NovelToon NovelToon
Codex Of Fantasy

Codex Of Fantasy

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Dan perjuangan hegemoni / Perperangan / Summon
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: orpmy

Ningrum, seorang gadis desa yang hidup ditengah diskriminasi, terjebak dalam pertempuran dahsyat antara dua makhluk raksasa yang dikenal sebagai Monarc. Di tengah kekacauan dan ledakan yang memekakkan telinga, Ningrum mendapati dirinya bersama pulau tempat kedua monster bertempur dipindahkan ke luar angkasa. Di antara bintang-bintang dan planet-planet asing, Ningrum harus menemukan cara untuk bertahan hidup di dunia baru yang penuh misteri dan bahaya. Dengan bantuan makhluk-makhluk aneh dan teknologi canggih, ia memulai petualangan epik untuk menemukan jalan pulang, sembari menguak rahasia Monarc yang dapat menentukan nasib galaksi. Mampukah Ningrum mengatasi segala rintangan dan menemukan takdir sejatinya di tengah galaksi yang luas dan penuh intrik? Temukan jawabannya dalam kisah fantasi isekai yang menegangkan ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketidakteraturan di hari kedua

Bel masuk sekolah bergema di seluruh area, menandakan bahwa para siswa harus segera memasuki kelas masing-masing. Di depan gerbang sekolah Bakti Luhur, satpam bernama Pramono sudah bersiap-siap untuk menutup gerbang besar yang akan mengisolasi sekolah.

"Sudah waktunya," gumamnya sambil melihat jam tangan. Namun, sebelum ia sempat menutup gerbang sepenuhnya, dari kejauhan terdengar suara langkah kaki yang cepat. Seorang gadis berlari tertatih-tatih menuju gerbang sekolah.

"Tu-tunggu!" Ningrum, dengan napas terengah-engah, berusaha mendekati gerbang sebelum ditutup. Keringat mengalir di dahinya, namun dia terus berusaha menghindari skorsing karena terlambat.

Melihat Ningrum yang berlari dari kejauhan, Pramono merasakan sebuah dejavu. ‘Kemarin juga seperti ini,’ pikirnya. ‘Tepat di saat yang sama, dengan gadis yang sama.’ dagingnya mengkerut, Pramono tidak suka dengan anak-anak yang sering telat.

“Anak yang melakukan kesalahan dua kali sudah selayaknya mendapatkan hukum.” Dengan senyum licik, ia menggenggam pintu gerbang dengan lebih erat.

Tanpa memperhatikan permintaan Ningrum, Pramono menggeser pintu gerbang besi raksasa itu sekuat tenaga, menghasilkan suara dentuman keras saat pintu gerbang menutup dengan paksa.

"Yeeah!" Pramono melompat kecil dalam euforia. "Rasakan itu! Skorsing karena terlambat! Lain kali datang lebih awal!" Serunya puas, seakan balas dendamnya terbayar.

Pramono tertawa keras, membayangkan wajah Ningrum yang kebingungan di luar gerbang. Dia sudah siap melihat Ningrum memohon agar dibukakan pintu, namun alih-alih teriakan panik, dia mendengar sesuatu yang tak terduga.

“Pagi, Pak,” sapaan yang hangat dan ramah.

Seketika, tawa Pramono terhenti. Dia menoleh ke sumber suara, matanya langsung membelalak kaget. Ningrum berdiri di hadapannya, tersenyum kecil sambil berjalan santai melewatinya menuju gedung sekolah.

"Pa-pagi, Nona..." Pramono membalas sapaan itu secara refleks, senyumnya muncul karena kebiasaan.

Namun, setelah beberapa detik berlalu, otaknya mulai bekerja. ‘Tunggu, dia tidak seharusnya di sini... dia seharusnya di luar gerbang!’ Pramono mendadak tersadar, wajahnya memucat seketika. ‘Bagaimana dia bisa...?’ pikirannya berputar cepat mencari penjelasan, tapi tak satu pun jawaban masuk akal muncul di kepalanya.

Gerbang yang tertutup rapat itu seharusnya menjadi penghalang mutlak, namun kini Ningrum berjalan tenang, seakan peraturan fisika tak berlaku baginya. Pramono hanya bisa menatap punggung Ningrum yang semakin menjauh. ‘Apa yang sebenarnya terjadi...?’

Rasa heran dan kebingungan menyelimuti dirinya. Tapi satu hal yang tidak terbantahkan, Pramono kembali kalah dalam pertarungan melawan seorang gadis yang entah bagaimana selalu bisa melewati gerbang yang dia jaga.

***

Setelah berhasil masuk ke dalam sekolah, aku berjalan dengan riang, meski sesekali menggerutu karena pada akhirnya aku kembali terlambat. "Ini semua gara-gara dia!" Ya, benar, ini semua salah Alex.

"Apa-apaan itu, tiba-tiba mengajakku berkencan? Apa dia seorang playboy? Aneh, padahal wajah dan perilakunya seperti pembuat onar." Memikirkan apa yang terjadi di stasiun semakin membuatku kesal.

Kemarahan yang hampir meledak tiba-tiba padam begitu aku merasa ada beberapa orang yang mengawasi. Dengan tenang, aku memejamkan mata sejenak, membiarkan indera tajamku bekerja.

Dalam hitungan detik, aku bisa menemukan posisi orang-orang yang mengawasiku, niat mereka, bahkan wajah mereka yang samar.

"Aku belum jadi artis, tapi kenapa selalu menarik perhatian?" gumamku pelan, senyum tipis melengkung di bibir. "Tampaknya hanya soal waktu hingga seseorang memasang bounty di kepalaku."

Aku kembali berjalan santai, seolah tidak tahu apa-apa. Untuk saat ini, tak perlu khawatir dengan pengawas itu. Mereka tidak tahu apa yang sedang mereka cari.

Tak perlu bersembunyi atau cemas. Penampilanku yang tampak seperti kutu buku dengan kacamata tebal dan seragam sederhana cukup membingungkan mereka.

‘Bagaimana mungkin gadis biasa ini, dengan wajah tersembunyi di balik kacamata besar, adalah sosok yang dicari oleh Guild Garuda dan Asosiasi Hunter?’ aku mendengar suara itu dari seorang pengawas.

'Mereka bisa mencariku sepuasnya, tapi pada akhirnya mereka hanya akan mendapatkan hadiah yang mengecewakan.' Senyumku semakin lebar, merasakan kesenangan dalam kebingungan mereka.

"Ini tidak lebih dari permainan petak umpet," pikirku sambil melangkah ringan menuju ruang kelas. "Jika pun mereka menemukanku, mereka akan segera sadar siapa yang sebenarnya mereka hadapi."

***

Sesampainya di ruang kelas, aku melihat tidak ada yang aneh dengan murid-murid satu kelas. Mereka terlihat biasa-biasa saja, bercanda, tertawa dan fokus pada aktivitas mereka masing-masing, seolah tidak sadar jika sedang diawasi seperti tikus laboratorium.

Aku duduk di kursi ku, berusaha mempertahankan sikap tenang, meskipun itu sangat sulit. Alasannya, aku merasakan kecemburuan saat melihat teman-temanku yang mulai akrab satu satu sama lain.

“Ugh, bagaimana mereka bisa begitu cepat saling kenal? Apa aku melewatkan sesuatu?” gumamku dalam hati, sedikit kesal dengan situasi yang Akku saksikan.

‘Tenanglah, Ningrum, ini masih hari kedua sekolah. Masih banyak waktu untuk mencari teman,’ batinku mencoba meyakinkan diri jika semuanya akan baik-baik saja. Namun, tidak bisa dipungkiri, perasaan sedikit terasing itu terus menghantuiku.

Beberapa menit berlalu penuh penderitaan dimana diriku yang sendiri hanya bisa duduk diam melihat teman sekelas yang menikmati pertemanan mereka. Hingga akhir seorang guru wanita masuk ke dalam kelas.

Aku tidak mengenalnya, wajahnya benar-benar asing. Guru itu memperkenalkan diri sebagai Bu Marika, namun perkenalannya sangat singkat, kemudian langsung menuju materi pelajaran. Tidak ada basa-basi, seolah dia ingin segera menyelesaikan tugasnya dan pergi.

Mataku memperhatikan gerak-gerik mencurigakan dari guru yang memperkenalkan dirinya sebagai Marika. Guru baru itu tidak sepenuhnya fokus pada pengajaran. Sesekali, tatapannya menyapu para murid, seakan sedang mencari seseorang di antara mereka.

Dengan sedikit rasa penasaran, aku menggunakan kemampuan untuk memindai pikiran teman sekelas ku. Tapi yang aku temukan hanyalah pikiran mereka yang tampaknya santai dan tidak menyadari keanehan dari Bu Marika. Tidak ada satu pun yang merasakan kecurigaan seperti aku rasakan.

‘Apakah ketidakpekaan ini normal? Atau aku saja yang memang sebuah anomali?’ Aku kembali merenung, tapi pada akhirnya aku memilih untuk tidak terlalu memikirkan hal itu terlalu dalam.

Pelajaran pertama berlalu tanpa insiden. Para murid mencatat materi yang diajarkan, bertanya sewaktu-waktu tidak paham dengan penjelasan guru, sedangkan aku mulai mengantuk kerena merasa tidak ada yang perlu aku pelajari.

Karena tidak ingin menjadi siswa yang buruk, aku berusaha tetap terjaga dengan membaca buku sihir dalam Comel secara rahasia.

“Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan jika seandainya berhasil menemukanku.”

***

Waktu Istirahat akhirnya datang.

Bel pelajaran akhirnya berbunyi, dan para murid segera menyambut waktu istirahat dengan antusias. Suasana kelas berubah menjadi lebih riuh. Seperti yang diharapkan, para senior mulai berdatangan mengunjungi kelas ku. Mereka datang dengan niat mempromosikan berbagai klub kepada para murid baru.

Aku hanya mengamati dari kejauhan. Aku sama sekali tidak tertarik masuk ke dalam sebuah organisasi karena tidak ingin menjadi pesuruh yang melayani senior.

Tapi peraturan sekolah mengharuskan setiap murid mengikuti setidaknya satu klub., “Haah, merepotkan sekali.”

1
arfan
semangat up terus bos
rachmat hidayat
/Drool/ siiiip ceritanya asyik. seru.
rachmat hidayat
makin seru
Nresyaa$$
Thor semangat untuk up ok
Orpmy: terimakasih
total 1 replies
Nresyaa$$
Thor terus up detya supaya aku boleh terus membaca cerita ini di sangat menarik
Nresyaa$$
Thor menarik aku akan selalu menantikan kelanjutannya 🥰
semangat 😘
Nresyaa$$
Luar biasa
Fiorentina' EVRENZAN
(O_o)?? WTF
siro
👍
Adrian Syifa
lama gk buka mangatoon eh author gw up walapun beda novel
Fiorentina' EVRENZAN
👉💀👌
Fiorentina' EVRENZAN: wkwkwkwk
Orpmy: hah?........
total 2 replies
Fiorentina' EVRENZAN
Thor, lu buat lagi ya
yang kemarin aja belum selesai😑
Masda Alfarisi
lanjutkan min
Fiorentina' EVRENZAN: novel mu yang kemarin gak dilanjutkan tor/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!