sekuel dari SELEPAS TALAK TIGA
Dirga Wijaya, seorang pebisnis sukses.Memiliki keluarga yang bahagia dari pernikahannya yang kedua. hingga sebuah kecelakaan menewaskan istri dan kedua mertuanya.
Hanya sang putri yang selamat, tetapi mengalami trauma yang sangat hebat sehingga memaksa Dirga untuk melakukan hipnoterapi agar putrinya tetap bisa hidup dengan normal.
setelah kecelakaan Dirga yang mengetahui bahwa ternyata Sang Putri berada dalam bahaya akibat incaran dari musuh, terpaksa menyembunyikan putrinya dan membuat sang putri hidup dalam penyamaran.
Tiga tahun kemudian, Dirga bertemu kembali dengan mantan istrinya yang juga sudah menjadi seorang janda. benih-benih Cinta dalam hati Dirga kembali berbunga.
tetapi sayangnya, bunga yang semakin berkembang harus dicabut paksa, saat Dirga mengetahui bahwa sang putri dan putra dari mantan istrinya saling mencintai.
lalu jalan apa yang akan ditempuh Dirga? apakah dia akan dengan egois meraih kembali cintanya, atau mundur demi Putrinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
"Tidak bisa seperti ini, aku harus bicara dengan Mila." gumam Dirga. dia merasa gusar. karena sikap Jameela belakangan yang selalu saja berusaha menghindar darinya.
"Aku ingin kita bertemu secepatnya. kamu yang tentukan tempatnya!" pesan yang dikirim Dirga pada Jameela.
send. centang dua warna biru . itu artinya Jameela telah membaca pesannya. Dirga menunggu balasan yang datang dengan hati jedag jedug.
tring..
segera saja Dirga membuka nya begitu notif pesan masuk terdengar.
"Baiklah, aku sedang di rumah sakit, mas Dirga bisa datang nanti jam istirahat siang di rumah makan depan!" bunyi jawaban dari Jameela.
Dirga menghela nafas yang terasa berat. mencoba membuang sesak yang bercokol di dada. segera saja pria itu menyelesaikan semua pekerjaan nya . agar saat nanti dia keluar, tidak terlalu membebani Kevin.
Jam makan siang tiba .
Disebuah rumah makan yang berada di depan rumah sakit dimana Jameela mengabdikan diri. seorang pria telah duduk disana sejak tiga puluh menit yang lalu. sudah dua cangkir kopi dia habiskan sebagai teman pengusir gundah. berkali kali mengambil nafas dan membuangnya kembali. seakan beban berat menghimpit dadanya.
jemari tangannya terus mengetuk ngetuk meja. begitupun pandangan yang sedari tadi mengarah ke pintu masuk, berharap yang ditunggu segera muncul dari sana sambil melambaikan tangan tersenyum ceria.
"Haaahh..!" dan sekali lagi nafas berat keluar dari desahnya. menyadari apa yang dia harapkan adalah sesuatu yang mustahil.
*
di sebuah ruang yang ada di rumah sakit.
Hal yang sama dilakukan oleh Jameela. berulang kali membuang nafas berat. diliriknya jam yang melingkar manis di pergelangan tangan. waktu istirahat telah tiba sejak sepuluh menit yang lalu. dan juga sudah tak lagi ada pasien darurat yang harus dia tangani. tapi dia belum juga beranjak dari tempat duduknya.
wanita yang masih tetap cantik diusianya saat ini, masih mencoba merangkai kata yang akan dia ucapkan nanti. dia harus menjelaskan tentang putra dan putri mereka. bahwa keduanya menjalin hubungan dan terpaksa memisahkan diri, demi para orang tua.
"Aku harus segera menyelesaikan masalah ini dengan mas Dirga. agar semua tidak berlarut larut!" ucap Jameela kemudian berdiri dan menyambar tas tangan serta ponselnya yang sedari tadi tergeletak manis di atas meja.
*
"Mila, di sini..!" panggil Dirga seraya melambaikan tangannya saat melihat wanita yang ditunggunya sejak tadi telah menapakkan kakinya di pintu masuk kafe.
Jameela yang melihat itupun segera melangkah mendekat.
Dirga berdiri untuk memundurkan satu kursi agar Mila bisa duduk di hadapannya. wanita itu pun menerimanya dengan senang hati.
"kamu sudah menunggu sejak tadi ya Mas?" tanya Jameela yang merasa tidak enak.
"Tidak masalah, aku memang sengaja datang lebih awal!" jawab Dirga sambil tersenyum manis. hati pria itu kembali berbunga-bunga ketika sikap Jameela sudah kembali seperti di awal. bukan lagi cuek seperti beberapa hari yang lalu saat mereka hendak menjemput Ega di bandara.
"kamu minum kopi mas?" tanya Jameela saat melihat diatas meja di hadapan mereka ada cangkir bekas kopi yang telah kosong.
"hanya sesekali." jawab Dirga.
"Kamu tidak lupa kan kalau kamu punya maag?" tanya Jameela mengingatkan. dia tidak suka karena mantan suaminya itu seperti cari penyakit.
"Iya, iya... aku tidak akan mengulangi ini lagi!" jawab Dirga. ditatapnya satu wajah ayu dihadapannya. "Kenapa tidak kamu saja yang mengingatkan aku setiap hari. seperti dulu, ayo kita kembali hidup bersama?" lanjut Dirga dalam hati.
"Oh iya, kamu mau pesan apa?" tanya Dirga sambil membuka buku menu yang ada di tangannya, dia ingin Jameela melupakan kopi yang baru saja masuk ke perutnya.. "Bagaimana kalau aku pesankan jus melon, sedikit nasi dan capcay sayur seperti biasanya?" tanya Dirga mengabsen apa yang memang disukai oleh Jameela.
Dalam hati Jameela tersentuh. pria yang dulu pernah menjadi teman hidupnya itu masih mengingat kebiasaan dan kesukaan nya. Jameela pun mengangguk menyetujui.
Tidak menunggu lama pesanan Dirga pun datang. pria itu bahkan begitu antusias sehingga membantu waitress menurunkan pesanan yang dia minta untuk Jameela.
" Ayo Makanlah setelah itu baru kita mulai bicara ucap Dirga sambil mengambil sepasang sendok dan garpu kemudian meletakkannya di piring Jameela. Setelah membersihkan dua benda tersebut menggunakan tisu yang tersedia di atas meja.
Menerima perlakuan seperti itu membuat hati Jameela kembali bergetar, tetapi apa yang bisa dia lakukan. untuk mengurangi sesak di dada Jameela mengambil segelas jus melon yang tersedia di hadapannya meneguknya sedikit untuk membasahi tenggorokan.
tatapan mata Jameela memicing pada gelas kaca yang dipegangnya. ketika dia baru saja akan meletakkan gelas itu kembali ke meja. ada bayangan seseorang yang tertangkap di permukaan gelas kaca itu. berulang kali Jameela mencoba mengamati bayangan sosok yang berada dalam gelas. memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.
"Ega..?, apa yang dia lakukan disini?" batin Jameela. "dan sejak kapan dia ada di sini?" batin Jameela lagi.
walaupun sosok yang terlihat olehnya itu sedang mengenakan masker dan topi tetapi Jameela tidak bisa tidak mengenali sosok tersebut.
"Kalau seperti ini caranya aku tidak bisa berbicara terus terang pada Mas Dirga tentang situasi yang sebenarnya." batin Jameela lagi.
"Baiklah Mila, sekarang Katakan Yang Sejujurnya. Aku ingin mendengar langsung alasan darimu. Kenapa tiba-tiba saja kamu memutuskan hubungan kita. padahal pernikahan kita sudah ada di depan mata. dan Kenapa pula tiba-tiba kamu malah berhubungan dengan orang kepercayaan suamimu itu?" tanya Dirga ketika mereka telah selesai menikmati makan siang mereka.
Jameela mengambil nafas dalam alasan apa yang akan dia buat. "Sebenarnya keputusanku ini bukan tiba-tiba mas. tetapi aku sudah memikirkannya sejak lama!" Jameela berbicara sambil menatap lekat wajah Dirga. agar pria itu percaya bahwa dia tidak sedang berbohong.
"Sebenarnya sejak awal setiap kali kita sedang bersama. yang ada dalam ingatanku adalah hari dimana kamu menjatuhkan aku talak ketiga. hari di mana aku menangis, hari di mana aku membantah. tetapi kamu tidak pernah mempercayaiku. hatiku selalu merasa sakit setiap kali melihat mengingat momen-momen itu!" hanya itu alasan yang terpikirkan oleh Jameela.
"Aku selalu dihantui ketakutan, bahwa bisa saja hal itu akan terulang kembali. mengingat itu bukan pertama kalinya kau mengucapkan kata keramat itu. kamu selalu tidak pernah bisa berpikir panjang terlebih dahulu. itulah yang membebani pikiranku selama ini, Aku tidak mau terjatuh di lubang yang sama!" lanjut Jameela.
Dirga diam . dia terpaku. alasan yang diutarakan oleh Jameela, membuatnya kembali teringat akan kebodohannya di masa lalu dan itu benar-benar kembali menggores luka dalam hatinya. hal yang telah dia lupakan selama bertahun-tahun kini timbul kembali ke permukaan.
" sedangkan mengenai Toni," Jameela melanjutkan kembali ucapannya. "Sering kali aku memang berpikir. bahwa mungkin dialah pengganti Agung yang sesungguhnya. bukan hanya menjaga perusahaan, tetapi juga menjaga keluarga kecilku"
"Siapa pun juga mengenal Toni. dia bukan hanya setia pada Agung. Bahkan demi menjaga amanat Agung, hingga umurnya setua itu dia bahkan belum pernah berkencan sekalipun dengan seorang wanita. itu yang juga menjadi bahan pertimbanganku. aku minta maaf jika keputusanku ini membuatmu sakit hati. tetapi aku benar-benar tidak bisa melanjutkan hubungan kita."
Hanya Jameela saja yang berbicara sejak tadi. sedangkan Dirga, dia merasakan hatinya seketika luluh lantak. hingga dia tidak tahu harus menjawab apa. atau menyangkal apa. atau membuat pembelaan diri seperti apa. karena pada kenyataannya yang diucapkan Jameela semuanya adalah benar. fakta tentang dia dan fakta tentang Toni semua itu benar.
"Tetapi mengenai Bintang aku tidak keberatan tetap menganggap dan memperlakukan dia seperti anakku. jadi jangan pernah menghalangi hubungan antara aku dengan Bintang." lanjut Jameela. karena dalam otaknya telah tersimpan rencana agar Bintang bisa bersatu dengan Ega.
"Kalau begitu aku duluan, waktu istirahat sudah hampir habis." ucap Jameela Seraya berdiri. setelah itu Jameela melangkah pergi. diliriknya sosok yang berada di kursi tepat di belakangnya. pria muda itu tampak menunduk seolah sedang fokus pada ponselnya
Sedangkan Dirga, Lagi lagi hanya bisa terdiam. tidak juga bisa mencegah kepergian Jameela. yang bisa dia lakukan hanya menekan dadanya yang terasa ingin meledak
Tentang Ega.
beberapa saat yang lalu sebelum jam istirahat tiba. laki laki muda itu memang berada di rumah makan itu. dia hendak membawakan makan siang untuk Mamanya, karena dia teringat bahwa dulu waktu masih kecil, dia sering ke rumah makan itu bersama Papanya, dan membelikan makanan favorit Mamanya di tempat itu.
Ega yang baru saja hendak keluar dari rumah makan, melihat jika ada Om Dirga masuk kedalam. '"Bukankah itu Om Dirga? apa dia sedang janjian dengan Mama? tidak mungkin kan beliau jauh jauh datang ke sini hanya untuk makan siang? jarak dari rumah makan ini dengan perusahaan beliau terlalu jauh!" batin Ega
Ega mengurungkan niatnya untuk pergi. lalu dia duduk kembali dan mengenakan kembali topi dan maskernya. dan sebuah keberuntungan. Om Dirga mengambil tempat duduk tepat di belakangnya.
"Benar, sepertinya om Dirga memang sedang janjian dengan Mama. tapi kenapa Mama lama sekali? aku akan menunggu. aku harus tahu ada apa dengan hubungan mereka!" batin Ega lagi .
Lalu sekarang setelah Ega ikut mendengarkan apa yang diucapkan baru saja oleh Mamanya. "Jadi hubungan mereka benar benar sudah berakhir. jadi benar Mama menjalin hubungan dengan Om Toni?"
"Om Toni memang baik, dan dia juga memang orang kepercayaan Papa. tapi apa benar Om Toni pilihan yang tepat. hahhh... tapi aku sudah berjanji pada Papa, kalau akan merestui Mama dengan siapapun pilihannya!" Ega terus bermonolog dalam hati.
𝚝𝚢𝚙𝚘 𝚔𝚊𝚑?