NovelToon NovelToon
THEY ARE GEMSTONES

THEY ARE GEMSTONES

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita
Popularitas:671
Nilai: 5
Nama Author: Putri Yais

Keluarga Haven bukanlah keluarga sembarangan. Haven merupakan suami dari perempuan bernama Amber. Mereka memiliki kemampuan supranatural yang sangat tinggi. Mereka memiliki tiga orang putra, dan dua orang putri. Mereka adalah pemilik mata dewa. Ambisi mereka sangat besar untuk menguasai dunia. Sebelum mata dewa itu terbuka, sampai kapanpun mereka tidak akan mencapai tujuan besarnya itu.

Mata dewa hanya bisa dibuka dengan lima batu permata yang memiliki kekuatan sangat dahsyat.

Tidak ada yang tahu jika kelima batu permata itu ternyata berubah menjadi lima gadis cantik dimana mereka akan menjalani aktivitas layaknya manusia biasa, hanya saja ketika dalam keadaan darurat maka kekuatan besar yang tersimpan dalam diri mereka akan muncul.

Kelima gadis cantik itu tinggal di sebuah tempat bernama "Home Blue" dimana pemilik tempat itu adalah seorang perempuan bernama Lin.

Yuk! ikuti perjalanan serunya dalam karya baruku ini. Jangan lupa mampir, like, dan komen. Terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Yais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

UJI COBA RAMUAN

Pagi itu, kelas baru saja di mulai lima menit yang lalu. Tidak lama Shapire datang dan meminta izin untuk bisa masuk mengikuti pelajaran. Pengajar pagi itu adalah Darren.

"Bukankah temanmu bilang kau sakit?"

"Benar, Mr. Tapi aku sudah jauh lebih baik. Tolong izinkan aku untuk ikut kelas. Aku tidak ingin sampai ketinggalan pelajaran hari ini," ucap Shapire.

"Baiklah. Kau bisa masuk."

"Terima kasih."

Pelajaran pertama di mulai. Daren tidak mengajar sendiri, melainkan ada seseorang yang membantunya. Di depan sudah ada berbagai macam tumbuhan obat-obatan. Semua murid akan melewati dua tahapan. Pertama, mereka akan di tes pengetahuan apa saja nama dari tumbuhan yang disebutkan. Kedua, semua murid akan meracik ramuan obatnya sendiri. Darren akan melihat obat mana yang benar-benar mampu menyembuhkan dan tidak. Sebagai juri dari percobaan mereka adalah Arvind dan Jeff. Siapapun namanya yang disebut, maka mereka harus maju ke depan.

"Shapire terlihat sangat tenang," ucap Berlian.

"Bagaimana tidak, dia sudah ahli dalam hal ini," jawab Emerald. "Akan sangat mudah menyebutkan semua tanaman itu."

Satu jam setengah sudah, kini tersisa tiga puluh menit lagi. Semua murid diminta untuk meracik obatnya sendiri. Daren mempersilahkan mereka untuk mengambil tanaman apa saja yang diperlukan. Daren berjalan berkeliling melihat proses pembuatan ramuan obat semua muridnya.

"Ramuan obat yang kau buat Kyanite?" tanya Darren.

"Aku membuat ramuan untuk mempercantik wajah sekaligus menghilangkan bintik hitam di kulit Mr," jawab Kyanite.

"Kedengarannya menarik. Semoga berhasil!" ucap Daren.

Ting!!!

Dua jam sudah berlalu. Kini ramuan obat itu akan di uji oleh Arvind dan Jeff.

"Terima kasih kak, kau sudah bersedia menjadi penguji pembelajaran ku hari ini," ucap Daren.

"Tidak masalah. Aku penasaran ramuan obat apa saja yang mereka buat," jawab Jeff.

Satu persatu Jeff dan Arvind menguji ramuan obat mereka. Jeff berhenti di ramuan obat milik Kyanite.

"Ramuan obat siapa ini?"

"Itu punyaku Mr," jawab Kyanite senang karena dia yang di uji pertama kali.

"Ramuan apa yang kau buat?" tanya Arvind.

"Itu ramuan untuk kecantikan dan menghilangkan titik hitam di kulit," jawab Kyanite.

"Kalau begitu bukan aku yang akan mencobanya. Tapi, orang lain."

Jeff memanggil salah satu petugas perempuan. Dia menyuruhnya untuk membalurkan ramuan itu di wajah dan tangannya.

"Kapan obatnya akan bekerja?" tanya Jeff.

"Setelah tiga puluh menit," jawab Kyanite.

"Baiklah, kita akan tunggu sampai tiga puluh menit."

Dari ramuan yang di uji, sebagian murid masih ada yang gagal dalam membuat racikan obatnya sendiri. Hanya beberapa murid saja yang berhasil, tapi itu juga masih harus banyak belajar. Ramuan obat yang dibuat Berlian berhasil menghilangkan batuk. Di satu sisi, ramuan milik Emerald juga di puji karena berhasil membuat sel yang mati dalam tubuh kembali hidup. Ini saatnya ramuan terakhir milik Shapire yang akan di uji coba.

"Ramuan apa ini?" tanya Jeff.

"Hanya ramuan biasa, Mr. Setelah meminumnya kau akan tahu." jawab Shapire.

"Apa ramuan ini berbahaya?" tanya Darren.

"Tentu saja tidak."

"Baiklah, kalau begitu aku saja yang meminum ramuan ini." Daren meminum ramuan milik Shapire begitu saja.

"Terasa sangat segar. Kenapa ramuan ini terasa manis? Tidak ada pahit-pahitnya," ujar Daren.

"Ramuannya akan bekerja sepuluh menit lagi," batin Shapire. "Kita lihat apa yang akan terjadi."

Saat akan pergi meninggalkan kelas, seorang perempuan datang. Dia yang tadi menguji ramuan obat milik Kyanite. Dia memberitahu Jeff jika setelah menggunakan ramuan itu dia merasa sangat gatal-gatal. Wajahnya merah dan muncul bintik-bintik di tangannya.

"Tolong aku Mr. Jeff," keluh perempuan itu terus menggaruk wajah dan tangannya.

"Kenapa bisa seperti ini? Kau bilang ramuan untuk kecantikan, tapi kenapa seperti ini hasilnya?"

"Maaf, aku tidak tahu Mr. Jeff. Lagi pula aku ini kan sedang belajar, jika terjadi kesalahan wajar saja."

"Sudah salah, kau masih berani menjawab."

"Tolong maafkan aku..."

"Bagaimana untuk mengembalikan keadaannya seperti semula?" tanya Jeff.

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan segera membuat ramuan untuk menghilangkan bintik merah itu," timbal Shapire.

"Baguslah. Lakukan dengan cepat!"

***

Sesampainya di ruangan, tiba-tiba saja Daren pingsan tak sadarkan diri. Dia mencoba memeriksanya, tapi tidak ada masalah dengan keadaan tubuhnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada adikku?"

"Apa jangan-jangan ini efek karena ramuan obat milik Shapire?" ucap Arvind.

Jeff meminta petugas untuk memanggil Shapire ke ruangannya. Tidak lama Shapire datang menghadap.

"Adikku pingsan setelah meminum ramuan milikmu. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Jeff.

"Kau tenang saja, Mr. Tidak akan terjadi apa-apa padanya. Hanya saja dia akan kembali bangun besok pagi."

"Apa kau sudah gila? Ramuan apa yang sebenarnya kau buat? Apa kau mencoba untuk mencelakakan seseorang?"

"Sudah aku bilang, dia tidak akan kenapa-napa. Kau tinggal menunggunya saja bangun besok pagi."

Shapire langsung melangkah pergi. Dia kembali menemui teman-temannya di kantin.

Siang itu, semua murid pergi ke perpustakaan. Mereka ditugaskan untuk mencatat materi tentang sejarah alam semesta. Saat melihat ke luar jendela, cuaca mendung seketika. Angin berhembus dengan sangat kencang. Terdengar suara petir silih bersahutan. Penjaga perpustakaan baru saja mendapat perintah untuk membubarkan semua murid. Perpustakaan berada di lantai atas. Jeff meminta semua orang untuk mengosongkan lantai atas dan berkumpul di aula bawah.

"Ada apa ini? Kenapa cuaca berubah dengan cepat?" tanya Ruby.

"Aku memiliki firasat jika akan datang sekelompok orang yang tidak kenal. Mereka akan menyerang sekolah ini," timbal Emerald.

"Tapi..."

"Tapi apa?" tanya Berlian.

"Dalam pikiranku terbayang jika mereka adalah sekelompok siluman. Maksudku tubuh mereka adalah manusia, hanya saja wajah mereka seperti bintang," jawab Emerald.

"Apa sekelompok siluman yang sama saat malam itu?" batin Shapire.

Damian baru saja kembali dari luar. Dia bisa memprediksikan jika akan terjadi badai siang ini. Kemungkinan akan cukup panjang sampai nanti malam.

"Kita harus segera menyegel tempat ini, Kak." ucap Damian.

"Kenapa?"

"Aku merasa kita akan segera kedatangan tamu."

"Siapa?"

"Aku tidak tahu. Entah kawanan siluman harimau, entah orang-orang dari dunia kegelapan, atau bisa jadi para siluman pengikut Eris."

"Kita harus menjaga semua murid di sekolah ini. Jangan sampai mereka kenapa-napa."

Jeff mencoba menyatukan kekuatannya dengan Damian dan kedua adik perempuannya. Hanya saja kekuatan mereka tidak cukup mampu untuk menyegel tempat itu karena kekurangan satu orang lagi, yaitu Darren. Arvind dan Melvin menghampiri Jeff di tengah lapangan.

"Maaf Jeff, kami tidak memiliki kemampuan hebat seperti kau dan adik-adik mu," ucap Arvind.

"Kami tidak bisa membantu kalian untuk menyegel tempat ini," sambung Melvin.

"Tidak apa-apa. Ini sudah menjadi tanggung jawab terbesarku pada orang tuaku untuk menjaga Key School ini," jawab Jeff memahami.

"Apa semua murid sudah berkumpul di aula?" tanya Jeff.

"Sudah," jawab Arvind.

Tidak lama hujan turun dengan deras. Semua pengurus berlari mencari tempat berlindung.

"Apa kita bubarkan saja semua murid demi keselamatan mereka, Kak?" tanya Damian.

"Itu malah akan semakin berbahaya. Biarkan mereka di aula. Setidaknya kita tahu mereka baik-baik saja." jawab Jeff.

Gerbang Key School di tutup. Jeff meminta semua pengajar dan pengurus untuk pergi ke aula. Tidak satupun orang berkeliaran di luar. Walau jam masih menunjukkan pukul 02.00 siang, keadaan langit di luar sangat gelap.

"Kenapa suasananya menjadi horor seperti ini?" tanya Kyanite. "Di luar sangat gelap seperti sudah malam."

"Aku sangat takut..." ucap Berlian sambil memeluk Emerald.

"Apa yang kau takutkan, Hah? Sebentar lagi juga hujannya akan reda dan kita akan pulang," ucap Ruby.

"Jangan salah, Nak. Mr. Jeff bilang ini adalah hari yang sangat panjang. Badai akan terus mengelilingi kita beberapa hari ke depan," ujar salah satu pengurus.

"Itu benar. Lagi pula sepertinya ini bukanlah badai biasa. Badai ini akan mendatangkan mala petaka bagi kita semua," timbal pengurus lain.

"Sudahlah, jangan di teruskan lagi. Aku jadi semakin takut," ucap Kyanite.

****

Sementara itu, di Home Blue Lin dan Feride sudah tahu akan datangnya hari ini. Dimana badai panjang akan menerjang kota untuk beberapa hari ke depan. Lin mencoba untuk menghubungi salah satu kelima anak gadisnya tapi tidak satupun dari mereka yang ponselnya tersambung. Sepertinya jaringan juga ikut terputus dengan sendirinya. Sopir Home Blue baru saja memberitahu Lin jika semua akses jalan di tutup. Semua akan berjalan normal setelah badai itu berlalu. Lin sangat khawatir dengan kelima anak gadisnya. Dia juga tidak bisa menjemput mereka dari Key School karena akses jalan yang terhambat.

"Aku sangat mengkhawatirkan mereka Fe," ucap Lin. "Bagaimana keadaan mereka sekarang ini?"

"Yakinlah nyonya, mereka pasti baik-baik saja. Kelima putra Haven pasti akan menjadi semua murid yang ada di sekolahnya itu," jawab Feride.

"Semoga saja perkataan mu itu benar, Fe."

****

Semua murid hanya duduk-duduk saja sambil menunggu keputusan dari Jeff. Salah seorang pengurus baru saja memberitahu semua orang jika semua akses jalan di kota di tutup sampai badainya berhenti. Jaringan informasi pun terputus dengan sendirinya.

"Bagaimana aku menghubungi orang tuaku? Mereka pasti sangat mengkhawatirkan ku," ucap seorang murid.

"Benar, aku juga."

"Bisa kalian diam?" bentak Ruby. "Bukan hanya kalian saja yang tidak bisa menghubungi keluarga kalian, tapi kami juga. Jadi tolong jangan membuat situasi semakin buruk."

Jeff dan pengurus lainnya datang. Dia belum tahu berapa lama badai itu akan terjadi. Hanya saja, untuk sementara ini semua murid akan menginap di aula sekolah sampai keadaan benar-benar normal kembali. Mengenai pakaian, makanan, sudah Jeff atur semuanya. Dia juga sudah menyiapkan banyak bantal dan alas untuk mereka tidur. Semua murid tidur di aula kelas 1, sementara pegawai di aula kelas 2, dan pengurus di aula kelas 3.

"Maaf membuat kalian terjebak dalam situasi seperti ini," ucap Jeff. "Jika saja akses jalan tidak di tutup, mungkin aku sudah membiarkan kalian pulang ke rumah masing-masing. Tapi sayangnya keadaan berbeda."

"Jadi, untuk saat ini kalian akan tidur di aula. Sementara aktivitas pembelajaran akan berlangsung sebagaimana biasanya."

"Baru kali ini aku mendengar dia meminta maaf," ucap Kyanite. "Setahuku dia pria yang dingin dan cuek. Tapi ternyata dia bisa selembut itu."

"Kau benar," jawab Berlian. "Tidak seharusnya kita membenci dia."

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!