Another Life Ellie

Bab 33

Suasana langsung tegang. Semua orang saling menatap, memastikan siapa yang baru saja jatuh. Ares dan Axel yang tadinya masih di atas pohon kini tergeletak di tanah, meringis kesakitan.

"Anjir, sakit banget njir!" Axel mengeluh sambil memegang punggungnya.

"Lo kenapa sih loncat gak mikir? Gue keiket dahan tadi, sialan!" Ares ikut mengeluh sambil meraba lengannya yang sedikit lecet.

Cilla yang tadi hampir terkena tubuh mereka langsung mundur sambil menutup mulutnya. "Astaga, lo berdua baik-baik aja?"

Karin, bukannya kasihan, malah ngakak sampai harus pegangan ke cobek. "Wkwk, goblok amat sih kalian. Udah kayak nangka jatuh!"

Ellie ikut mendekat sambil menggeleng. "Pantes aja sekolah kita sering renovasi, nih pasti gara-gara bocah-bocah kayak kalian yang bikin bangunan ambruk!"

Sementara yang lain masih sibuk ngetawain Ares dan Axel, Kenzo langsung mengambil posisi siaga. "Gue denger suara tadi, kayaknya bukan cuma lo berdua yang jatuh."

Semua langsung diem. Baru sadar, tadi setelah suara jatuh, ada suara orang lain juga.

Calvin yang tadinya masih cengengesan tiba-tiba jadi serius. "Iya njir, tadi ada suara orang lain ngomong, siapa yang di sana?"

Devano yang dari tadi berdiri di belakang mereka, menghela napas kasar. "Aduh, kalo ini guru sih mampus kita."

Mereka semua langsung panik. Zoe buru-buru naruh cobek dan bumbu rujak ke belakang semak-semak, sementara Karin refleks nutupin mangga dengan jaketnya.

"Siapa di situ?" suara itu terdengar lagi, lebih dekat.

Axel dan Ares buru-buru bangkit, meski masih nahan sakit. Semua langsung melirik ke arah asal suara.

Dari balik semak-semak, muncul sosok yang bikin mereka semua refleks pasang muka polos.

"Pak Dedi..." gumam Ellie pelan.

Guru olahraga mereka berdiri dengan tangan di pinggang, tatapannya tajam kayak elang yang nemu mangsa. "Kalian ngapain di sini? Jam kosong bukan berarti bisa seenaknya!"

Mereka semua langsung celingukan, nyari alasan buat kabur.

"Eh, kita tadi ini... eeh..." Karin mulai ngomong tapi langsung kehabisan akal.

Axel yang masih nyengir kesakitan langsung nyeletuk, "Kita lagi praktikum, Pak."

Pak Dedi nyipitkan mata. "Praktikum apaan?"

Ares langsung nimbrung, "Praktikum... ee... survival, Pak! Latihan bertahan hidup kalau nanti kita terdampar di hutan."

Devano yang dari tadi diem, langsung tepok jidat. "Njir alasan lo gila."

Pak Dedi mendecak, "Latihan survival? Manjat pohon mangga buat latihan bertahan hidup?"

Kenzo buru-buru angguk. "Iya, Pak! Kan kita harus tau cara nyari makanan di alam liar!"

Pak Dedi melipat tangan di dada, ngelirik ke cobek dan bahan rujak yang setengah ketutup semak-semak. "Kalau gitu, buat apa cobek sama bumbu rujak itu?"

Mampus.

Mereka semua langsung diem, nggak ada yang bisa nyari alasan. Cilla yang polos malah nyeletuk dengan lugu, "Biar makin enak, Pak!"

Karin langsung nutup mulutnya. "Cil, sumpah lo kalo perang nggak bisa diandalkan!"

Pak Dedi ngelus jidat, udah kelihatan capek ngadepin anak-anak ini. "Oke, semuanya ikut saya ke ruang guru."

"Aduh mampus," bisik Ares.

Axel cengengesan. "Yang penting kita udah dapet mangganya."

Dengan langkah lesu, mereka semua digiring Pak Dedi ke ruang guru. Sementara itu, Devano cuma bisa menghela napas panjang. "Gue udah bilang ini bakal jadi ide buruk, tapi ya sudahlah..."

Bersambung...