NovelToon NovelToon
OBSESI Sang Presdir

OBSESI Sang Presdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:13k
Nilai: 5
Nama Author: Lintang Lia Taufik

Seharusnya Marsha menikah dengan Joseph Sebastian Abraham, seorang duda dengan anak satu yang merupakan founder sekaligus CEO perusahaan kosmetik dan parfum ternama. Setidaknya, mereka saling mencintai.

Namun, takdir tak berpihak kepadanya. Ia harus menerima perjodohan dengan seorang Presdir yang merupakan rekan bisnis ayahnya.

Saat keluarga datang melamar, siapa sangka jika Giorgio Antonio Abraham adalah kakak kandung pria yang ia cintai.

Di waktu yang sama, hati Joseph hancur, karena ia terlanjur berjanji kepada putranya jika ia ingin menjadikan Marsha sebagai ibu sambungnya.

~Haaai, ini bukuku yang ke sekian, buku ini terinspirasi dengan CEO dan Presdir di dunia nyata. Meskipun begitu ini hanya cerita fiksi belaka. Baca sampai habis ya, Guys. Semoga suka dan selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lintang Lia Taufik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Janji di Atas Luka

—Hari Pernikahan Marsha—

Marsha tercenung, seperti manekin ia mematung di depan cermin. Gaun berwarna gading dari bahan satin, tampak indah mencetak lekuk tubuhnya. Bordirannya tampak berkilau setiap kali gadis itu bergerak.

Rambutnya yang disanggul anggun, menambah kesan elegan dan memancarkan kecantikannya. Wajahnya yang dipoles dengan riasan lembut membuatnya tampak sempurna.

Semua orang pasti setuju, jika hari ini Marsha adalah pengantin tercantik.

Tetapi mengapa hatinya seperti terasa kosong?

Marsha menarik napas dalam. Mencoba mengusir kegundahan hatinya yang hilang sejak semalam.

Pikirannya masih dipenuhi tentang bayangan Joseph. Mata sedihnya, suara kepiluannya, dan ciuman yang dibarengi pelukan hangat perpisahan mereka. Membuat Marsha langsung menutup matanya sejenak.

Ia benar-benar ingin mengubur semua kenangan itu sekarang. Tetapi, semakin ia berusaha rasanya luka itu semakin dalam dan perih.

"Sudah siap?"

Suara Giorgio membuyarkan lamunannya. Marsha membuka mata dan melihat pria tampan itu sudah berdiri memperhatikannya di ambang pintu.

Marsha hanya mengangguk. Lagi pula, tak ada pilihan lain.

***

Upacara berlangsung tanpa cela. Dengan ribuan mata menyaksikan. Akhirnya, Giorgio dan Marsha mengucapkan janji pernikahan mereka.

Kemudian, Giorgio menyelipkan cincin di jari manis Marsha dengan senyum penuh kemenangan. Sementara Marsha, melakukannya dengan tangan sedikit gemetar.

Saat pendeta mengesahkan pernikahan mereka, tepuk tangan meriah terdengar menggema memenuhi ruangan.

Mereka resmi menjadi suami istri sekarang.

Semua orang bahagia, tetapi entah mengapa Marsha justru merasa hatinya sedang sedih saat ini. Netranya membiak keramaian, seolah ingin mencari keberadaan seseorang di antara kerumunan.

Tatapannya terhenti, ia melihat Joseph di barisan belakang. Ia melihat pria itu berdiri dengan wajah tanpa ekspresi. Hatinya ... mati.

Marsha paham benar, jika Joseph pasti mati-matian menahan perasaannya saat ini. Dan itu semakin membuatnya sakit.

***

Pesta pernikahan, diadakan di ballroom hotel termewah di kota. Di setiap sudut ruangan dihiasi dengan gemerlap kemewahan. Bunga aslipun lebih mendominasi dekorasi ruangan. Membuat aromanya menguar kuat memenuhi seisi ruangan.

Beberapa lampu kristal juga dipasang, makanan terbaikpun di sajikan, seolah memberikan kesan status tertinggi sosial mereka.

Namun, bukan hanya kemewahan yang menjadi pusat perhatian malam itu.

Giorgio.

Pria itu sungguh benar-benar mampu membuat para tamu terpana, dengan caranya memperlakukan Marsha.

Setiap kali ia tahu, ada tamu pria yang ingin membaur menyapa dan mendekati Marsha, tangannya selalu menggenggam jemari istrinya. Tak sedetikpun pria itu melepaskan istrinya.

Seolah ingin menjelaskan, jika wanita cantik yang kini sedang bersama dirinya adalah miliknya.

Di atas panggung, saat Gio membuka dansa pertama, tangan kekarnya tanpa ragu menarik Marsha ke dalam pelukannya. Kemudian, musikpun mulai mengalun pelan, membuat Marsha yang tak punya pilihan selalu mengikuti pergerakannya.

Gio semakin mengeratkan pelukannya, kali ini ia sedikit kasar. Tatapan matanya tajam, seolah menyadari jika istrinya mencari keberadaan seseorang di sana.

"Mas Gio, ini keterlaluan, jangan bersikap berlebihan," bisik Marsha ketika merasakan cengkeraman tangan Gio lebih kuat di pinggangnya.

Bahkan, pria itu dengan sengaja membuat tubuhnya tak berjarak, seperti menempel hingga membuat Marsha terasa dihimpit. Sesak.

Giorgio tersenyum miring. "Kenapa? Bukankah kita adalah suami istri sekarang?"

Marsha menghela napas, tapi ia tidak bisa membantah. Semua orang menatap ke arahnya. Bahkan beberapa di antara mereka sedang membicarakannya.

Kira-kira dalam jarak lima langkah darinya, Marsha menyadari keberadaan Joseph yang kini menatapnya.

Semua itu semakin membuat Marsha merasa, sesak.

***

Malam semakin larut, sementara itu Joseph sedang berdiri di sudut ruangan, dengan segelas minuman di tangannya.

Tak ada seulas senyumanpun yang ia tampakkan malam itu. Bahkan meskipun ada beberapa rekan bisnisnya yang mengajaknya bicara. Tetapi pikiran pria itu seperti sedang melayang entah ke mana. Ia hilang fokus.

Bisa saja ia membawa Marsha kabur sebelum malam pernikahan itu terjadi, tetapi kenyataannya Marsha tidak memilihnya. Ia lebih mengutamakan keluarga ketimbang perasaannya.

Dan itu adalah kenyataan pahit yang harus ia terima.

Tetapi, saat melihat sorot mata Marsha meski sekilas, ia bisa tahu jika pujaan hatinya tidak bahagia.

Namun ada hal besar yang ia sesali sekarang. Terlambat.

Cinta yang datangnya terlambat hanyalah sebuah luka yang entah sampai kapan untuk bisa disembuhkan.

Suasana pesta masih sangat meriah. Giorgio mengangkat gelas sampanyenya, menaruh perhatian keluarga besar yang tengah asyik berbincang dengan tamu kehormatan.

Senyumnya mengembang, dengan percaya diri, seperti biasa.

"Ce Erika, Joseph, Mama dan Papa ... maaf malam ini aku akan menginap di sini. Aku rasa kalian pasti paham. Terkadang pasangan muda butuh sedikit privasi."

Beberapa anggota keluarganya tersenyum, tetapi tidak dengan Joseph.

Ucapan Giorgio benar-benar membuat Marsha langsung menoleh ke arahnya. Ada debaran tak biasa yang kini ia rasanya.

Entah mengapa, kini ia mulai takut setiap kali memiliki banyak waktu dan kesempatan bersama Giorgio. Rasa yang aneh untuk pasangan yang baru menikah.

Beberapa keluarga saling bertukar pandang dengan ekspresi menggoda. Begitupun para orang tua mereka, termasuk yang turut bahagia adalah pak Tama. Beberapa di antara mereka bahkan tersenyum kecil, seolah paham dengan jalan pikiran Giorgio.

"Pilihan yang tepat, Gio," seorang pria paruh baya yang merupakan paman Giorgio memukul ringan bahunya. "Nikmati malam pertamamu."

Sekujur tubuh Marsha langsung gemetar, ia tegang tetapi berusaha tenang.

Namun, seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka tampak tidak senang. Ia adalah Joseph.

Tangannya mengepal, napasnya memburu. Kata-kata Giorgio terus menggema di benaknya. Seakan menghancurkan sisa-sisa harapan yang ia miliki.

Tidak, ia tidak bisa tinggal diam.

Waktu terus berlalu, membuat Marsha berjalan cepat ketika melewati koridor hotel. Tiba-tiba seseorang menariknya, dan membawanya ke lorong lain yang sepi. Gadis itu nyaris menjerit, seandainya si pemuda tidak berteriak dengan suara familiarnya.

"Ini aku, Marsha!"

"Joseph, kau—"

"Aku harus bicara denganmu," potongnya cepat.

"Sudah gak ada lagi yang perlu kita bahas. Semua sudah berakhir sekarang," sahut Marsha sambil menghindari tatapan mata Joseph.

"Apa kamu akan menyerahkan dirimu pada Ko Gio malam ini?" tanyanya penasaran.

"Apa?" tanya Marsha terkejut.

"Katakan padaku, Marsha ... apakah kamu benar-benar akan membiarkan Ko Giorgio menyentuhmu?"

Joseph terus mengikis jarak, ia mulai menundukkan kepalanya, membuat Marsha merasa darahnya berdesir. Bukan karena malu, tapi ia tak menduga jika Joseph akan bertanya tentang hal yang sifatnya pribadi seperti itu.

"Apa urusannya denganmu?" Suara Marsha terdengar melemah, tetapi terkesan memberikan penekanan.

"Jawab aku, Sya," pinta Joseph. "Aku harus tahu."

Joseph berusaha menggapai tangan Marsha yang semula menggantung, lalu menggenggamnya erat.

"Giorgio adalah suamiku sekarang," potong Marsha sambil menatap Joseph dalam-dalam. "Dia berhak melakukan apapun yang seharusnya dilakukan seorang suami."

Joseph menutup matanya mendengar hal itu, seolah sedang menahan sesuatu dalam dirinya.

Namun, keduanya tak tahu. Jika dari jarak yang lumayan dekat, Giorgio sedang berdiri dan mendengar jelas tentang percakapan mereka.

Senyuman tipispun seketika muncul ketika ia mendengar ucapan Marsha.

'Berhak melakukan apapun yang dilakukan seorang suami?'

Menarik.

Bersambung....

— Jangan lupa rate, love dan jempolnya dong agar aku semangat update. Salam cinta semua.

1
Siti Juaningsih
Luar biasa
Lintang Lia Taufik: Wah, terimakasih banyak ya Kak, sudah mampir di tulisan receh saya, dan memberi Rate. Salam cinta, Lintang. ❤️❤️❤️
total 1 replies
Nina_Melo
Haiis, takut buat topeng si Gio aja tuh
Anne Clair
seru ya
Samantha
nah loh. Pilih duda apa bujang mapan
Samantha
cemburu si bos muda
Samantha
Aku mau sih jadi Marsha
Teddy
perhatian gitu si Gio
Nina_Melo
Jadi rebutan
Nina_Melo
Kok aku jadi sebel sama danu ya
Antonio Johnson
Diksinya keren sih ya
Antonio Johnson
Kenapa tulisanmu sedih semua? Moga tulisanmu sukses ya, biar bahagia. Canda, semangat Thor
Antonio Johnson
pilih aku aja gimana
Anne Clair
Keren, tapi nyesek
Anne Clair
Hayo pilih yang mana?
Anne Clair
Hei, Lintang. Aku mampir baca, eh keterusan
Teddy
Ditunggu Bab barunya yang seru ya Love
Nina_Melo
Nyesek woy
Nina_Melo
Ceritanya seru Guys
Nina_Melo
Tulisannya natural. Cocok untuk menghilangkan penat.
Nina_Melo
Bagus, natural. Semoga banjir pembaca ya Kak Thor 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!