Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Tamu Lagi!
HAPPY READING...
***
Rehan terus mengerucutkan bibirnya. meluapkan rasa kekesalannya karena terjatuh beberapa saat yang lalu. tentu semua itu karena Mika. seandainya Mika tak kedatangan sahabatnya, hal ini tak akan terjadi.
lihatlah lutut Rehan saat ini. memerah dan lecet.
"Sudahlah, kenapa masih cemberut?" protes Mika. bahkan gadis itu sudah berbaik hati pada Rehan. Mika tengah duduk di bawah sambil membersihkan luka pria itu.
"Ini semua gara-gara kamu...".
Rehan bahkan merasakan sakit di tubuhnya. semua ini terjadi karena ia merasa gugup dan salah berpijak pada atap rumah. untung saja posisi terjatuh nya tidak terlalu tinggi.
"Kok Aku? memang apa yang aku lakukan?" protes Mika tak mau disalahkan. Jatuh sendiri, menyalahkan orang lain.. dasar aneh!
"Kau jatuh sendiri bukan? kalau aku yang dorong, jelas kesalahan ku...".
"Kau juga salah... menerima tamu sampai tak kenal waktu...".
Rehan merasa kelaparan terkurung dalam kamarnya. itulah sebabnya pria itu berusaha keluar dari kamar lewat jendela. karena ia bisa mati kalau tidak segera meninggalkan kamarnya dan mencari makan. tapi sialny, Rehan justru terjatuh dan mendapatkan luka di lututnya.
"Mereka hanya beberapa jam disini.. jatuh itu salahmu sendiri... bukan salahku..." elak Mika.
"Aku kelaparan dan kau ingin aku mati di kamar? Aww..." keluh Rehan. ketika Mika sengaja menekan kapas yang telah di basahi cairan ke luka Rehan. membuat luka itu semakin terasa perih saja.
"Kau mau membunuhku?" cerca Rehan.
"Makanya jangan bawel... aku sedang membersihkan lukamu..." ucap Mika. dan yang dilakukan Rehan tentu saja langsung patuh. tak mengeluarkan suara sedikitpun.
Tatapannya tak lepas mengamati Mika yang dengan telaten merawatnya. Calon dokter... batin Rehan.
tanpa sadar dirinya adalah pasien Mika saat ini. dan membayangkan bagaimana gadis itu akan menjadi dokter di kemudian hari.
Tiba-tiba Rehan tersenyum.
"Kau yakin yang terluka hanya lututmu?" tanya Mika penasaran.
"Kenapa?". Rehan kebingungan dengan pertanyaan Mika.
"Tidak perlu ke RS? karena kau tersenyum... sepertinya kau harus memeriksakan kepalamu juga..." cerca Mika. karena tadi ia sempat melihat Rehan tersenyum sendiri.
Dia pikir aku gila? sorot mata Rehan bicara.
"Sudah..." ucap Mika. bangkit dari duduknya setelah menempelkan plester luka pada lutut Rehan. tapi seketika Mika terkejut ketika pandangannya bertemu dengan jarak yang begitu dekat.
Jantung Mika serasa berhenti berdetak. untuk pertama kalinya ia melihat Rehan dengan jarak sedekat ini. dan hal itu terasa aneh. apalagi tatapan pria itu berbeda dari biasanya. beberapa detik, Mika seakan terbuai dengan tatapan teduh pria itu.
"Awas..." ucapnya. mendorong tubuh Rehan dan segera menghindar.
Apa-apaan tadi? Mika bingung dengan isi kepalanya sendiri.
Bahkan sampai mencuci tangannya, jantung Mika terasa begitu aneh. sosok Rehan seakan memenuhi isi kepalanya.
Sadar Mika! gerutunya pada diri sendiri.
Masih dengan suasana yang terasa aneh dan canggung, bell rumah itu kembali berbunyi.
Siapa lagi tamu yang datang... Rehan menggerutu kesal. padahal baru saja pembawa masalah yang tak lain adalah sahabat istrinya itu baru saja pulang, tapi sekarang ada tamu lain yang semakin membuat Rehan ingin sekali marah.
Bell kembali berbunyi untuk kedua kalinya.
"Mikaa... buka pintunya..." teriak Rehan.
Mika berjalan ke arah depan. "Kira-kira siapa ya?" gumam gadis itu sambil mendekati pintu.
"Kak San..." gumamnua pelan menyadari siapa tamu mereka kali ini.
Sandi, sahabat Rehan. entah apa yang membuat pria itu datang siang-siang begini.
"Rehan di rumah kan?" tanya Sandi dengan pembawaan yang ceria sama seperti biasanya.
membuat Mika mengangguk membenarkan.
"Silakan masuk Kak.." ucapnya dengan sopan dan Sandi masuk ke dalam rumah itu.
"Siapa Mik?" tanya Rehan yang masih selonjoran di sofa panjang depan TV.
"Aku," jawab Sandi mendekat.
"Kau?". Rehan sempat terkejut dengan kedatangan Sandi yang tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan itu.
"Kau kenapa?" ganti Sandi yang bingung. melihat Sahabatnya terbaring lengkap dengan plester luka di kedua lututnya.
"Apa kau buta? tidak lihat kalau aku terjatuh?" cerca Rehan. padahal semua orang juga akan melihat dengan kondisi Rehan sekarang tanpa bertanya sekalipun.
"Hahaha... maksudku bukan begitu... kenapa Seorang Rehan bisa terlihat seperti ini...dimana?" ejek Sandi.
"Dari atap rumah ini Kak..." sela Mika. berdiri bersandar tembok sambil mengamati keadaan suaminya yang dirasa terlalu lebay itu. padahal luka Rehan tak seberapa parah, tapi pria itu seolah terlihat paling menderita. dasar lebay!
"Kau terjatuh dari atap?" Sandi ayok mendengarnya. "Kenapa? atap rumah ini bocor?".
Karena hanya ada satu hal yang membuat seseorang sampai naik ke atap, untuk memperbaiki kerusakan.
"Ini semua gara-gara dia!" tunjuk Rehan pada Mika. bahkan Sandi saja sampai beralih menatap ke arah Mika seorang.
Aku? Mika tak terima di tuduh seperti itu.
"Karena dia dan teman-temannya, aku terkurung di kamar kelaparan dan hampir meninggal...".
Tuh kan, bertambah lebay nya... batin Mika sambil mendengus kesal mendengar Rehan menceritakan kronologi kecelakaan yang menimpanya tadi. bagaimana hingga Rehan terpeleset dan jatuh ke lantai dasar rumah itu.
sedangkan Sandi hanya sesekali tersenyum lucu.
"Dan apa yang membuatmu kemari?". lupakan tentang kecelakaan yang menimpa Rehan. sekarang justru ia penasaran dengan kedatangan Sandi yang tiba-tiba itu. Rehan menduga ada hal yang penting hingga membuat pria itu datang.
Ditanya seperti itu, Sandi tak langsung menjawab. pria itu justru menatap Mika, "Mik, apa kau tidak menyuguhkan sesuatu untuk tamu ini?" pancingnya.
Mika tersadar. benar.. ia tidak menyuguhkan atau menawarkan apapun pada Sandi.
"Oh.. Kak Sandi mau minum apa?" tanya Mika malu.
"Apa saja... dingin juga boleh..." jawab pria itu.
"Mika ambilkan...". jawab Mika dan membuat gadis itu meninggalkan Rehan dan Sandi untuk mengobrol dengan santai.
Sandi menatap kepergian Mika sampai gadis itu tak terlihat. baru membuka suara.
"Kau tau, dia sepertinya menyesal telah meninggalkan mu..." ucap Sandi.
Siapa? Rehan mengerutkan keningnya. tak paham dengan ucapan Sandi barusan.
"Sella...". sebuah nama terucap dari bibir Sandi. membuat ekspresi Rehan berubah. padahal pria itu tak suka dengan apapun mengenai wanita bernama Sella itu. karena Rehan menganggap semuanya adalah masa lalu saja. dan hal yang sudah berakhir.
jadintan ada alasan yang membuatnya harus mengingat semua hal tak penting dari Sella.
"Kau tau, selama perjalanan pulang kemarin... dia selalu membicarakanmu... seolah ingin tau kau yang sekarang..." ucap Sandi.
Rehan terlihat acuh.
"Dia juga bertanya tentang hubunganmu dengan Mika..." lapor Sandi.
"Dan kau bilang apa?" kali ini Rehan bereaksi. penasaran bagaimana Sandi menjelaskan tentang hubungan yang ia bangun bersama Mika. apakah Sandi mengatakan bahwa Mika dsn Rehan sudah menikah atau sekedar menjalin sebuah hubungan.
"Aku bilang kalian dalam tahap serius..." jawab Sandi enteng. "Aku tidak bilang kalau kalian sudah menikah karena penasaran bagaimana reaksinya... apakah dia berani mengganggu?".
Rehan hanya tersenyum sinis. sebenarnya ia tak peduli dengan reaksi Sella. mungkin karena apa yang dilakukan wanita itu dimasa lalu benar-benar fatal. jadi Rehan tak lagi peduli.
"Dia juga meminta nomormu...".
"Lalu?". Rehan panik. ia tak setuju kalau sampai Sandi memberikan nomor ponselnya pada Sella.
"Apa kau pikir aku gila? tidak lah... mana mungkin aku memberikan nomormu padanya..." ucap Sandi.
ia juga tak terlalu suka pada Sella yang menurutnya terlalu ambisius. Sandi tak suka dengan tipe wanita yang agresif seperti itu. ia lebih suka dengan wanita yang manis dan pemalu. seperti Mika misalnya...
"Aku datang kemarin hanya ingin membuatnya sadar, bahwa melepasnya bukan hal yang sulit buatku..." ucap Rehan.
Ya.. kedatangannya pada acara Reuni kemarin memang sengaja membuat Sella sadar diri. bahwa ketika Rehan telah melepaskannya, Wanita itu tak berarti apa-apa lagi baginya.
Perbincangan Rehan dan Sandi kembali teetahan ketika Mika datang menyuguhkan minuman.
Apa yang mereka bicarakan? hingga saat aku datang, mereka memilih diam.. batin Mika.
"Terimakasih Mik..".
Mika hanya tersenyum dan kembali meninggalkan ruangan dimana Rehan dan Sandi bicara.
***