MANTAN JADI BESAN

MANTAN JADI BESAN

01

Tuliling🎵🎵🎵🎵

Tuliling🎵🎵🎵🎵

Nada dering panggilan terdengar dari ponsel Dirga. Dirga hanya melihatnya sekilas; ternyata dari nomor orang tidak dikenalnya. Karena itu, dia menonaktifkan mode nada deringnya, kemudian membalik ponselnya dengan posisi tengkurap di atas meja.

Saat ini, Dirga sedang berada dalam ruang meeting bersama beberapa klien. Akan tidak enak rasanya jika dia menerima panggilan di hadapan para kliennya seakan-akan dia tidak menghormati mereka.

Derrtt derrrtt

Ponsel di atas meja kembali bergetar. Meski tanpa suara, Dirga tahu, panggilan itu kembali masuk. Ingin sekali Dirga mengabaikannya, tetapi panggilan itu tak juga berhenti berdering.

"Maaf, untuk sementara Sekretaris Kevin yang akan menggantikan saya. Saya harus menerima panggilan dulu. Barangkali ini sesuatu yang penting!" ucap Dirga merasa tidak enak. Kemudian, dia membawa ponselnya untuk keluar dari ruangan.

"Ya, Halo? Ada apa? Siapa ini?" sapa Dirga ketika panggilan tersambung.

"Maaf, Tuan. Kami dari pihak rumah sakit ingin menginformasikan bahwa keluarga Anda baru saja mengalami kecelakaan. Dan saat ini sedang ditangani di Rumah Sakit Bhakti Husada!" ucap seorang di seberang sana menyampaikan berita.

"Jangan bermain-main denganku!! Siapa kamu ini? Apa yang kamu inginkan? Jangan berani macam-macam denganku! Kalau kalian ingin melakukan penipuan, kalian salah alamat!!" bentak Dirga. Dia merasa kesal, geram, sekaligus marah. Dia sedang dalam meeting yang penting, tetapi seseorang mengganggunya hanya untuk mengisenginya.

"Kami sedang bersungguh-sungguh, Tuan. Di hadapan kami ada empat orang sedang terluka parah dan dalam keadaan tidak sadarkan diri. Dari identitas pasien, satu di antara mereka bernama Susilawati Wijaya. Dan ada nomor telepon Anda di ponselnya yang kami ambil. Untuk itu, kami menghubungi Anda!!" ucap telepon itu lagi.

"Tidak, ini tidak mungkin! Baiklah, kirimkan alamat rumah sakit kalian dan aku akan segera ke sana!" sahut Dirga dengan paniknya.

"Tadi pagi, sang istri mau minta izin untuk menengok rumah orang tuanya yang ada di kampung, bersama dengan kedua orang tuanya dan juga Putri mereka. Mumpung sekolah sang Putri sedang libur.

Lalu sekarang, tiba-tiba saja ada orang yang mengaku sebagai pihak rumah sakit, menghubunginya dan mengatakan bahwa keluarganya sedang mengalami kecelakaan. Ya Tuhan, permainan apa ini? Apakah ini benar ataukah hanya lelucon? Semoga yang kedua lah yang sebenarnya terjadi."

Setelah memutus sambungan telepon, dengan segera Dirga berlari kembali ke ruang rapat.

"Maaf, Tuan-tuan, untuk selanjutnya Kevin yang akan menggantikan saya menghandle rapat! Saya harus pergi, ada keluarga saya yang mengalami kecelakaan!" ucap Dirga kepada mereka yang hadir di sana. Lalu, dia bergegas pergi tanpa menunggu jawaban dari mereka. Bahkan, dia pergi sambil berlari.

"Kecelakaan??" tanya mereka serempak, tetapi Dirga sudah tidak menjawab bahkan sudah tidak mendengar suara mereka.

"Asisten Kevin, jika memang Tuan Dirga sedang mendapatkan musibah karena keluarganya yang mengalami kecelakaan, kami tidak keberatan jika meeting kali ini ditunda, dan kami tetap akan memastikan bahwa kami tetap akan bekerja sama dengan perusahaan Tuan Dirga!" ucap salah seorang klien dengan penuh pengertian.

"Terima kasih, Tuan-tuan, atas pengertian Anda semua!" jawab Kevin. Lalu, sesuai kesepakatan, meeting pun akan ditunda menunggu sampai Dirga benar-benar siap untuk memimpin kembali meeting di antara mereka.

Bukan karena mereka menganggap Kevin tidak mampu. Akan tetapi, lebih kepada karena mereka menghormati Dirga yang sedang tertimpa musibah.

 

"Tidak! Kumohon, ya Tuhan! Jangan terjadi apa pun pada mereka!" doa Dirga dalam hati.

Tin.. tin.. tin...

Dirga terus menerus membunyikan klakson, berharap kendaraan-kendaraan yang ada di hadapannya minggir memberinya jalan.

Dalam waktu enam puluh menit, Dirga sampai juga di rumah sakit yang alamatnya dikirimkan oleh penelepon tadi.

"Saya dihubungi karena ada keluarga saya yang kecelakaan!" seru Dirga begitu sampai di tempat resepsionis.

"Apakah Anda keluarga Nyonya Susilawati Wijaya?!" tanya perawat yang bertugas sebagai resepsionis.

"Iya, itu nama istri saya!" jawab Dirga.

"Pasien tersebut berada di Kamar Mawar Nomor 35a!" jelas resepsionis tersebut. "Dan ada seorang anak kecil bersama dengan mereka pada saat kecelakaan, tetapi beruntung dia tidak terluka. Akan tetapi, anak tersebut tampak syok dan tidak bisa diajak berbicara. Sekarang berada di ruang dokter anak!" resepsionis kembali menjelaskan.

"Itu putri saya! Bagaimana keadaannya dan di mana tempat dokter anak?!" cecar Dirga.

"Suster Leni!!" teriak resepsionis kepada seorang perawat yang lewat di dekat mereka. "Antar Tuan ini ke ruang dokter anak!" perintah resepsionis kepada perawat bernama Leni.

"Silahkan ikut dengan saya, Tuan!" ucap Leni kemudian berjalan mendahului Dirga.

"Sayang!!" seru Dirga pada seorang anak perempuan yang kira-kira berusia tujuh tahun, yang tengah digenggam tangannya oleh seorang dokter wanita. Akan tetapi, anak itu tidak menoleh, tidak merespon. Gadis kecil tersebut hanya diam dengan pandangan kosong.

"Tuan…!!" seru seorang suster yang tiba-tiba masuk dengan nafas tersengal sebelum Dirga sempat berbicara dengan anaknya.

"Bukankah Anda yang tadi mencari keluarga korban bernama Susilawati? Mari ikut saya. Dokter memanggil Anda karena pasien dalam kondisi yang semakin kritis!" seru perawat dan langsung pergi dengan berlari.

"Sayang, tunggu di sini ya. Ayah akan segera kembali!" ucap Dirga setelah mengecup pucuk kepala putrinya.

"Dokter, bagaimana keadaan keluarga saya?" tanya Dirga begitu dia sampai di ruang tindakan, di mana Susi dan kedua orang tuanya berada.

"Maafkan kami, Tuan! Kami telah berusaha, akan tetapi Tuhan berkehendak lain!" ucap dokter tersebut sambil menundukkan kepalanya.

"Apa maksud Anda, Dokter? Jangan bermain-main!!" bentak Dirga yang tidak bisa menerima apa yang diucapkan oleh dokter barusan.

"Pada saat dibawa ke sini, pasien sudah dalam kondisi kritis. Kami telah berusaha menyelamatkannya, tetapi sayang kami gagal. Keempat pasien telah menghembuskan nafas terakhirnya!" dokter menjelaskan kemudian minggir dari posisinya yang berada di depan pintu agar Dirga bisa masuk ke dalam ruang.

"Tidak, ya Tuhan, tidak. Ini tidak mungkin terjadi!!" Dirga berlari dengan menahan rasa sesak di dadanya.

Dada Dirga terasa bagai dihimpit batu besar, begitu masuk ke dalam ruangan, empat ranjang pasien sudah tertutup kafan putih. Sudah bisa dipastikan mereka adalah Susi, kedua orang tuanya, dan seorang sopir yang mengemudikan mobil mereka. Dengan perlahan, Dirga berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangannya membuka salah satu jenazah yang tertutup kafan.

"Ini tidak mungkin! Sayang, kenapa kau lakukan ini padaku? Apa salahku sampai kamu menghukumku dengan cara seperti ini? Hukum aku dengan cara yang lain, Sayang. Jangan seperti ini. Ayo, pukul aku! Tetapi jangan pernah pergi dariku! Bukankah kau sudah berjanji bahwa kita akan menua bersama? Aku mohon, kembalilah, Sayang! Kembalilah! Jangan pergi tinggalkan aku!" Dirga menangis meraung-raung memeluk jasad di hadapannya, yang tak lain adalah Susi, istrinya.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku? Lalu, setelah ini bagaimana denganku? Bagaimana dengan anak kita? Bagaimana kami akan melanjutkan hidup tanpamu? Kenapa kau pergi bahkan tanpa berpamitan dulu padaku? Apa kau ingin menjadi seorang istri yang durhaka? Ayo, cepat kembali! Jangan pergi tanpa izin suami!!" Dirga terus meraung-raung.

"Susilawati Wijaya, dengarkan perintahku!! Cepat kembali! Cepat bangun!! Jangan coba-coba menjadi istri yang pembangkang! Atau aku akan menghukummu!" Dirga terus mengguncang-guncang tubuh Susi sambil terus meraung-raung. Berharap jasad tak bernyawa itu segera kembali bangun.

Para tim dokter dan para perawat yang berada di sana ikut meneteskan air mata, menyaksikan apa yang mereka lihat di hadapan mereka.

*

*

Sebelum membaca kisah ini, akan lebih lengkap jika terlebih dahulu membaca karya sebelumnya, SELEPAS TALAK TIGA. Karena kisah ini merupakan sekuel dari karya tersebut. Selamat membaca.

Terpopuler

Comments

🎧✏📖

🎧✏📖

salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😇🙏

2024-11-03

0

FT. Zira

FT. Zira

lha lha lha... ngomongnya jadi ngelntur gitu

2024-10-15

0

FT. Zira

FT. Zira

nyesek aku bacanya/Cry/

2024-10-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!