"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.
Kakak kandungku mengusir aku yang datang menemui bapak dan ibu kandungku, tapi bapak dan ibuku hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Inilah kisahku. Kisah seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga. Memaksa diriku yang masih kecil berpikir dewasa sebelum waktunya.
Aku berusaha menjalani hidup sebaik yang aku bisa dan melakukan apapun semampuku. Selalu berusaha berpikir positif dalam setiap masalah yang menderaku. Berjuang keras menahan semua penderitaan dalam hidupku. Berusaha tetap tegar meskipun semua yang aku hadapi tidak lah mudah.
Bagaimana caraku, menghadapi kemelut dalam keluargaku yang berpengaruh besar dalam hidupku?
Yuk, ikuti ceritaku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Untuk Sementara
Kami semua serius belajar. Setelah menyelesaikan lima puluh soal dan membahas jawaban yang benar untuk soal-soal tersebut, kami pun istirahat sebentar.
"Nih, makan dan minum dulu. Setelah ini kita kerjakan lima puluh soal lagi, baru pulang. Kalau bisa, lima puluh soal itu harus sudah selesai di bahas jam lima nanti. Karena kita akan pulang pukul lima. Kalau tidak, aku akan kena marah sama bapak," ujar Zayn seraya mengeluarkan minuman dan juga cemilan dari kantong plastik yang dibawanya, lalu membagikannya pada kami semua.
"Ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba kamu meminta kami buat belajar bersama?" tanya Cempaka seraya membuka roti yang diberikan oleh Zayn.
"Biar kita semua bisa naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Ini adalah cara kita berbakti pada orang tua kita, yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai yang baik," sahut Zayn seraya membukakan minuman dalam kemasan botol.
"Zayn benar. Cara ini adalah cara yang bisa kita tunjukkan sebagai rasa bakti kita pada orang tua kita yang sudah bekerja keras untuk membiayai hidup kita," sahut Cempaka setuju dengan pemikiran Zayn.
"Benar. Tidak peduli hasilnya bagaimana, yang penting kita harus tetap berusaha semaksimal mungkin," timpal Khaira.
"Aku juga sudah belajar semaksimal mungkin. Kalau Indah, jangan di tanya. Aku sampai capek melihatnya membaca buku," celetuk Yoga yang membuat aku menyengir bodoh.
"Otak ku hanya berkapasitas standar, beda sama Zayn yang sekali baca langsung hafal. Jadi aku harus sering-sering belajar agar tidak tinggal kelas," sahut ku jujur.
"Dan satu lagi, jangan membuat masalah yang akan menyusahkan, apalagi mempermalukan orang tua kita," ujar Zayn yang aku yakin dia tujukan pada Ari, karena aku merasa baik aku, Khaira, Cempaka ataupun Yoga nggak pernah bikin masalah. Apalagi saat melihat ekspresi Ari yang berbeda setelah Zayn berbicara tadi.
"Kok, aku curiga, ya? Ini kayaknya ada modus yang tersembunyi. Masa iya, kita mau belajar bersama aja suruh share lock sama bapaknya Khaira?" celetuk Yoga memicingkan sebelah matanya menatap Zayn.
Aku sendiri juga merasa curiga, karena sebelum kami meninggalkan sekolah tadi, Zayn memang meminta Cempaka , Yoga, dan Ari untuk share lock pada bapaknya Khaira. Aku? Aku nggak punya ponsel he..he.he..
Zaman sudah canggih, tapi aku nggak punya ponsel. Untungnya Cempaka dan Khaira sering meminjamkan ponsel mereka padaku, jadi aku nggak bunet, alias buta internet. He..he..he..
"Walaupun ada modus tersembunyi, kalian juga tetap untung, kok, karena bisa belajar dengan soal-soal yang aku miliki, bahkan sudah ada kunci jawabannya," sahut Zayn seraya memberikan botol minuman yang sudah di bukanya pada Khaira.
"Cih! Ternyata dugaanku benar," cetus Yoga tertawa tanpa suara. Secara tersirat, jawaban Zayn tadi mengiyakan tuduhan Yoga tentang maksud lain Zayn mengajak kami belajar bersama.
"Sudah, nggak usah cerewet! Makan aja itu cemilan kamu. Mau modus apa enggak, kita juga nggak rugi, kok, tapi malah untung," celetuk Cempaka dengan mulut yang penuh dengan roti.
"Yang penting, 'kan, nggak jadi obat nyamuk gratis. Kita dapat ilmu dan makanan pula," celetuk ku terkekeh kecil.
"Tunggu! Tunggu! Ini maksudnya apa, ya?" tanya Ari yang nampak penasaran, tidak mengerti, sekaligus curiga dengan arah pembicaraan kami
"Kita ini belajar sambil nemenin orang pacaran," cetus Yoga seraya membuka bungkus roti miliknya.
"Maksudnya? Jangan bilang, kalau Zayn pacaran sama Khaira!" tebak Ari menatap kami semua bergantian.
"Kamu pikir, buat apa kita harus share lock sama bapaknya Khaira? Ini tujuannya adalah agar bapaknya Khaira percaya, kalau Zayn beneran ngajak kita belajar bersama, bukan berduaan dengan Khaira," sahut Cempaka.
"Aku yakin, Zayn juga setor foto pada bapaknya Khaira sebagai bukti," imbuh Yoga terkekeh kecil.
"Sudah, jangan perhitungan. Sebagai teman, bantuan kecil kita ini nggak ada artinya dibandingkan dengan apa yang diberikan Zayn buat kita. Lagian, kita tidak melakukan hal negatif, kok, malah positif," ucap ku ikut menimpali.
Dari tadi sepertinya Zayn tidak berusaha menutupi hubungannya dengan Khaira di depan Ari. Karena itu, aku, Cempaka dan Yoga juga tidak menutupinya dari Ari. Lagi pula, Zayn sengaja mengajak Ari dalam geng kami, berarti Zayn sudah percaya pada Ari. Itulah yang ada di dalam benakku yang mungkin juga ada di benak Cempaka dan Yoga.
"Maksudnya? Zayn beneran pacaran sama Khaira?" tanya Ari memastikan, setelah mendengar celotehan kami semua.
"Iya,"
"Yap"
"Yas"
Sahut ku, Cempaka dan Yoga kompak bersamaan.
"Hah?! Beneran?" tanya Ari menatap kami semua dengan tatapan tak percaya.
"Kamu nggak lihat apa, dari tadi mereka nempel terus kayak kertas sama materai?" cetus Yoga.
"Kok, bisa?" tanya Ari masih dengan ekspresi tidak percaya menatap Zayn dan Khaira bergantian.
"Itu, buktinya bisa," sahut Cempaka enteng.
Sedangkan Zayn nampak tidak peduli dengan celotehan kami. Pemuda itu makan roti dengan mata yang menatap Khaira yang juga sedang memakan roti dengan tenang dan membiarkan kami berceloteh.
"Kenapa?" tanya Khaira yang merasa dari tadi diperhatikan oleh Zayn.
Zayn menunduk seraya mengambil tisu, lalu berbisik di telinga Khaira seraya membersihkan bibir Khaira dengan tisu.
"Zayn! Iihhh..." pekik Khaira seraya mendorong dada Zayn dengan pipi yang memerah, namun Zayn malah tersenyum.
Entah apa yang dikatakan Zayn pada Khaira, hingga pipi Khaira memerah seperti itu. Benar-benar mesra sepasang kekasih ini. Untungnya bukan cuma aku yang jomblo di geng ini. Jadi ada teman senasib..he..he..he..
"Aiihh.. ternyata beneran pacaran?" gumam Ari yang nampak masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Tuh, 'kan, udah lihat sendiri, 'kan? Dunia serasa milik mereka berdua, kita-kita, mah, seperti gambar yang di blur. Dan gambar yang jelas hanya gambar mereka berdua saja," cetus Yoga dengan mulut yang penuh dengan roti.
"Kenapa? Situ ngiri? Sekali-kali nganan, bro, biar nggak masuk got," cetus Cempaka.
"Ngiri, sih, enggak. Cuma nyeri," sahut Yoga sambil mengunyah rotinya.
"Kemarin bangga karena jadi jomblo. Kok, sekarang lihat orang bermesraan jadi ngiri?" cetus ku terkikik kecil mendengar interaksi antara Cempaka dan Yoga.
"Aku juga manusia biasa, In," sahut Yoga.
"Ternyata seru, ya, temenan sama kalian?" ucap Ari tersenyum tipis.
Apa yang dikatakan oleh Ari memang benar. Aku juga merasakan keseruan setiap kali berkumpul dengan teman-temanku ini. Saat bersama mereka, aku lupa dengan segala problematika hidupku yang rumit bin kusut bin amburadul nggak tentu alur.
Aku bisa bahagia dan lepas dari rasa tertekan untuk sementara waktu saat aku berkumpul bersama teman-temanku.
Tertekan? Aku merasa tertekan hidup diantara para orang tua yang masih berpikiran kolot, merasa paling benar dan egois. Apa mereka tidak sadar atau tidak peduli dengan perasaanku? Entahlah. Aku pun tak tahu.
Yang pasti, aku merasa jadi diriku yang sebenarnya saat berkumpul dengan teman-temanku. Bisa mengekspresikan diriku tanpa takut di-judge oleh mereka, karena mereka selalu menghargai pendapat dan privasi orang lain. Karena itulah aku merasa nyaman dan bahagia bersama mereka.
"Makanya, ada pepatah yang mengatakan, don't judge a book by the cover, yang artinya jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Yoga walaupun kang kepo, tapi dia teman yang peduli dan setia. Cempaka walaupun agak ketus dan kepo, tapi juga teman yang peduli dan setia. Indah yang pendiam, jika sudah akrab dengan kita sebenarnya juga asyik di ajak bicara," ujar Zayn yang memang benar adanya.
"Terus, kalau Khaira apa?" celetuk Yoga iseng.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
trus kabarbindah yg dijodohkan dan udah nikah bagaimana ??
apa akan di lanjutkan di cerita indah yg sudah dewasa nanti ??
terimakasih author.ditunggu karya berikutnya