NovelToon NovelToon
Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sekarani

Tari tiba-tiba jadi buronan debt collector setelah kekasihnya menghilang berbulan-bulan. Tari dipaksa melunasi utang Rp500 juta meski dirinya tak pernah mengajukan pinjaman sepeser pun.

Putus asa mendapat ancaman bertubi-tubi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri, Tari mendadak dapat tawaran tak terduga dari Raka.

Pewaris keluarga konglomerat tersebut berjanji melunasi utang yang dibebankan kepada Tari jika gadis itu mau menjadi istrinya. Raka bahkan bersedia membantu Tari balas dendam pada sang kekasih.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekarani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternyata Dia Bukan Matahari

Semilir angin laut di tepi pantai berpadu indah dengan suara deburan ombak. Duduk di atas pasir putih tanpa alas, Tari tersenyum tipis sambil memejamkan matanya.

Saat Tari kembali membuka kedua matanya, senyuman di bibirnya semakin mengembang. Cuaca cerah hari ini sungguh anugerah. Lembayung senja yang tercipta jadi berkali-kali lipat lebih indah.

Perempuan itu terus menatap ke arah garis pantai di mana warna jingga semakin mendominasi, pertanda matahari segera terbenam.

"Cantik, ya," kata Tari tanpa melepaskan pandangannya dari langit senja.

"Iya, cantik."

Raka mengatakannya sambil memandang wajah bahagia Tari yang duduk di sampingnya. Baginya, ini adalah pemandangan terindah yang terlalu sayang dilewatkan.

Berkat kemampuan menyetir Raka yang ternyata berani ugal-ugalan, mereka akhirnya benar-benar bisa sampai pantai sebelum matahari terbenam.

Sejak awal, Tari tak menyebutkan nama destinasi tertentu, jadi Raka memilih pantai yang menurutnya paling mudah dijangkau. Memang bukan pantai tersembunyi incaran pelancong, tapi pasir putih yang didambakan Tari jelas terhampar luas.

"Saya selalu suka pantai, apa adanya, bahkan saat cuaca buruk sekali pun," ujar Tari.

Raka mengalihkan pandangannya, ikut memerhatikan matahari yang perlahan berpamitan.

"Saya juga suka matahari terbenam. Tidak selamanya indah, tapi matahari terbenam adalah simbol kesetiaan."

"Simbol kesetiaan?" Raka penasaran dengan maksud Tari.

"Kita bisa meniru cara matahari mengucapkan kata perpisahan," tutur Tari.

Raka masih sibuk menerka maksudnya.

"Sampai ketemu besok pagi," ucap Tari, bersamaan dengan sinar matahari yang menghilang di bawah cakrawala.

"Lagi," imbuh perempuan itu kemudian.

Menurut Tari, setiap kali waktunya terbenam, itulah yang dikatakan matahari padanya. Matahari berjanji akan kembali dan matahari selalu menepati janjinya pada keesokan hari.

"Saat orang itu menghilang, setiap hari selama tiga bulan, saya selalu berharap kalau itu hanya momen matahari terbenam. Sayangnya, ternyata dia bukan matahari, jadi bagaimana mungkin saya terus mengharapkannya kembali ...?"

Bahkan tanpa menyebutkan nama, Raka sudah tahu siapa yang sedang dibicarakan Tari. Menghela napas berat, istrinya itu seolah berusaha menahan tangis. Raka tidak suka melihat ekspresi terluka ini.

"Orang itu jelas bukan matahari, tapi tenang saja. Sekarang kamu punya banyak matahari. Keluarga barumu adalah sekumpulan orang dengan nama belakang matahari. Iya, 'kan?"

Tak butuh waktu lama bagi Tari untuk memahami maksud ucapan Raka. Tari adalah bagian dari Keluarga Bhaskara. Dalam bahasa Sanskerta, kata bhaskara berarti matahari. Itulah mengapa Raka bilang Tari kini punya banyak matahari.

"Praba Putra Bhaskara, Dwi Riska Bhaskara, Raka Dhananjaya Bhaskara, Laras Keswari Bhaskara, Cakra Dhananjaya Bhaskara," Raka mengabsen nama setiap anggota keluarganya.

"Oh, jangan lupa ada Eyang juga. Ayuni Bhaskara," lanjutnya.

Tari tersenyum tipis. "Batari Nuria …Bhaskara?"

"Iya, Batari Nuria Bhaskara," ulang Raka. 

"Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga matahari ini, jadi tak usah memikirkan orang yang sempat kamu kira matahari itu lagi. Anggap saja dia cuma bohlam yang sudah padam sehingga harus dibuang."

Tari menatap Raka sambil tersenyum simpul. Dia tak menyangka bahwa pria yang kini berstatus suaminya itu bisa mengatakan sesuatu yang membuat suasana hatinya membaik.

"Tapi kamu sungguh nggak tertarik balas dendam?"

Pertanyaan itu bikin Tari tak habis pikir. "Misal Anda lupa, barusan Anda minta saya jangan memikirkan orang itu lagi." Tari tertawa kecil di ujung kalimatnya.

"Ini dua hal berbeda. Saya bakal bantu kalau kamu …"

"Anda tidak perlu melakukan apa pun," potong Tari.

"Menggagalkan niat saya menjadi hantu gentayangan sudah lebih dari cukup. Jangan membuat saya merasa semakin berutang banyak dengan Anda," tuturnya kemudian.

Beberapa saat setelahnya, mereka berdua hanya diam sambil sama-sama memandangi langit yang telah gelap sepenuhnya.

"Setidaknya orang itu mesti membayar utangnya sendiri," kata Raka memecah keheningan.

Tari mengangguk pelan. "Iya, minimal dia harus kena teror debt collector juga, tapi itu nggak mungkin, 'kan? Perkara utang sialan itu sudah beres sepenuhnya berkat Anda."

Tidak ada yang tidak mungkin, Tari. Semua bisa diatur sesuai kemauanmu.

Raka akhirnya punya ide untuk memberikan pelajaran berharga bagi pria yang telah mencampakkan Tari.

*** 

Malam ini, Tari dan Raka tidak tidur di tenda lagi. Mereka menginap di resort milik Keluarga Bhaskara, tempat di mana Tari pertama kali berkenalan dengan kedua mertuanya.

Iya, itu adalah lokasi yang sama di mana Tari 'menyerang' Raka hingga keduanya nyaris kebablasan.

Tari dan Raka kini kembali menempati kamar yang sama, tak terkecuali ranjangnya. Namun, mereka sepakat tidak boleh ada tindakan provokatif yang mengarah pada aktivitas intim dalam bentuk apa pun.

"Besok kita ke mana lagi?" tanya Raka yang berbaring miring ke arah istrinya.

"Pulang," jawab Tari singkat.

Raka tidak menunjukkan perubahan ekspresi yang berarti, tetapi sesungguhnya dia kecewa.

"Nggak ada tempat yang mau kamu kunjungi lagi?"

Tari menggelengkan kepala. "Saya mau pulang."

"Saya pikir kamu tidak suka tinggal di rumah. Katamu, rumah Keluarga Bhaskara adalah istana rasa penjara."

"Kata siapa saya mau pulang ke rumah itu?"

"Lalu?"

"Saya mau pulang ke kosan. Gara-gara Anda, saya sudah lama tidak pulang ke sana," ungkap Tari.

Memang sejak tinggal di kediaman Keluarga Bhaskara, Tari tidak pernah sekalipun diizinkan pulang ke indekos yang selama ini jadi rumahnya. Entah apa alasannya. Raka selalu tidak mau menjelaskannya secara gamblang. 

"Aturan di kosmu ketat, 'kan? Pria tidak boleh menginap, bahkan meski anggota keluarga sekalipun. Kamu mau saya tidur di luar pagar?" tutur Raka.

Raka sekali lagi membuat Tari kaget. Sebenarnya, sejauh apa Raka mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan Tari?

"Anda tentu harus tidur dengan nyaman di kamar Anda sendiri," ucap Tari enteng.

"Belum sepekan menikah, sudah pisah ranjang?"

Protes Raka lumayan bikin Tari geregetan. Mengapa pria di depannya ini jadi mudah merajuk?

"Kenapa seolah kita …"

"Sandra bisa temani kamu?" tanya Raka memotong kalimat Tari.

Apa yang dilakukan Tari kemudian cukup membuat Raka takjub. Siapa sangka istrinya langsung menelepon Sandra dan bertanya apakah sang sahabat bisa menemaninya besok.

"Sandra bisa," kata Tari setelah menutup telepon.

Raka tertawa ringan sambil memijat keningnya. Tak habis pikir dengan cara Tari mendapatkan persetujuannya.

"Oke," kata Raka pada akhirnya.

Mendengar itu, Tari langsung bersorak gembira. Dia bahkan membikin selebrasi kecil dengan menggerakkan kedua tangannya sambil tetap berbaring di ranjang. Menurut Raka, itu menggemaskan.

"Saya selama ini khawatir kamu melakukan hal-hal tidak diharapkan jika tinggal sendirian. Saya takut kamu akan bertindak nekat seperti niatmu ke tebing hari itu. Cuma kalau besok ada Sandra, saya kayaknya bisa agak tenang."

Sempat berpikir Raka tak lebih dari penculik yang menyekap korbannya, Tari tertegun saat pria itu tanpa diminta mengungkap alasannya tak pernah mengizinkan Tari keluar dari kediaman Keluarga Bhaskara.

"Anda mencemaskan saya …?"

1
Fitria Agustina
makin penasaran, sebenarnya saat terjadi peristiwa apa yg menimpa raka lalu tari menolongnya
Sekarani
maaf yaa menunggu lama/Hey/
Fitria Agustina
di tunggu lanjutannya thor..
R. Danish D
ah sakit telinga, tolong
R. Danish D
baru mulai udh kissu kissu
tapi aku suka gaya penulisan authornya
Sekarani: makasih yaaaa
semoga betah bacanya sampai ending nanti❤
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. Ceritanya keren.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan.
semangat menulis terus ya
Sekarani: wah makasih yaaaa /Smile//Smile//Smile/

semangat dan sukses selalu untuk kita🔥
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal thor..
Sekarani: halo! makasih udah mampir kak/Heart/
total 1 replies
Sekarani
Halo! Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat adalah karya pertamaku di NovelToon /Heart/

Terima kasih untuk dukungannya! Semoga suka dengan kisah yang disajikan /Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!