hubungan kita saat ini bertahan selamanya."
Naninna diam sesaat.
Kedua matanya bergerak gelisah saat memikirkan beberapa potongan masa lalu yang mulai bersatu di kepalanya.
"Dan-Kalau misalnya terjadi sesuatu padamu... jangan lupa untuk memberitahuku, mengerti? kita sekarang sudah menjadi satu, aku berbicara seperti ini hanya untuk berjaga-jaga saja. Banyak, tidak!Maksudku... akan ada banyak musuh yang akan menyerangmu-"
"Sayang..."
Naninna terhenyak.
Kedua bahunya bergetar saat sebuah usapan lembut terasa hangat di kedua pipi merahnya. Ya... Raken berusaha menenangkannya. Laki-laki di depannya ini, selalu saja ada untuknya. Menghilangkan segala kesusahan yang melanda hati dan juga fikirannya. Naninna mulai berfikir dan bertindak, bahwa ia akan berusaha menjaga kekasihnya dari siapapun. Apalagi kemunculan Davichi secara tiba-tiba... itu sesuatu yang sangat tidak terduga. Meskipun dirinya sudah mempersiapkan semuanya, namun kenyataannya menghadapi manusia layaknya iblis seperti Davichi itu... bukanlah keahliannya. Bahkan Raken saja dibuat lengah dimasa lalu.
"Tenanglah, Naninna... tenangkan dirimu, tenangkan fikiranmu. Apa yang sedang kau fikirkan, hm?"
Ada begitu banyak yang ia fikirkan saat ini. Mungkin dirinya sudah menyusun sebuah rencana, namun dirinya belum mendapatkan dukungan dari siapapun. Naninna juga tidak ingin melibatkan keluarganya. Sudah cukup kejadian dimasa lalu ia jadikan sebagai pelajaran karena saat ini Tuhan sedang memberinya kesempatan kedua. Kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lalu. Melibatkan orang-orang terdekatnya terlalu beresiko.
"Maafkan aku," Dirinya juga bingung. Raken benar-benar tidak tahu bagaimana cara untuk menenangkan seorang wanita yang tengah menangis. Namun sejak dirinya menjalin hubungan dengan Naninna, Raken berusaha untuk membahagiakan wanita ini. Meskipun harus mempermalukan harga dirinya, semua itu akan ia lakukan hanya demi wanita yang sangat dicintainya.
Raken menggeleng pelan, "Tidak... Kau tidak perlu meminta maaf. Disini... aku yang salah, aku salah karena masih belum memahami perasaanmu, maafkan aku..."
Bagaimana ini? Naninna benar-benar tidak pernah untuk menyalahkan pria didepannya ini. Namun kedua pasangan itu yang bisa mereka lakukan hanyalah saling menyalahkan diri sendiri.
"Aku... benar-benar tidak berguna."
"Tidak Ken, kau sangat berarti bagiku, maka dari itu..."
maka dari itu aku tidak bisa memberitahumu hal yang sebenarnya...
"Kita... bisa saling menjaga satu sama lain. Aku yakin jika kita saling menjaga, mungkin tidak akan ada masalah yang menimpa hubungan kita."
#####
"Ada apa denganmu akhir-akhir ini, Matt? Kau seperti sedang memikirkan sesuatu."
Amalia berusaha untuk memanjakan kekasihnya. Karena selama tiga hari ini-bahkan kekasihnya itu tidak pernah menyentuhnya sedikitpun. Tidak! Bukan selama 3 hari, tapi hal itu terjadi saat dimana Naninna bangun dari komanya. Pria itu sesekali nampak terlihat termenung dan melamun. Amalia merasa bahwa kekasihnya saat ini sangatlah berbeda dari sebelumnya.
"Itu hanya pemikiranmu saja."
"Pemikiranku saja?" Amalia bertanya dengan nada skeptis. Padahal selama ini hati dan juga fikirannya sudah ketar-ketir karena sikap kekasihnya yang terkadang transparan terhadap dirinya akhir-akhir ini. Namun jawaban Matthew justru membuatnya muak dan merasa tidak di hargai sama sekali. "Kau bahkan tidak menyadari perubahan sikapmu sekarang, Matthew! Aku tidak tahu masalah apa yang sedang mengganggumu. Kalau rencana kita sempat membuatmu ragu dan tidak yakin, kita bisa menundanya."
"Apa maksudmu?!" Inilah yang tidak Matthew sukai dari kekasihnya. Selain marah-marah, kekasihnya ini hanya bisa mengeluarkan omong kosong yang tidak ada artinya. "Berhentilah berfikiran dangkal, kita akan tetap dengan rencana sebelumnya. Dan kematian orang tuamu akan terbalaskan saat itu juga."
"Itulah maksudku, Matt..." Amalia menyorot sendu ke arah wajah kekasihnya. Selama ini entah mengapa dirinya selalu berfikir bahwa niat Matthew untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya hanyalah untuk kesenangan dirinya saja. Amalia selalu merasa bahwa Matthew benar-benar tidak serius dengan rencananya. Jika perubahan sikap Naninna berhasil mengguncang hati kekasihnya... bagaimana dengan dirinya? Pastinya dirinya akan di usir lalu di abaikan. "Itulah maksudku, kau bahkan-entah mengapa aku merasa kau benar-benar tidak serius untuk membalaskan dendam kematian orang tuaku,"
Amalia membuang muka. Menatap hamparan rumput hijau segar yang sangat menyejukkan mata.
"Apakah kau... mulai mencintai Naninna, Matthew?"
Tidak dapat di pungkiri jika Amalia merasakan tubuh tegap pria itu menegang saat ia mengucapkan kalimat terakhir. Akhirnya... akhirnya ia mendapatkan alasan dan jawabannya kan? Alasan mengapa kekasihnya sudah tidak lagi merasa cinta kepada dirinya.