Dimalam pengantin yang seharusnya sakral ternyata menjadi mimpi buruk bagi Luna dimana ia melakukan ritual olahraga pertamanya dengan adik iparnya yang bernama Damian.
Suami Luna yang bernama Sebastian langsung menjatuhkan talak kepada Luna.
Orang tua Luna sangat murka dan ia meminta Damian untuk menikah dengan Luna.
Luna berjanji akan membalas dendam kepada Damian yang sudah menghancurkan hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Anak buah Jayden melihat jam tangannya dan sudah lima jam Luna di dalam rumah sakit.
"Kenapa Nona Luna lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" anak buah Jayden yang khawatir langsung masuk ke rumah sakit
Ia masuk kedalam rumah sakit dan bertanya kepada perawat.
Perawat mengatakan kalau pasien yang bernama Luna sudah keluar dari ruang dokter lima jam yang lalu.
Anak buah Jayden langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Jayden.
Jayden yang masih mengobrol dengan klien tidak tahu jika dari tadi ponselnya berdering.
"Kenapa Tuan Jayden tidak mengangkat ponselnya." ucap anak buah Jayden.
Kemudian ia mencoba kembali menghubungi Jayden dan berharap agar Jayden mengangkat ponselnya.
"Tuan Jayden sepertinya ponsel anda berdering." ucap klien Jayden yang melihat layar ponsel Jayden yang dari tadi berdering.
Jayden langsung mengambil ponselnya dan ia melihat anak buahnya yang sedang menghubunginya.
"APA?! LUNA MENGHILANG?!" Jayden langsung meninggalkan hotel dan segera menuju ke rumah sakit.
Jayden mempercepat laju mobilnya agar lekas sampai di rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit Jayden langsung menghampiri anak buahnya.
"Bagaimana bisa Luna menghilang?" tanya Jayden.
Anak buahnya mengatakan kalau Luna memintanya untuk menunggu di parkiran.
Jayden meminta petugas keamanan untuk membuka rekaman cctv yang ada di rumah sakit.
Petugas kemanan langsung mengajak Jayden ke ruangan keamanan dan disana petugas keamanan langsung membuka rekaman cctv.
Jayden melihat Luna yang keluar dari ruang dokter dan menuju ke kantin. Tiba-tiba ia melihat ada dua wanita yang menarik dan langsung mengikat tangan Luna.
"Kamu cepat ikut aku!"
Jayden segera menuju ke tempat terakhir dimana Luna ada disana.
Disana banyak sekali ruangan yang sudah tidak terpakai dan Jayden membuka satu persatu ruangan itu.
Anak buah Jayden dan petugas kemanan melihat tas Luna yang ada tong sampah.
"LUNA! LUNA!" teriak Jayden.
Jayden melihat ruangan yang ada di paling belakang sekali.
BRAKK
Jayden langsung membelalakkan matanya saat melihat kondisi Luna yang sedang tidak sadarkan diri dengan kondisi tangan terikat.
"Luna!" Jayden langsung melepaskan ikatan yang ada di tangan Luna.
Ia juga membuka kain yang menutup mata dan mulut Luna.
"Luna, apakah kamu mendengar suaraku?!"
Tidak ada jawaban dari Luna, Jayden langsung membawa Luna ke ruang UGD.
Jayden melihat ada darah yang keluar dari kedua paha Luna.
Dokter meminta Jayden untuk menunggu di luar ruang UGD.
Jayden menghampiri anak buahnya dan langsung menghajarnya.
"Cepat cari tahu siapa yang sudah membuat Luna seperti ini!"
"I-iya Tuan."
Jayden tidak akan memaafkan mereka yang sudah mencelakai Luna sampai seperti itu.
Edward yang baru saja datang langsung menghampiri Jayden.
Ia meminta Jayden untuk duduk dan menenangkannya dirinya
"Bagaimana bisa aku tenang kalau saat ini Luna berada di dalam sana!"
Tak berselang lama dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil Jayden.
"Bagaimana keadaannya Dok? Apakah kandunganmu baik-baik saja?" tanya Jayden dengan wajah serius.
Dokter meminta Jayden untuk tenang dan setelah Jayden tenang dokter menjawab pertanyaan dari Jayden.
"Kandungan pasien masih bisa tertolong dan pasien masih dalam keadaan syok." Dokter mengajak Jayden untuk masuk ke dalam ruang UGD.
Jayden melihat Luna yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong.
"Luna, apakah kamu mengenali aku?" tanya Jayden.
Luna hanya diam dan kembali memejamkan matanya.
Dokter meminta Jayden untuk tidak khawatir karena saat ini Luna kembali tidur.
Kemudian dokter meminta perawat untuk memindahkan Luna ke ruang perawatan.
"Pindahkan ke ruang VVIP, aku tidak mau jika ada orang yang mengganggu tidurnya."
Dokter menganggukkan kepalanya dan setelah itu perawat memindahkan Luna ke ruang VVIP.
Jayden memerintahkan beberapa anak buahnya untuk berjaga di depan ruang VVIP.
Ia pun langsung duduk di samping tempat tidur sambil menggenggam tangan Luna.
"Maafkan aku yang datang terlambat." ucap Jayden.
Detik demi detik berganti dan jam menunjukkan pukul dua pagi.
Luna membuka matanya dan melihat Jayden yang sedang duduk di samping sambil menggenggam tangannya.
Hal pertama yang Luna lakukan adalah memeriksa perutnya dan ia langsung bernafas lega ketika melihat perutnya masih buncit.
"Siapa yang melakukannya? Apakah Ayana tahu kalau aku disini?" gumam Luna yang mengira Ayana adalah pelakunya.
Jayden mendengar suara Luna yang sedang bergumam dan ia langsung membuka matanya.
"Syukurlah kamu sudah sadar, apakah ada yang sakit?" tanya Jayden.
Luna menggelengkan kepalanya dan ia meminta Jayden untuk mengambil air putih.
"Minumlah dulu." ucap Jayden sambil memegang gelas.
Setelah selesai minum Jayden meminta Luna untuk kembali istirahat.
"Terima kasih sudah menolongku lagi." ucap Luna.
"Jangan berkata seperti itu, aku lakukan ini karena sudah kewajibanku untuk menjagamu." ujar Jayden sambil menggenggam tangan Luna.
Jayden berjanji kepada Luna untuk mencari siapa pelaku yang sudah membuatmu seperti ini.
"Aduh..." Luna merasakan si kecil yang menendang perutnya untuk pertama kalinya.
"Ada apa? Aku panggilkan dokter dulu." Jayden langsung khawatir melihat Luna yang memegang perutnya.
Luna langsung meraih tangan Jayden dan menaruhnya di atas perutnya.
Si kecil kembali menendang perut Luna sampai membuat Jayden terkejut.
"Apakah kamu sedang bermain bola di sana?" Jayden mencium perut Luna.
Walaupun ia tahu kalau anak yang dikandung oleh Luna bukan anaknya. Tetapi entah kenapa ia sangat sayang dengan anak yang dikandung oleh Luna.
"Apakah kamu ingin makan sesuatu?" tanya Jayden.
"Aku ingin pulang ke Indonesia, aku rindu dengan kedua orang tuaku." ucap Luna sambil menitikkan air matanya.
"Kamu yakin ingin pulang?"
Luna menganggukkan kepalanya dan ia juga ingin menyelesaikan pernikahannya dengan Damian.
"Aku akan mengantarmu pulang setelah masalah ini selesai." ucap Jayden.
"Iya Jayden."
Jayden menepuk-nepuk punggung Luna agar kembali istirahat.
Keesokan harinya dimana Jayden bangun terlebih dahulu dan ia keluar dari kamar.
"Tuan Jayden saya sudah mengetahui siapa pelaku yang sudah melakukan hal itu kepada Nona Luna." ucap anak buah yang diperintahkan oleh Jayden.
Anak buah Jayden langsung menyebut nama Sherly dan Kimberly.
Jayden meminta Edward untuk membawa mereka berdua ke markas dimana Jayden selalu melakukan eksekusi kepada para musuhnya.
Edward menganggukkan kepalanya dan segera ia menuju ke rumah Sherly dan Kimberly.
Sementara itu Edward kembali masuk ke dalam kamar dan melihat Luna yang sudah bangun dari tidurnya.
"Luna, kamu mau kemana?" tanya Jayden.
"A-aku mau ke kamar mandi." jawab Luna yang kemudian bangkit dari tempat tidurnya.
Jayden langsung memapah tubuh Luna dan membawanya ke kamar mandi.
"Kalau sudah selesai panggil aku." ucap Jayden.
Luna menganggukkan kepalanya dan dan setelah itu ia masuk ke kamar mandi.