Menceritakan kisah cinta dari seorang Pemuda yang salah jatuh cinta, karna menyukai istri orang, dan di masa depan dia menikahi anak dari wanita itu.
"Mba, gue suka sama Mba." pernyataan tak terduga dari seorang tuan muda Fazakha Almafriz Widjaya.
" Astaghfirulloh Tuan muda!! kan Tuan muda tau saya udah punya anak sama suami," Jawab kaget Miana Tinada Trihaka.
"Bunda, maksudnya om ini suka sama bunda gitu? " Anzia Almana Trihaka
"Iya emang kenapa? dasar bocil." Jawab ngegas Faza.
"Idih...denger ya om! jan ganjen godain bunda ntar Zia kutuk gak ketemu jodoh ampe kepala 3" Asal ceplos Zia.
.
.
.
.
13 tahun kemudian.
"s
Seneng sekarang ya kamu! dulu aja kamu suka istri saya sekarang anak saya jadi istri kamu." Tutur Vandra Trihaka
"Gak papalah ya om... eh maksudnya ayah mertua," senyum tengil "Dari rival jadi menantu." Tambah Faza dengan senyum kikuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melur dan Gibran
"Apa? Tenang saja, aku tidak akan menuntutmu,kejadian itu sudah 5 tahun lalu." Melur.
"Bukan itu Melur, aku sudah bukan suami orang lagi, aku datang kemari justru untuk mempertanggung jawabkan apa yang Sudah aku perbuat, walau telat." Gibran.
Melur hanya terdiam.
"Aku tidak tau takdir macam apa yang tertulis untukku, sehingga aku terjebak dan salah mempertanggung jawabkan perbuatan bejat ku pada orang yang salah, mungkin telat. Tapi, terimalah maafku, maafkan aku." Gibran dengan air mata yang mengalir deras, dia bahkan berlutut, bersimpuh di hadapan Melur.
Melur memundurkan langkahnya, namun di tahan Gibran, Gibran terus meminta maaf padanya, Melur berusaha membuat Gibran berdiri namun tak bisa, lantaran Gibran menangis di kakiNya penuh penyesalan, mereka sudah jadi bahan tatapan irang sekitar.
Hati melur terketuk, dia menyerah membuat pria di hadapannya berhenti meminta maaf, dia tidak perduli lagi pandangan orang, dia mendengarkan isak tangis Gubran yang terus mengatakan maaf atas kesalahannya,pria tampan di depannya sedang menangis.dia tidak pernah membenci Gibran, apa lagi setelah mendengar penjelasan tadi.
Melur merasa kurang dalam berusaha,kenapa dia menyerah sebelum berusaha dulu? Waktu itu baru akan mengucap kata pernikahan, seharusnya Melur masuk dan membatalkan pernikahan itu, toh waktu itu baru akan menikah! belum sah! kenapa dulu dia begitu bodoh?
"Bagaimana kau menemukanku," Melur akhirnya mengatakan sesuatu, setelah diam dari tadi. dia ikut bersimpuh, seperti Gibran. Gibran yang menyadari itu langsung berdiri dan menarik Melur agar berdiri.
Melur ingin tersenyum, kenapa tidak dari tadi? dia harusnya ingat, Gibran paling mengutamakan adab, termasuk menghargai wanita, tidak bohong, dulu dia menyukai Gibran oada pandangan pertama saat pertemuan bisnis.
"Aku di bantu temanku, aku juga mendapat karma Melur, aku divonis mandul.Jadi, aku meminta maaf sebesarnya padamu." Gibran.
Degh.
Melur merasa bersalah, "Gibran memang salah tapi aku juga salah, Karna kelabilannku di masa lalu, aku juga sudah ikhlas sekarang, tapi kenapa Gibran mendapat karma yang kejam?" Batin Melur
"Lalu, apa kau percaya soal apa yang aku katakan tadi, jika Ibra adalah anakmu? Sedangkan kau mandul." Melur.
"Aku percaya. Karna itu kau yang mengatakanNya Melur. Dan, apa yang sudah di kehendaki alloh tak akan meleset, dokter mungkin mengatakan aku mandul, tapi di malam saat aku memaksakan kehendakku dia mempercayakanku sebuah anugrah keturunan, lewat dirimu yang mengandungnya." Gibran.
Melur menangis, rasanya beban yang ia tanggung, sakit yang ia tahan, hilang dalam sekejap. Karna perkataan tulus yang ia dengar dari Gibran, tidak mudah menjalani dia peran, ibu dan ayah bersamaan di negara asing, apa lagi ayahNya meninggal setelah iya melahirkan Ibra. perusahaanNya gulung tikar karna pamanNya korupsi tampa ayahNya tau, saat Melur hendak menyelamatkan perusahaannya sudah terlambat, hanya hutang yang ada. dia pun terpaksa menjual 10 villa,rumah, dan beberapa aset yang dia dan keluargaNya punya untuk membayar beberapa hutang.Dia harus kehilangan ayahnya, usaha yang dirintis ayahnya dari nol, masa depannya. dia ingin menyerah, tetapi ada buncahan bahagia kala melihat anaknya, Ibra.
Sambil mengurus new brown dia mengurus restoran warisan ibunya yang meninggal saya melahirkanNya, dan melunasi sisa hutang pada para pemegang saham selama 2 tahun. lalu, setengah tahun dia mengumpulkan uang dan memutuskan menjual restorannya lalu tinggal di Rusia.
...----------------...
Sekarang mereka berada di Rumah Melur, Gibran sekarang tengah menatap banyaknya Figura Ibra dan Melur dari Ibra kecil sampai sebesar sekarang.
Gibran menyentuh salah satu Foto disana, tangannya gemetar sambil meneteskan Air mata. semua itu tak kulit dari pandangan Melur, tak terasa dia juga ikut menangis.
"Bunda, bunda jangan sedih," Ibra.
Melur langsung memeluk putranya.
"Bunda...dia papa aku ya? Yang bunda bilang lagi kerja?" Ibra.
Melur hanya mengangguk, bibirnya kelu untuk menjelaskan lagi.
"Sekarang papa sudah pulang, lantas kenapa bunda menangis? bunda gak perlu lagi kerja, uang papa pasti banyak kan? dia baru pulang kerja setelah sekian lama soalnya." Ibra dengan polos.
Melur menghapus air matanya dan mencoba tersenyum pada anaknya, sambil mengangguk. Sementara Gibran memalingkan pandanganNya yang sudah memanas kembali, mendengar perkataaan anaknya.
"Bunda. Udah...,jangan nangis lagi, bunda sama papa lagi marahan ya? kalau lagi marahan cepat minta maaf, kan kata bunda kalo kita marahan habis itu saling minta maaf. Tadi Ibra denger papa minta maaf terus sampe nangis, mama maafin papa ya, kan kata mama gak boleh marah terlalu lama." Ibra dengan polosNya lagi.
Ucapan Ibra membuat Melur lebih legowo, memaafkan Gibran, di lubuk dalam hati melur memang masih tersisa rasa marah dan benci walau dia bilang ikhlas.
"Bunda bukanNya lagi marahan apa berantem sayang, bunda cuman terharu rindu, karna papa akhirnya pulang, penantian kita berakhir." Melur sambil menatap Gibran.
Melur jujur tentang penantianNya, dilubuk hatinya yang terdalam, dia pernah berdoa agar Gibran menduda dan memohon maaf padanya, mengangkat semua deritanya, sungguh dia tak mengurangi doaNya kala itu terkabul walau 5 tahun dia menunggu.
"Jadi sekarang aku bisa pamer dong ke teman-teman soal papaku." Ibra.
"Iya, sayang." Melur.
Gibran langsung mengangkat Ibra dalam pelukannya dan menciuminya, "Maafin papa, papa datang terlambat." Gibran.
"Yang penting sekarang papa sudah pulang" Ibra yamg langsung memeluk Gibran.
Setelah penjelasan itu, hari itu juga Gibran memboyong Melur dan Ibra ke Indonesia. dia bawa ke kediamanNya dan menjelaskan semua pada orang tuanya. Melur juga bercerita tentang ayahNya yang sudah meninggal saat di tanya mamanya Gibran dimana orang tuanya, dia juga mengatakan ibunya meninggal setelah melahirkannya.
"Maaf kan kami nak, kami memaksa Gibran menikah dengan wanita yang salah di hari itu juga." Jeani,ibu Gibran.
"Maafkan anak kami, dann juga kami nak. Sebagai kepala keluarga aku malu kepadamu nak." Toni, ayah Gibran.
"Jangan seperti ini mah, pah. semua sudah suratan takdir." Melur.
Setelah waktu idah Gibran yang bercerai selesai, hari berlalu dan Gibran menikahi Melur.bukannya melur gampangan, dia tidak membohongi perasaannya bahwa dia mengharapkan tanggung jawab Gibran, terlepas dari, dirinya yang salah juga karna tidak jujur dari awal.
Inilah hal simple namun jadi rumit karna perasaan manusia itu sendiri, inilah contoh hal yang mudah menjadi sulit, dan hal sulit jadi mudah ketika kita berpikir jernih tampa melibatkan perasaan, tanpa jaim, dan banyak drama! jika suka, langsung bilang suka, tidak suka? tolak! jika bimbang? ikuti saja perasaanmu, karna disini logika tengah bingung.
Tidak perlu banyak Drama untuk sebuah keputusan yang sebenarnya sangat mudah. bukan keputusan terburu-buru karna marah. Tapi, karna percaya instingmu sendiri. apalagi jika di dalam perjalanan itu, kamu sadar kamu juga salah, bukan hanya pihak kedua yang salah.
Apakan Pria memiliki masa Iddah?
Ya, laki-laki juga memiliki masa iddah, yaitu Shibhul Iddah, setelah bercerai dengan istrinya. Namun, masa iddah bagi laki-laki tidak diwajibkan secara umum.
Masa iddah adalah waktu untuk merenung, introspeksi, dan memikirkan apakah lebih baik melanjutkan atau mengakhiri perkawinan.
Ketentuan masa iddah bagi laki-laki:
•Laki-laki harus menunggu masa iddah istri sebelum menikah kembali.
•Laki-laki dapat menikah lagi dengan perempuan lain setelah masa iddah istri selesai.
•Jika laki-laki menikahi perempuan lain dalam masa iddah istri, maka ia harus mendapat izin poligami dari pengadilan.
Ketentuan masa iddah bagi istri:
•Perempuan wajib menunggu atau menahan diri dari dinikahi seorang laki-laki setelah diceraikan suami atau ditinggalkan suami karena meninggal dunia.
•Masa iddah bertujuan untuk memastikan bahwa perempuan dalam keadaan mengandung atau tidak.
...----------------...
Hotel resepsi
"Baru kemarin kayakNya kita adu nasib, gue di tinggal! ah, ellah..." Qion.
"Maaf Qion, gue duluan. Lo nusul secepetnya ya." Gibran.
"Selamat ya bro, diem-diem udah punya anak aja." Fingga.
"Makanya lo berusaha, biar nyusul."Gibran.
" Tenang, gue juga berusaha kok, nanem sahamnya gak pernah telat waktu, aku inget umur juga yang butuh penerus."Fingga.lalu, "Akhh..." Rintih Fingga, karna pinggangnya dicubit Alena.
"Ih kak Fingga! kan malu...kalo mau bahas gitu, pastikan aku gak ada," Alena.
Fingga hanya terkekeh dan Gibran bersuara, "Udah kakak nih? bukan om?"
" Iya, udah kakak. Bukan lagi om, kak Gibran." Alena.
"PasswordNya apa Fing? Berstatus jadi om mu, bergerak jadi suamimu." Qion sambil tertawa.
"Udah diem, jangan bacot." Fingga sambil tertawa juga, karna Qion benar tak salah.
Melur tentu ada disana bersama anaknya juga, Nelur menanggapi keseruan suamiNya tapi matanya tak lepas dari Zia yang pucat.
"Makasih ya bro, lo udah bantu gue." Gibran memeluk Faza sambil nangis.
"Iya, lo berhak bahagia, gue cuman jadi perantara aja, semoga lo jadi keluarga sakinah, mawadah, warokhmah." Faza.
Gibran hanya mengangguk dipelukan Faza, sahabatnya yang berjasa besar baginya.
"Udah! jangan homo lo pafa, baru nikah juga, kakak ipar liat noh suaminya, godain suami orang." Qion.
"Qion!!!" Gibran.
Sementara Melur hanya tertawa mendengar itu.
"Coba lu buatin pasword buat Gibran!" Faza.
"Buat Gibran bukan Pasword.Taoi peribahasa," Qion.
Semua tertawa, "Gue pengen denger." Fingga.
"Muter-muter di Fatamorgana." Qion.
"Tumben agak bener peribahasa lo walau ngarang, biasanya bengek," Gibran.
"Iya, karna Fatamorgana ini bagai lo yang hidupnya muter-muter, sudah tau ragu masih di lanjut." Qion.
Gibran dan Melur saking tatap, mereka jadi paham, Qion memaksudkan dirinya yang meragukan mantan istrinya sampai akhirnya menemukan kebenarannya.
"Coba buat Suami aku, Kak." Zia.
"PaswordNya apa Za? Awal menyukai istrimu, bergerak jadi menantumu. " Ucap Qion tampan jeda, karna emang Faza sering jadi bahan ecengan (bercanda) mereka.
Semua tertawa, Dia juga ia, karna dia jelas tau Faza dulu emang naksir emaknya, Mia.
"Kamu yakin masih kuat?" Bisik Faza pada istrinya.
"Iya sayang, aku kuat. Kamu jadi posesif bangat deh! jadi pengen merkosa kamu." Bisik Zia dengan genit.
Faza hanya geleng-geleng kepala istrinya emang bruntal. Sementara Amena yamg mendengar bisikan Zia ke suaminya sempat terkejut, lantaran Zia bisa juga genit, genitnya pake bahasa bruntal lagi.
"Zia muka kamu pucet bangat loh."Amena.
" Gak papa Qm, emang lagi gak enak badan aja, semalam lupa diri." jawab Zia, sambil mengedipkan matanya satu.
"Anjir! lo Zi, semenjak nikah lo buat gue geli." Amena
"Makanya nikah, jadi tau rasanya." Zia.
"Udah bosen." Amena.
"Wkwkwk dasar, gue tau ya lo gak senakal itu." Zia.
Amane langsung menutup mulut Zia, dan mereka tertawa, Cila dan Alena yang melihat hanya geleng-geleng kepala.
Tibalah waktunya acara makan-makan, Zia hanya melihat makanan yang ada, bahkan Faza hendak menyuapi Zia tapi Zia tidak mau. Karna dia merasa mual, dan Zia hanya makan buah yang tersedia.
"Sayang, siapa nama kamu?" Sapa seseorang yang tak lain adalah Melur.
"Eh,Zia kak." Zia langsung berdiri dari duduknya, walau Zia mafia, tapi adabnya tak iya lupakan, berhubung Melur lebih tua dariNya, dia menunggu Nelur duduk dulu,karna terkesan gak sopan kalo dia duduk dulu, beda kalau sama sahabatnya yang pada beda 1 tahun, Zia bisa santai.
"Udah, kamu duduk aja. wanita hamil jangan terlalu cape, apa lagi testimeter awal." Melur dengan pelan, sambil membuat Zia duduk.
Mata Zia melihat kesekeliling, takut ada yang mendengar.
"Kak Melur kok bisa tau?" Zia.
"Muka kamu tuh pucet, terus aura kamu beda, yamg jelas aku tau karna aku pernah ngalamin." Melur "Tenang saja, aku cukup peka, kamu merahasiakan kehamilan ini." Tambahnya.
"Terima kasih kak.Ya, aku rahasiakan karna ada alasannya." Zia.
"Iya, kamu gak usah jelasin." Melur.
"Putra kakak gemes bangat, lucu."Zia.
" Terima kasih Zia, kamu juga akan segera bertemu anak yang lebih gemas, orang kamu aja cantik dan suami kamu ganteng."Melur.
"Ah, Kakak bisa aja! Kak Melur dan Fingga juga sama kok, " Zia.
Melur hanya tersenyum, sementara Amena sedang bersama Alena, dan Cila ke kamar mandi, Dan para pria sedang mengobrol bersama.
Rumah
Hoek
Hoek
Hoek
Zia sedang muntah di kamar mandi, Faza yang baru pulang kerja langsung menuju ke dalam, guna melihat keaadan istrinya.
"Sayang," Faza.
Zia terkejut, dia langsung berdiri. Zia terkejut karna dia ketauan masih muntah-muntah, malah tambah parah. Semenjak menghadiri pernikahan Gibran, Faza sangat posesif, jadi Zia berbohong kalo dia udah mendingan, emang bener udah mendingan, tapi 1 minggu setelahNya malah kumat lagi, bahkan tambah parah, makanan yang masuk apapun itu dia muntahkan, bahkan sekedar air putih yang ia minum pun dia muntahkan, tapi Zia tetap kuliah di sela morning sickness parahNya.
"Kenapa kamu gak bilang sama aku kamu morning sickness lagi? Kenapa kamu bohong!?" Faza dengan mata yang memerah Ingin menangis, "Apa sebegitu tak percayaNya kamu sama mas ziii...sampe kamu menyembunyikan ini! Walau aku gak bisa gantiin kamu, atau mengurangi, setidaknya aku bakal support system kamu." Faza.
Zia hanya menggeleng untuk semua pertanyaan Faza.
"Pasti berat bangat ya?" Faza.
Zia langsung memeluk Faza, seperti anak kecil yang membutuhkan perlindungan Zia mempererat pelukannya dan menangis "Hiks, maafin Zia ya mas." Ucapnya.
"Aku gak marah sayang, aku cuma khawatir sama kamu, apa lagi dokter sudah bilang, karna anak kita kembar kamu bakal merasa kan morning sickness lebih parah dari pada yang hamil satu. " Faza.
Perasaan Zia yang sedang melow tak karuan pun menangis dipelukan Faza, Zia seperti melepaskan semua bebananya, sungguh! walau dia sudah siap jadi ibu, tapi sangat berat menjalaninya, tenanganya terasa lemas, dia Ingin makan tak bisa,minum pun tak bisa, Zia merasa tak berdaya saat ini.
"Udah, cup cup cup, istri cantikNya Faza, ayo kita kedapur sekarang."
" Buat apa mas? para pelayan udah tidur, jangan di ganggu, kasian! apa lagi kalau dari tempat mereka kesini agak jauh." Zia.
Zia dan Faza dirumah utama, dibelakang khusus untuk para pelayan, dan beberapa bodyguard.
"Mas yang bakal buatin kamu makan." Faza.
"Jangan honey, mas udah cape, mas istirahat aja."
Faza hanya tersenyum, lalu menuntun istrinya ke dapur. selama seminggu ini, Faza pulang malam karna harus latian bareng Vandra dan mengurus pekerjaan, dia sekarang pulang cepat setelah kesibukannya.
Zia mengikuti sang suami, Zia hanya boleh duduk dan memperhatikan suamiNya yang memasak bubur untuk Zia.
"Masak aja ganteng gitu, gak adil bangat, gak keliatan udah kepala 3, hot." Batin Zia.
Zia mengagumi ciptaan Tuhan yang menjadi jodohnya, sampai tak sadar suamiNya sudah mendekat padanya.