Namaku Melody Bimantara, umurku baru dua puluh dua tahun, tapi sudah menjadi Manager sebuah hotel bintang lima milik keluarga.
Yang membuat aku sedih dan hampa adalah tuntutan orang tua yang memaksa aku mencari lelaki yang bisa dinikahi.
Kemana aku harus mencari laki-laki yang baik, setia dan mencintaiku? sedangkan para lelaki akan mundur jika aku bilang mereka harus "nyentana"..
Tolonglah aku apa yang harus aku perbuat??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MABUK
Mata ku terbelalak melihat Anurakha ada di atas tvbuh ku. Dengan cepat tangan ini mendorong dad4nya supaya menjauh. Aku sangat kaget, tak habis pikir dengan perilaku Arunakha.
Dalam perjanjian pranikah yang kami buat dadakan pasca pernikahan, tidak ada hubungan intim suami istri sampai tiga bulan ke depan.
Setelah berjalan tiga bulan, Arunakha akan memenuhi janjinya untuk nyentana di rumah ku. Pernikahan kembali akan diadakan di tempat ku yang melibatkan kedua belah pihak keluarga, perangkat desa dan sah di mata hukum.
Jika sekarang Arunakha ingin berbuat senon0h denganku, tentu melanggar perjanjian yang kami telah sepakati. Aku lupa membubuhkan denda apabila ada yang melanggar.
"Apa yang kau lakukan Aru, kau ingin memperdayai ku?!" bentak ku marah saat Arunakha kembali menubruk ku.
"Belinda...kau tega tinggalkan aku dengan selingk*han mu."
Aku baru sadar kalau Arunakha m4buk. Bau alk0hol menguar dari mvlutnya. Aku berguling ke pinggir ranjang, meloncat dan berdiri.
"Woi..sadar, aku bukan Belinda yang kau panggil-panggil. Aku Melody, you know." ucapku geram serta menepis tangannya yang ingin memegangku.
"Belinda, jangan tinggalkan aku...." ceracaunya sempoyongan.
"D4sar m4buk!" sentak ku kesal seraya menjit4k kepalanya. Mumpung dia m4buk. Pikir ku iseng.
Tangan ku gatal pingin mem*kul juga, aku paling benci dengan laki-laki yang tidak bisa mengkondisikan perasaannya.
"Kenapa kamu jit4k kepalaku?"
Tiba-tiba dia melotot. Aku kaget, katanya m4buk ko tau di jit4k?
"Siapa yang jit4k? mungkin Belinda." ucap ku pura-pura kaget.
"Tidak mungkin, aku mencintainya."
"Cinta..cinta...aku juga cinta sama Agung dan dendam atas perlakuannya, tapi aku tidak leb4y dan mur4han seperti kau." pungkas ku sewot.
Dia bersandar di tembok menatapku tajam. Hatiku berdesir, jangan-jangan dia mau belah duren. Bathin ku.
Aku buru-buru keluar kamar menguncinya dari luar. Dia mengetuk-ngetuk pintu sambil memanggil nama Belinda. Untung tadi aku cepat bangun, kalau aku lemah, apa jadinya. Bisa-bisa mahkotaku lenyap
Lagian, enak-enak tidur diganggu, bikin geram. Dia belum tau sifat asli ku. Sudah jelas-jelas di selingkuhi dan keluarga di permalukan masih juga ngarep. Aku ingin tahu seberapa cantik dan kayanya Belinda itu? Kepo juga.
Ada saja yang bikin naik darah. Aku menuju ruang tamu. Rupanya masih ada family ibu yang menginap disini. Mereka tidur di karpet berjejer seperti pindang. Padahal tempatnya luas. Aku jadi risih dan tidak enak kalau aku malah tidur di sofa.
Tapi gimana lagi, tempat kosong hanya ada di sofa. Aku lalu merebahkan tubuh di sofa. Hawa dingin menusuk kulit, maklum di luar hujan dan jendela terbuka. Padahal ada AC tapi kenapa mati. Mungkin mereka tidak kuat pakai AC, atau ngirit??
Hari ini sangat melelahkan, suara berat Arunakha terus terdengar. Aku terpaksa mengambil tissue di atas meja untuk menutup telinga. Aman.
Baru saja badan menyentuh sofa aku sudah terlelap dibawa mimpi.
"Melody.... Melody...."
Guncangan di tubuh ku membuat mataku terbuka. Aku terpaksa bangun dan duduk di sofa saat melihat Ibu Ajeng. Mata sulit sekali terbuka saking ngantuknya.
"Ada apa bu?" tanya ku nasih dalam mode ngantuk.
"Kenapa kamu tega mengunci pintu kamar Arunakha? belum sehari disini sudah membuat masalah."
Suara ibu yang cempreng membuat aku melek. Rupanya mereka terganggu gara-gara Arunakha menggedor pintu sambil berteriak-teriak.
"Dia mabuk, aku mau dipeluk!"
"Uhh..tidak mungkin. Dia tidak selera dengan orang seperti kamu."
"Ada apa bu?" tanyaku pura-pura bod0h.
"Mana kuncinya, kenapa Arunakha kamu kunciin. Dimana ot4kmu. Beginilah kalau memungut pemulung. Kacau!"
Ibu terlihat sangat marah, aku duduk sambil menguap. Berusaha tenang atas semua cacian mereka, hal ini sudah aku pelajari sebelumnya di rumah Agung. Jadi aku tidak begitu kaget.
"Melody, kau t*li ya, mana kuncinya?"
"Aku tidak tahu bu, mungkin terjatuh akibat Arunakha menggedor pintu terlalu keras dan terus menerus." sahut ku enteng.
"Tidak ada sopan santunnya." ucapan itu terlontar dari mvlut family ibu yang ikut terganggu. Mereka semua bangun karena berisik.
Orang-orang seperti ini hanya akan diam jika di tempeli duit di jidatnya. Tidak ada obatnya lagi. Bagi mereka setiap orang yang dandanannya sederhana sudah dianggap tidak level, miskin.
Ibu sudah menemukan kuncinya yang terjatuh akibat Lockcase yang sedikit rusak. Aku berdiri disampingnya dan ikut masuk.
Pintu kamar terbuka, ibu masuk seraya menuntun Arunakha ke ranjang. Mereka menghibur Arunakha dengan berbagai janji palsu dan berharap Belinda datang untuk minta maaf serta menyambung pertunangannya kembali.
Untung aku hanya istri abal-abal, jadi aku tidak merasa tersindir dan tersinggung. Aku biarkan ibu dengan yang lain saling bersahutan supaya mereka puas.
Aku menoleh jam di atas nakas, sudah subuh. Bisa aku bayangkan berapa jam Arunakha bersedih dan mengganggu tidur orang. Hanya aku yang tidak terganggu karena telingaku sudah tertutup tissue.
Laki-laki begini tidak membuat hatiku tergerak untuk menghiburnya, aku malah tidak simpati. Apalagi ibu dan adiknya, menyebalkan.
"Melody, harusnya kamu peduli kalau suamimu sakit. Pijat keningnya supaya pusingnya reda. Saat ini emosinya pasti tidak stabil karena menikah dengan orang seperti kamu. Perlu orang yang bisa menenangkan jiwanya." tegur ibu Ajeng.
Payah dech, emangnya mereka saja yang stress, aku juga.
"Ya bu, asal dia tidak ngamuk kalau di pegang. Saya takut sama pemabuk."
"Elehhh..banyak alasan. Sebelum Belinda datang kamu harus mengurusnya."
"Ibu mau mencari Belinda, untuk apa? Saya ini istrinya." kata ku ingin tahu. Rugi aku mengabdi disini jika Arunakha urung nyentana.
"Tugasmu sudah selesai, hanya menjadi pendamping sementara untuk menutupi malu. Dan menghindari Anak ku menikah dengan Keris." ucapnya enteng.
Aku mengerti akad nikah dengan keris, biasanya jika tidak ada salah satu mempelai, pendeta akan memakai Keris untuk mengganti mempelai yang hilang. Dan ini sering terjadi.
"Ta..tapi..."
"Apa kamu tidak sadar kami ini orang kaya dan terpandang, tidak mungkin berselera untuk menjadikan kamu menantu di rumah ini." potongnya cepat.
Aku bengong mendengar penuturan ibu Ajeng. Seandainya aku tidak butuh pria yang bisa dinikahi, pasti aku sudah pergi. Manusia yang sifatnya seperti bu Ajeng tidak layak dijadikan mertua.
"Baik bu, aku akan memperhatikannya dan berusaha membantu." sahut ku sambil menguap. Aku tidak fokus dengan ocehan mertua ku yang sombong.
Gegas aku menutup pintu saat bu Ajeng dan familynya keluar. Mataku masih ngantuk. Arunakha sudah tidur membuat aku sedikit lega.
"Supaya keluarga kami tidak malu dan kerugian tidak terlalu banyak, maka kamu menjadi pengantin pengganti."
Masih terngiang ucapan mertuaku yang membuat aku terlihat bod0h. Harusnya aku menuntut bayaran supaya aku bisa membeli hape, pakaian dan skincare. Karena semua barangku tertinggal di tempat Agung.
Aku memastikan Arunakha sudah tidur. Kemudian aku membuka laci dengan hati-hati dan mengambil amplop yang berisi surat perjanjian pra nikah.
Tak urung tangan gemetar dan jantung berdegup kencang, seolah-olah aku ini mau m4ling.
Buru-buru aku mengambil pulpen dan menambahkan tulisan yang menuntut biaya lima puluh juta. Beres.
Dengan tenang aku menuju sofa dan merebahkan diri. Mataku masih mengantuk ketika suara ketukan terdengar di pintu.
*****
.
sukses selalu ceritamu
tunggu karma mu kalian berdua !!😤