NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Hati

Di sebuah rumah mewah berlantai dua, dengan halamannya yang cukup luas. Mobil mobil berjejer layaknya syorum mobil, mobil mobil pribadi itu milik Dani. Rumah se mewah itu terlihat begitu nyaman untuk ditinggali, akan tetapi tak seindah kelihatannya. Rumah sebesar dan se mewah itu, ternyata menyimpan satu kisah pilu bagi Arumi, selalu istri dah dari Dani. Setiap pagi, Arumi selalu sarapan sendiri dengan hanya ditemani anak semata wayangnya. Sudah tiga hari ini Dani tak pulang ke rumah, bahkan dua hari terakhir Dani tak memberi kabar apapun pada Arumi. Arumi mencoba menghubungi ponsel Dani, akan tetapi tak pernah diangkat. Entah tak tau kemana rimbanya, Arumi hanya mampu terdiam seraya menatap anaknya yang menikmati sarapan. 

"Bunda, kok dari kemarin Alvin gak liat ayah sih. Ayah kemana bunda" Tanya Alvino pada sang ibu. 

"Ayah kerja ke luar kota nak, mungkin nanti juga pulang" Jawab Arumi berbohong pada anaknya. 

"Gitu ya bun, nanti kita telfon ayah ya bun. Alvin pengen ngobrol sama ayah. Akhir akhir ini ayah nggak pernah ajak Alvin main, emang ayah sesibuk itu ya bun" Tanya Alvino pada sang ibu. 

"Iya kak. Ayah kan kerja cari uang buat kita, buat kita beli beras, beli sayuran. Dan buat liburan juga, Alvin kan sering minta ke papa buat ajak Alvin liburan" Kata Rumi membohongi sang anak. 

Sebenarnya hatinya merasa terenyuh melihat anaknya, yang begitu merindukan sang ayah. Akan tetapi Arumi juga tak bisa berbuat apa apa, ia tak tau dimana suaminya berada. Bahkan ponselnya pun mati tak bisa dihubungi, ada rasa cemas dan khawatir dihatinya. 

Sementara itu Dani nyang ditunggu tunggu kedatangannya, masih tergolek tanpa busana di atas ranjang. Hanya selimut berwarna putih yang menutupi tibuhnya sebatas dada. Seorang wanita baru saja keluar dari kamar mandi hotel, dengan hanya memakai kimono dan handuk diatas kepalanya menutupi rambutnya yang basah. 

Dewita perempuan berusia dua puluh delapan tahun itu, adalah istri sirih Dani. Arumi tidak mengetahui jika Dani menikah lagi, dan perempuan yang Dani nikahi itu adalah bosnya sendiri. Saat itu, Dani tak ada terbersit dalam fikirannya untuk menikah lagi. Akan tetapi ia terjebak dalam situasi, yang dirinya sendiri juga bingung harus bagaimana. Ia dituduh menggauli bosnya sendiri, padahal kala itu Dani hanya ingin membantu bosnya untuk mengantarnya di sebuah kamar hotel, karna pada saat itu usai acara perhelatan akbar. Perkumpulan dan pertemuan para pengusaha, Dewita terlalu banyak minum. Sehingga ia mabuk sampai tak sadarkan diri, dan entah sengaja atau tidak. Dani malah di peluk dengan erat oleh Dewita, sampai Dani terjatuh diatas tubuh Dewita. Dan saat itu mereka berada di sebuah koridor hotel, sehingga tanpa sengaja ada orang yang lewat dan memergoki mereka. Dan orang itu mengadu pada ayah Dewita, yang baru beberapa minggu ini meninggal dunia. Bagai tertimpa durian runtuh, Dani yang awalnya hanya karyawan biasa, kini kariernya melesat naik menjadi direktur di perusahaan istri sirinya.

Intinya, itu hanya kesalah pahaman semata. Akan tetapi Dewita juga tak pernah menyesali insiden kala itu, karena sebenarnya Dewita juga menaruh rasa pada Dani. Hanya saja, beberapa kali Dani selalu menolak ajakan Dewita untuk berselingkuh. 

"Heemm, masih tidur aja. Sayang, ayo bangun. Hari ini kita mau ke pantai kan?" Dewita membangunkan Dani yang masih tertidur. 

Dani menggeliat dan memicingkan matanya perlahan membuka mata. Saat membuka mata, Dani disambut dengan senyuman Dewita yang sudah fresh. Dani mengusap wajahnya kemudian membuka matanya sempurna, tangannya bergerak meraba ke sisi ranjang sebelah kiri. 

"Kamu cari apa?" Tanya Dewita dengan senyumnya yang masih terulas. 

"Handphone ku mana" Tanya Dani pada Dewita. 

"Aku simpan, selama kita liburan disini. Aku nggak mau diganggu oleh perempuan sok suci itu" Kata Dewita mengelus pipi Dani. 

"Kamu jangan begitu, sudah hampir tiga hari aku nggak ketemu sama dia. Aku cuma mau kasih kabar aja, supaya dia nggak cemas. Tolong berikan padaku handphone ku" Kata Dani meminta handphonenya dari Dewita. 

"Nggak akan aku kasih, kita disini masih tiga hari lagi. Pokoknya waktu untuk kita berdua, jangan sampai ada yang ganggu, termasuk istrimu dan Alvin" Kata Dewita dengan nada bicara yang halus, namun penuh penekanan. 

"Kamu kenapa sih, aku sudah turuti apa mau kamu, dengan menikahimu. Tapi kenapa kamu seakan seperti ingin memisahkan aku dengan Arumi" Dani tampak marah pada Dewita. 

"Sayang, plis. Liburan kita jangan ada perdebatan, lagi pula nanti kalau kita sudah selesai liburannya. Kamu juga bisa bertemu dengan Arumi dan Alvin, aku hanya butuh quality time denganmu. Udah, sekarang kamu mandi, dan siap siap. Hari ini aku mau kita santai santai dipantai, ok" Kata Dewita menyuruh Dani untuk bersiap siap. 

Dani tak langsung bangun dari atas ranjang, ia menatap Dewita dengan tatapan kebencian. Akan tetapi ia juga tidak bisa berbuat lebih jauh lagi, ia juga harus mengutamakan keselamatan Arumi dan Alvin. 

Pada pukul setengah satu, usai sholat dzuhur. Arumi bersiap siap untuk mencari suaminya di kantor, dan saat itu Alvin tengah ditemanu oleh susternya yang bertugas mengasuh Alvin. 

"Alvino, mama pergi dulu ya. Alvin dirumah sama suster, jadi anak baik ya, bunda nggak akan lama kok" Kata Arumi berpamitan dengan Alvin. 

"Mama mau kemana?, kenapa mama juga ninggalin Alvin. Pergi aja semua, bunda sama ayah emang nggak sayang sama Alvin, nggak ada yang mau temani Alvin main. Semua sibuk sama urusannya masing masing, Alvin itu cuma butuh ditani main bun" Kata Alvin yang merajuk dan ngambek oada Arumi. 

"Vin, tapi bunda memang ada.. "

"Alah alesan aja, bunda sama ayah memang sama aja. Nggak ada yang sayang sama Alvin" Alvino memotong perkataan ibunya, lalu berlari masuk kedalam kamar. Dan mengunci pintu kamarnya. 

"Vin, nak. Kamu nggak boleh ngomong gitu nak, ayah sama bunda sayang sama kamu. Tapi ini bunda memang ada urusan sebentar" Kata Arumi berusaha membunuk anaknya agar tidak marah padanya. 

Akan tetapi semuanya hanyalah sia sia, Alvin tetap marah dan tak mau keluar kamarnya. 

"Sus, tolong bujuk Alvin supaya nggak marah lagi ya, saya ada urusan sebentar. Saya titip Alvin" Kata Arumi menitipkan Alvin pada susternya. 

"Baik nya, hati hati di jalan" Kata Susternya itu. 

Arumi hanya mengangguk tipis kemudian pergi. Arumi diantar oleh supir pribadinya menuju kantor dimana suaminya berkerja. Sepanjang jalan Arumi mengamati jalanan yang begitu ramai, sekilas ia mengingat keharmonisan rumah tangganya kala itu. Akan tetapi ia malah kembali merasa sedih, karna itu tinggalah sebuah kenangan semata. Dani sekarang lebih jarang di rumah, bahkan setiap dirumah pun jadi jarang mengobrol dengan dirinya dan Alvino. Tak terasa, air mata Arumi menitih jatuh ke pipinya, terasa sakit sekali dan sesak di dadanya. Ia merasa sangat ingin menangis sekeras mungkin pada saat itu, meluapkan segala emosinya. 

Kini, wanita berhijab itu telah tiba di pelataran kantor suaminya. Saat Arumi turun dari mobil, karyawan dan karyawati menyoroti Arumi. Mereka tampak berbisik bisik, sepertinya mereka tau bahwa Arumi adalah istri dari Dani. Manager mereka saat ini, Arumi berjalan melangkah menapaki ubin kantor menuju lobi. 

"Mbak, apakah pak Dani masih ada dikantor?" Tanya Arumi pada resepsionis. 

"Oh, pak Dani nya dari tiga hari yang lalu ada meeting di luar kota bu. Sampai sekarang belum kembali" Kata resepsionis itu membohongi Arumi. 

"Meeting diluar kota? Dari kapan ya?" Tanya Arumi mengerutkan dahi. 

"Dari hari senin kemarin bu, kemungkinan selesai di hari jum'at besok" Kata resepsionis itu berbohong pada Arumi. 

"Em, mbak, apa boleh saya pinjam telfon sebentar" Kata Arumi meminjam telfon kantor. 

"Silahkan bu" Kata Resepsionis itu memberikan telfon kantor. 

Arumi mengetik nomor tujuan, ia mencoba menghubungi Dani. Ia berharap kali ini telfonnya akan diangkat oleh Dani. 

"Halo.. "  Dari ujung telfon itu terdengar suara wanita yang mengangkat telfon Dani. 

Tadinya Arumi merasa senang, pada akhirnya telfonnya bisa dihubungi setelah beberapa hari lost contact. Namun rasa senang itu sirna saat Arumi mendengar suara wanita yang menerima telfon itu. 

Gemetar seluruh tubuh Arumi, air matanya tak lagi bisa ia tahan. Ia tercekat seakan tak ada kalimat yang mampu ia ucapkan, ia tak pernah berfikir jika suaminya akan bermain wanita dibelakangnya. 

"Halo.. Halooo... "  Dewita merespon telfon itu, akan tetapi tak ada jawaban. Akhirnya dewita mematikan sambungan telfon itu, kemudian kembali ke pinggir pantai menemui Dani. 

Dani yang tengah duduk dibawah payung besar, menatap luasnya lautan dihadapannya. Hatinya sungguh merasa tak tenang, ia gelisah, ia khawatir dengan Arumi dan Alvin anaknya. 

"Sayang, maafin ayah ya. Ayah juga bingung, ayah harus gimana. Ayah juga nggak mau di posisi ini nak, seandainya ayah bisa memilih antara kalian atau ayah harus mati, lebih baik ayah mati dari pada kalian menderita. Arumi, maafkan aku sayang, aku tak ada niatan untuk menduakan mu. Bukan aku tak sayang padamu, tapi ini adalah situasi yang sulit untukku" Monolog Dani didalam hati. 

Dalam diamnya, Dani memandangi lautan lepas. Dan Dewita yang baru kembali dari toilet, memeluk Dani secara tiba tiba dari belakang.

"Ngelakuin apa sih sayang?" Kata Dewita berbisik. 

"Kita sudahi saja liburan ini, aku sudah nggak betah disini. Aku mau pulang" Kata Dani yang mengutarakan keinginannya. 

"Kamu ini apa apaan sih mas, kan kita masih ada tiga hari lagi di sini. Dia dia aku pesan film selama tiga hari kedepan dong" Kata Dewita yang marah. 

"Plis lah, aku sudah terlalu lama meninggalkan Arumi dan Alvin. Aku yakin mereka pasti mencariku, aku sudah rindu dengan Alvin" Kata Dani dengan wajah memelas. 

"Kamu rindu sama Alvin, atau sama Arumi?" Tanya Cerita ketus. 

"Apa salahnya aku rindu dengan Arumi? Dia kan istriku juga" Kata Dani sedikit kesal. 

"Ckkk, aku cemburu lah. Apa lagi, aku cuma minta waktu kamu satu minggu full time sama aku, aku kan juga istrimu" Kata Dewita yang mulai kesal. 

"Terserah kamu lah, mau gimana. Pokoknya aku mau pulang hari ini" Kata Dani kini beranjak dari tempat duduknya, seraya merampaa ponselnya dari tangan Dewita. 

"Mas, kamu ini.. Ckkk arrrggghhh, mas tunggu!!" Dewita geram lalu mengikuti Dani. 

"Mas, tunggu.. Kamu nggak bisa seenaknya begini, main pergi aja. Mass!! "

"Cukup, aku nggak bisa begini terus. Aku bersedia menuruti apa mau kamu, dan memenuhi semua keinginan kamu. Tapi aku nggak suka kalau kamu membatasi komunikasi ku dengan Arumi dan anakku. Mereka juga masih dari bagian ku, kamu nggak ada hak untuk melarangku menemui mereka" Kini Dani sudah tak mampu menahan kekesalannya. 

"Aku nggak melarang kamu untuk menemui Arumi dan Alvino, aku cuma minta waktu kamu untuk kita berdua. Tanpa diganggu mereka berdua, apa aku salah?"

"Maumu itu nggak salah, tapi caramu yang salah" Kata Dani dengan nada yang marah. 

Kemudian Dani melanjutkan langkahnya menuju kamar villa, ia ingin berkemas dan nekat pulang pada hari itu. 

"Ckkk, aku nggak bisa kalau menekan dia seperti ini. Bisa bisa aku yang kehilangan dia, dan aku nggak mau itu terjadi" Monolog Dewita yang kini meredam emisinya. 

Kini Dewita menyusul Dani, dan mendapati Dani masih berkemas. Dengan langkah perlahan, Dewita mendekati Dani memeluk Dani dari arah belakang. 

"Mas, aku minta maaf. Aku sadar aku nggak seharusnya melakukan ini sama kamu, maaf ya" Kata Dewita kini mencoba mengambil hati Dani. 

"Apa aku perlu memaafkan kamu, jika nantinya kamu juga akan mengulanginya lagi?" Tanya Dani. 

"Iya aku salah, makanya aku minta maaf sama kamu. Ok deh hari ini kita pulang, tapi kamu jangan marah lagi sama aku ya?" Kata Dewita yang membujuk Dani. 

Entah mengapa, Dani akan selalu luluh pada Dewita saat dibujuk. Pada akhirnya mereka oulang pada hari itu juga, Dani sudah sangat tidak sabar ingin bertemu Arumi dan juga Alvino. 

Sementara itu, Arumi yang menangis di mobil saat menuju perjalanan pulang. Sangat terlihat begitu memilukan, dadanya terasa sesak tak lagi bisa ia bendung air matanya. 

Saat sampai di rumah, pak Indra sangat mertua sudah berada disana. Tengah bermain dengan Alvino, kedatangan Arumi membuat mereka sama sama menoleh kearah Arumi. 

"Ayah? Ayah kapan kesini?" Tanya Arumi pada Pak Indra. 

"Baru tiga puluh menit nak, kamu dari mana?" Tanya pak Indra seraya menerima jabatan tangan Arumi. 

"Oh, Arumi baru ada urusan sebentar ayah" Jawab Arumi sedikit menunduk. 

"Kamu seperti menangis? Kamu kenapa?" Tanya Pak Indra yang curiga kalau Arumi menangis. 

"Oh, enggak ayah. Arumi nggak nangis kok, tadi cuma kelilipan" Kata Arumi berkilah. 

Akan tetapi Pak Indra tak semudah itu percaya. Ia masih menaruh curiga kalau Arumi usai menangis, akan tetapi Pak Indra tak mau banyak bertanya. Ia biarkan Arumi sendiri yang bercerita. 

"Lalu, Dani kemana?" Tanya Pak Indra pada Arumi. 

"Ayah itu dari dua hari yang lalu nggak pulang kek" Celetuk Alvino pada Pak Indra. 

"Apa? Lalu kemana?" Tanya Pak Indra pada Arumi. 

"Emm, mas Dani lagi ada meeting diluar kita ayah" Jawab Arumi berusaha menutupi keburukan suaminya. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!