Tangisan Emak

Adi dan daus segera melajukan motornya menuju rumah karena mereka sudah pasti di tunggu oleh adik perempuannya dan benar saja tebakan mereka dari kejauhan sudah terlihat adiknya mondar mandir di teras depan

"ihhhh kenapa abang lama sekali" tanya lia dengan cemberut

"yang sabar gadis cantik baru juga berapa menit yang pergi sudah tidak sabaran aja" sahut daus yang akan adiknya itu

"tapi lia nunggunya sampai pipinya peot" celoteh lia sekenanya

"lah itu pipi sudah kayak bakpao masa di bilang" goda adi sambil mencubit pipinya dengan gemas dan adi langsung kabur ke dalam rumah sebelum adiknya itu mengamuk

"huaaaaaa abah pipiku di cubit bang adi nanti kalau pipiku besar sebelah bagaimana" ucap lia dengan merajuk

"nanti yang sebelah di kasih bakpao saja biar sama" yuda ikut ikutan menggoda adiknya itu

"abah emak kenapa lia punya abang abang yang sangat usil sih" sungut lia dengan bibir yang monyong seperti bebek

"eleh eleh itu bibir apa pantat ayam dek" ledek daus

"ihhh abang mah godain lia terus cuma bang yanto yang sayang sama lia" ucap lia yang merajuk sambil memeluk yanto

"sudah sudah kalian ini selalu saja mengganggu adikmu, lia segera ke belakang cuci ayam nya biar segera mak masak hari semakin sore dan kalian anak anak nakal segera mandi, titah kanjeng ratu tidak boleh di bantah" emak ranti mengeluarkan tanduknya melihat keusilan anak anaknya itu

"baik kanjeng ratu" sahut anak emak ranti serempak

Semua langsung tertawa terbahak bahak melihat emak nya yang sudah mengeluarkan tanduk bukannya takut eh malah pada ketawa karena mereka semua tahu emak ranti ga pernah bisa beneran marah kepada anak anaknya meskipun anak itu salah

Hati emak ranti memang selembut sutra dan kesabarannya itu seluas samudra tidak peduli apapun yang di lakukan oleh anak anaknya beliau akan selalu menyayanginya begitupun dengan masalah uang emak ranti tidak pernah menuntut uang banyak dia selalu menerima dengan lapang dada berapapun uang yang di belikan oleh suaminya

Anak laki laki mak ranti segera membersihkan diri secara bergiliran di kamar mandi sederhana milik mereka, sedangkan lia dan emak masih sibuk mengungkep ayam tersebut sebelum mereka goreng nantinya

Selesai mandi anak laki emak ranti dan abah sodiq menikmati waktu di sore dengan secangkir kopi dan singkong goreng buatan emaknya, dan pada saat itu yanto bertanya suatu kepada abahnya

"bah yanto mau tanya kalau tanah yang kita tinggali ini sudah bersertifikat belum karena setau yanto tanah ini kan pemberian kakek karena emak dan abah mau mengurus kakek dan nenek sampai mereka tiada" ucap yanto

"belum nak abah belum punya uang buat bikin sertifikatnya sebenarnya abah pun kepikiran akan hal itu mengingat saudara saudara abah yang mempunyai sifat yang tamak mereka mau merebut tanah ini" jujur abah sodiq

"tapi kan mereka sudah dapat jatah dari kakek juga bah"daus menimpali

" iya nak mereka semua sudah mendapatkan jatahnya masing masing tapi kalian kan tau sendiri bagaimana sifat mereka"keluh abah nya itu

"iya juga sih bah, biar lusa yanto dari kebun mau menemui kepala desa saja bah untuk buat sertifikatnya biar kita bisa tenang" sahut yanto

"terima kasih nak apa kamu punya uang kalau bukan dari pemerintah biasanya mahal biayanya" terang abah sodiq

"tidak apa apa bah yang penting kita bisa tenang, insyaallah yanto ada uangnya bah" yanto menyahuti abahnya itu

"abah cuma bisa berdoa supaya rencanamu di lancarkan nak" doa abah sodiq kepada putranya itu

"aminn bah insyaallah berkat doa abah semuanya bisa lancar"

"kenapa saudara saudara abah begitu rakus akan harta bah secara mereka sendiri sudah mendapatkan jatahnya tapi jatah orang lain masih saja di embat, emang punya abah apa saja yang di ambil sama mereka" tanya daus yang penasaran akan keadaan keluarga abahnya itu

"seperti yang kalian tahu abah adalah 3 bersaudara dan abah adalah anak terakhir, sebenarnya memang kakek sudah membagi rata hak warisan masing masing tapi karena pengaruh dari pasangan mereka melakukan hal hal yang tidak terpuji, kakekmu membagi masing masing anak kebun karet seluas 3 hektar, sawah masing masing 3 bagian juga karena biasanya orang kampung jika sudah ada titah perkataan saja mereka sudah menurut dengan bagiannya masing masing, tetapi tidak dengan saudara abah mereka diam diam membuat sertifikat jatah kebun karet abah atas nama bang hamid kakak pertama abah sedangkan sawah atas nama mbak rahmi kakak kedua abah, waktu itu abah memang masih sekolah jadi belum bisa mengurusnya sehingga kakak kakak abah dengan mudahnya menipu abah"abah memberi penjelasan kepada anak anak nya tentang masal lalunya

"ya Allah jahat sekali mereka bah jika harusnya abah punya kebun karet dan sawah seluas itu maka mungkin abah tidak akan miskin kan" ucap daus dengan jujur

"abah sudah ikhlas nak dengan semua itu tapi abah ga ikhlas kalau sampai tanah yang kita tinggali di rebut juga karena tanah ini lumayan luas cukup kalau buat 2 atau 3 rumah" jelas abah lagi

"iya bah mangkanya yanto ingin segera membuat sertifikatnya saja dulu perkara bangun rumah itu nanti kapan kapan" jujur yanto

"baiklah segera kamu laksanakan niatmu itu nak supaya tidak jadi bomerang di kemudian hari, bukan tidak mungkin mereka akan merebut tanah ini juga kalau mereka kepepet butuh uang" perintah abah sodiq

"baik bah"