Azalea Safira tidak pernah menyangka bahwa ia akan terikat oleh pesona Kevin. Boss arogan, angkuh dan menyebalkan.
Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan asisten pribadi saja. Tanpa Kevin sadari, ia mulai bergantung pada asisten pribadinya itu.
Kevin pikir, selama bersama dengan Safira setiap hari, itu sudah cukup. Namun, siapa sangka kisahnya tidak berjalan sesuai rencana.
Akankah Kevin berhasil mendapatkan hati Safira? Mengingat sikap Kevin yang selalu seenaknya sendiri padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meyda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33
Safira dengan sabar mengusap punggung Kevin. Sementara Kevin, menyambar tisu yang ada di atas meja. Lalu, membersihkan wajah asisten pribadinya itu.
"Siapa yang memberitahu mu?" tanya Kevin. Pasalnya kabar kematian Bunga belum tersebar kemanapun.
Hanya dia dan Tristan yang mengetahuinya. Kevin tidak mau, kematian mantan karyawannya itu memperburuk citra perusahaannya.
Apalagi, banyak menduga meninggalnya Bunga karena ulah seseorang.
"Tuan Tristan," jawab Safira.
"Oh." Kevin melahap sisa bubur di mangkuknya.
"Dasar tua bangka itu! Dia benar-benar tidak bisa menjaga rahasia dengan baik. Menyesal aku bekerja sama dengannya," umpat Kevin namun hanya dalam hati.
"Vin, jawab. Semua tidak ada hubungannya denganmu, kan?" sepertinya Safira masih penasaran.
Buktinya saja, wanita itu mengabaikan wajahnya yang berantakan dan lebih memilih ingin tahu tentang Bunga.
"Nggak ada. Aku bukan kriminal, Fira."
Safira memicing mata curiga. Kurang yakin dengan jawaban Kevin.
Ia menangkup wajah Kevin, mempertemukan kedua pasang mata itu dan menatapnya dalam.
"Kenapa menatapku begitu? Nggak percaya?"
"Berhenti bertanya. Aku sedang mencari kebohongan di mata kamu."
"Kalau begitu cari saja. Siapa tahu kamu juga menemukan lebih dari kebohongan di sana," ucap Kevin merengkuh pinggang Safira dan memeluknya erat.
"Maksudmu?"
"Cinta," jawab Kevin dengan wajah serius.
Pipi Safira memerah bak kepiting rebus. Tiba-tiba hawa sekitarnya berubah menjadi panas. Padahal pendingin ruangan menyala.
"Gombal." Safira mendorong Kevin hingga pelukan itu terlepas. "Bukankah lebih baik kita pergi kesana untuk belasungkawa?"
Kevin bangkit dari duduknya. Memasukkan kedua tangan di saku celana. "Kepalaku pusing. Lagipula dia bukan orang penting dalam hidup aku."
"Lupa dia mantan karyawan kamu?"
"Tapi dia yang sudah memasukkan obat perangsang sialan itu ke dalam minuman aku!" tegas Kevin tak mau kalah.
Baginya, Bunga hanyalah tikus pengganggu yang harus segera disingkirkan.
"Jadi malam itu kamu terkena pengaruh obat perangsang yang Bunga berikan?" rahang Safira hampir jatuh mencerna ucapan Kevin.
Bisa-bisanya pria yang selalu bersikap cuek pada wanita, terjebak oleh Bunga.
"Hmm. Puas!"
Kevin merebahkan kepalanya di atas paha Safira. Melipat kedua tangan dengan mata terpejam.
"Katakan semuanya. Aku masih penasaran Vin."
"Apalagi?" Kevin geram. Tidak tahu alasan apalagi yang harus ia katakan pada wanita ini.
Tuduhannya sama sekali tidak beralasan.
"Bunga koma selama tiga hari setelah pulang dari klub malam. Keluarganya begitu kehilangan sosok Bunga. Meski dia begitu padaku, tetap saja menghilangkan nyawa seseorang itu—"
"Cukup, Azalea Safira!" bentak Kevin. "Sejak tadi aku diam mendengar tuduhan mu yang tidak jelas itu."
"Tapi aku mengenalmu, Vin. Bukan sehari atau dua hari," balas Safira.
Kevin pikir ia akan gentar setelah dibentak. Nyatanya, wanita itu lebih nyalang padanya.
"Fira, please. Aku lelah dan Butuh istirahat. Jangan memancingku dengan pertengkaran lagi." Kevin membenarkan posisinya. Menunduk kepala sembari memijat pangkal hidungnya.
Sungguh, dia benar-benar tidak ada hubungannya dengan Bunga. Tidak ada alasan bagi Kevin untuk membunuh wanita itu. Kecuali, jika Bunga itu Ryan. akan berbeda akhirnya nanti.
Tok! Tok!
Suara ketukan pintu mengalihkan fokus mereka berdua. Safira bergegas membukanya, sementara Kevin kembali ke kursi kebesarannya.
"Selamat siang, Nona? Anda mencari siapa?" tanya Safira dengan sopan.
Seorang gadis remaja berdiri di hadapan Safira. Dia menatap lurus ke depan, seperti sedang mencari sesuatu. Lalu tanpa permisi dia menyelonong begitu saja tanpa menghiraukan Safira.
"Kevin!" teriak gadis itu berlari ke arah Kevin dan memeluknya erat.
"Lilac?" pekik Kevin seraya bangkit dari duduknya. Membalas pelukan Lilac tak kalah erat.
"Aku kangen. Kenapa susah sekali di hubungi sih. Sengaja menghindar?" rengek Lilac.
Kevin terkekeh. Mencubit gemas hidung Lilac. Lalu ia labuhkan kecupan singkat di kening gadis itu.
"Aku juga merindukanmu, sayang. Bicara di luar, mau?" ucap Kevin, melirik sekilas Safira.
Lilac mengangguk sembari memeluk erat lengan Kevin. "Ayo!" ajaknya.
Saking asiknya saling melepaskan rindu, Kevin mengabaikan Safira yang kini menatap mereka berdua dengan penuh tanda tanya.
"Dia siapa?" gumamnya dalam hati.
kok udah end aja????????
tetap semangat jangan patah semangat!! 🤗