NovelToon NovelToon
JANGAN MADU AKU GUS

JANGAN MADU AKU GUS

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami / Pihak Ketiga
Popularitas:1.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆🏅 Juara Harapan Baru YAAW Season 10🥳

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Hafsa tidak menyangka bahwa pernikahannya dengan Gus Sahil akan menjadi bencana.

Pada malam pertama, saat semua pengantin seharusnya bahagia karena bisa berdua dengan orang tercinta, Hafsa malah mendapatkan kenyataan pahit bahwa hati Sahil tidak untuknya.

Hafsa berusaha menjadi istri yang paling baik, tapi Sahil justru berniat menghadirkan wanita lain dalam bahtera rumah tangga mereka.

Bagaimana nasib pernikahan tanpa cinta mereka? Akankah Hafsa akan menyerah, atau terus berjuang untuk mendapatkan cinta dari suaminya?

Ikuti terus cerita ini untuk tahu bagaimana perjuangan Hafsa mencairkan hati beku Gus Sahil.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Suapi Aku

"Nih," Gus Sahil memberikan sebuah mangkuk pada Mabrur. Tatapannya terlihat pongah.

"Makanan ya Gus? Wah, njenengan tahu aja kalau saya lagi laper," Mabrur menerima mangkuk itu. Melihat isinya. Matanya kemudian melotot melihat ada dua potong ayam goreng berwarna hitam berada di sana.

"Ini apa Gus?"

"Ayam goreng buatanku," Gus Sahil menjawab bangga.

"Ini serius bisa dimakan Gus?" Mabrur memperhatikan dua ayam goreng mengenaskan itu dengan seksama.

"Heh, ya bisa lah! Kemarin aja istriku makan dua potong! Habis!"

"Masa sih Gus?" Mabrur tak percaya dengan ucapan Gus Sahil. "Ning Hafsa nggak keracunan kan?"

"Ngawur kamu!" Hardik Gus Sahil. "Dia bilang enak kok!"

Mabrur kemudian mengangkat salah satu paha ayam. "Njenengan sudah coba Gus?"

"Nggak dong," Gus Sahil menjawab santai. "Kan aku yang masak, jadi aku nggak ikut makan. Ayam ini khusus kuberikan untuk orang-orang terdekat,"

"Bisa gitu ya Gus?" Mabrur merasa ada yang salah, tapi membantah Gus Sahil tentu ia tak berani.

"Brur!" Gus Ihsan muncul dengan mangkuk di tangan. "Nih, aku buatkan semur jengkol."

"Wah, makasih banyak Gus!" Mabrur menerima mangkuk Gus Ihsan, kemudian serta merta meletakkan mangkuk pemberian Gus Sahil di sembarang tempat.

"Eh, ada njenengan to di sini," Gus Ihsan tersenyum melihat Gus Sahil.

Gus Sahil memutar bola matanya kesal. Sudah jelas-jelas dia berdiri di sini sejak tadi. Tidak mungkin kan Gus Ihsan tidak melihatnya?

"Kok kayanya ada yang betah ya di sini?" Gus Sahil menyindir terang-terangan. Siapa lagi kalau bukan menyindir Gus Ihsan.

"Masih banyak urusan sih," Gus Ihsan menanggapi tanpa melihat ke arah Gus Sahil. "Ada orang yang perlu diawasi juga,"

Gus Sahil melotot. Siapa maksudnya orang yang perlu diawasi itu?

"Yasudah Brur, habiskan ya. Nanti mangkuknya kembalikan," Tanpa menjawab rasa penasaran Gus Sahil, Gus Ihsan pergi begitu saja meninggalkan mereka.

"Siap Gus!" Mabrur mengangkat tangan, memberi hormat.

Gus Sahil melihat kepergian Gus Ihsan dengan tatapan kesal. Mereka berdua memang belum pernah bertemu lagi sejak kejadian di rumah sakit. Lebih tepatnya, Gus Sahil malas untuk pergi ke tempat yang ada Gus Ihsan-nya.

Mabrur tampak tidak peduli dengan atmosfer tegang yang dipancarkan dua putra kyai kondang itu. Dia malah asyik menikmati semur jengkol di tangannya.

"Enak ya Brur?" Gus Sahil melipat tangannya di dada. "Mau pindah jadi santrinya Gus Ihsan saja?"

Mabrur seketika menghentikan aktivitasnya. Menurunkan mangkuk pemberian Gus Ihsan perlahan-lahan. Lalu ia mengambil mangkuk pemberian Gus Sahil. Mencuil daging ayam goreng yang alot. Kemudian dimasukkan ke mulutnya.

Terlanjur kesal, Gus Sahil meninggalkan Mabrur begitu saja yang hampir pingsan merasakan hasil masakannya.

Sampai di ndalem, emosi Gus Sahil malah semakin memuncak. Lantaran ia melihat Abah Baharuddin, Umi Zahra, Hafsa dan Gus Ihsan tampak berkumpul di ruang makan. Mengobrol hangat tanpa dirinya. Mohon dicatat, tanpa dirinya! Dengan langkah tergesa, Gus Sahil buru-buru menuju meja makan dan duduk di kursi samping istrinya.

"Hil, coba lihat ini, Gus Ihsan masak buat kita loh! Umi nggak nyangka Gus Ihsan pintar banget masak, rasanya enak loh! Cobain deh!" Umi Zahra berkata antusias.

Gus Sahil tidak merespon perkataan uminya. Wajahnya datar. Ia melihat Gus Ihsan dengan tatapan tajam. Gus Ihsan sendiri tampak tidak terganggu, asyik mengobrol dengan Abah Baharuddin.

Menu yang dimasak Gus Ihsan ternyata tidak hanya semur jengkol saja. Ada rendang, ayam goreng lengkuas, bahkan pempek buatannya sendiri. Cih, Gus Sahil mencibir dalam hati. Memangnya dia ini mau ikut master chef atau apa?

Umi Zahra tampak bersemangat, bermaksud mengambil ayam lengkuas. Gus Sahil buru-buru menarik piring itu. "Loh Mi, bukannya kata dokter njenengan nggak boleh makan ayam ya?"

Umi Zahra tersenyum kaku. Ia sepenuhnya lupa kemarin baru mengatakannya dihadapan sang putra.

"Iya Mi, jangan." Abah Baharuddin turut menyahut. "Biar Abah saja yang cicip," Abah Baharuddin sudah bersiap-siap mengambil paha ayam, tapi buru-buru ditepis tangannya oleh Gus Sahil.

"Loh, Abah lupa? Abah kan bilang punya kolesterol?"

Abah Baharuddin menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.

Hafsa menyadari kalau suaminya itu sedang dalam perasaan yang tidak baik, buru-buru menengahi. "Sekali-kali juga nggak apa-apa Gus. Coba njenengan cobain deh, rasanya enak loh."

"Oh ya?" Gus Sahil mengangkat sebelah alisnya, melirik ke arah Gus Ihsan yang menatapnya dengan tatapan heran. Sebuah ide jail tiba-tiba menghampiri Gus Sahil. "Yasudah, kalau begitu coba kamu suapin aku Sa. Aaa..."

"Hah?" Hafsa jelas terkejut mendengar permintaan suaminya. "Su..a..pi?"

"Iya, kita kan memang sudah sering suap-suapan Sa. Kamu nggak ingat siapa yang suapin kamu waktu kemarin di Bali?"

"Eh?" Hafsa salah tingkah. Benar sih, Gus Sahil kan memang pernah menyuapinya saat ia sakit di Bali waktu itu. Tapi, membicarakan itu sekarang di hadapan semua orang agak memalukan bukan?

"Sa? Aaa..." Gus Sahil membuka mulutnya.

Meski ragu-ragu dan malu dilihat semua orang, Hafsa menurut. Menyuapkan potongan kecil ayam goreng ke mulut suaminya.

"Wah, rasanya enak banget Gus Ihsan!" Gus Sahil mengacungkan kedua jempolnya. "Njenengan bisa nih sekalian buka restoran!"

Gus Ihsan tersenyum kecut. Dia tahu persis Gus Sahil berbuat seperti itu untuk memanas-manasinya. Kadang-kadang, sifat Gus Sahil benar-benar kekanak-kanakan.

...----------------...

Hafsa mengunci pintu kamar dengan terburu-buru. Sudah sejak tadi jantungnya berdegup cepat. Astaga, apa-apaan ini? Padahal ia tahu Gus Sahil mungkin sedang berpura-pura, tapi kenapa rasanya dia senang sekali?

Hafsa merebahkan badannya sembari menutup mata dengan kedua tangan. Kedua pipinya bersemu merah.

"Sa?" Gus Sahil mengetuk pintu kamar. "Kok pintunya dikunci?"

Hafsa buru-buru bangkit dari ranjang. Menepuk kedua pipinya keras-keras agar segera sadar. Ia tidak ingin kelihatan sedang senyum-senyum sendiri.

"Sebentar Mas Gus! Saya sedang tidak pakai jilbab!" Hafsa beralasan. Padahal sejak tadi hijabnya sudah tersampir rapi di kepala. Sebelum membuka pintu, Hafsa masih sempat mematut dirinya di depan cermin besar yang tergantung di kamar.

Pintu terbuka. Hafsa merasa jantungnya semakin berdegup cepat melihat sosok Gus Sahil di depannya.

"Eh, begini Sa," Gus Sahil tampak bingung mengatakannya. "Sebenarnya aku dapat undangan sholawatan nanti malam,"

"Oh iya Mas Gus. Terus?"

"Terus.." Gus Sahil tampak berpikir, mencari kata yang tepat. "Kamu mau ikut?"

"Ya?" Hafsa merasa ada yang salah dengan pendengarannya. "Njenengan ngajak saya?"

"I-iya," Gus Sahil menjawab gugup. "Nanti di sana juga pasti banyak Ning dan Bu Nyai dari pesantren lain, jadi kamu nggak usah khawatir. Tapi, kalau kamu nggak mau ya nggak usah—"

"Mau kok Mas Gus," Hafsa buru-buru menjawab. "Malam ini kan? Saya akan siap-siap dari sekarang,"

"Eh, sekarang? Ini masih pagi Sa, kita kan berangkatnya baru habis maghrib."

"Nggak apa-apa Gus," Hafsa tersenyum sumringah. "Perempuan memang begitu. Saya harus siapkan baju yang cocok untuk kita. Njenengan mau pakai yang mana?"

Gus Sahil mengusap-usap tengkuknya. Dia bahkan tidak tahu kalau baju nanti malam harus disiapkan segala. Kenapa tidak pakai baju yang biasanya saja? Tapi karena melihat wajah sang istri yang terlihat antusias, Gus Sahil akhirnya menjawab dengan lembut.

"Terserah kamu saja Sa,"

1
Murci Sukmana
Luar biasa
Arin
/Heart/
Anita Candra Dewi
klo ak lgsg tak ganti yg serupa😅
bibuk duo nan
😭😭😭😭
ALNAZTRA ILMU
sini aku tak tahan🥺🥺🥺
ALNAZTRA ILMU
knp tidak dari dulu buat program hamil.. tapi terburu2 carikan suaminya isteri baru sok kuat
ALNAZTRA ILMU
ini agak biadab ya.. sepatutnya, jangan suka ganggu
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣wahhh
ALNAZTRA ILMU
🤣🤣🤣
ALNAZTRA ILMU
berat ya ujian nya
ALNAZTRA ILMU
mundur saja
Izza Nabila
Luar biasa
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hafsa kasian bnget😭
PURPLEDEE ( ig: _deepurple )
hai kak maaf bru mampir🤗
May Keisya
kamu nikah lagi karna nafsu dan mendzolimi istri...paham agama yg ky gmn Gus???
May Keisya
dia tambah setress gesrek egois😂
May Keisya
dia udah mulai ketar ketir...tapi maaf ya Gus aku udah kesel bin kurang suka km dr awal cerita🙄
May Keisya
😂😂😂...bagus ih jujurnya
May Keisya
km knp Gus? kepanasan...syukurin
May Keisya
😭...si Agus emg sableng,dia berilmu tapi tidak beradab...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!