Bagai tikus dan kucing yang hampir setiap harinya bertengkar membuat semua orang sudah tidak kaget lagi jika melihat Elang dan Eliza terlibat perdebatan.
mereka tidak mau kalah satu sama lain dan selalu membalas. namun siapa sangka pertengkaran itu akan membawa mereka menuju ke sebuah ruang hati yang di penuhi dengan bunga bermekaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Elang benar-benar di buat kesal dengan tingkah Zara yang selalu ingin menempel padanya. Mungkin jika bukan sepupunya ia sudah memarahi habis-habisan. tapi Elang tidak bisa melakukan itu karena ia sudah menganggap Zara sebagai adiknya sendiri.
Seperti sekarang, gadis itu menggandeng Elang dengan begitu eratnya seolah-olah tidak ingin ada yang merebut posisinya itu. sedari kecil Zara memang begitu menyukai Elang dan ia jarang berpaling darinya sampai sekarang pun masih sama.
Disisi lain, dua pasang mata yang melihat kejadian itu. Ya mereka adalah Eliza dan Emma. Emma nampak menoleh ke arah Eliza yang tampak menatap datar saja seolah tidak suka. Seketika Emma pun paham arti dari tatapan itu sehingga menyenggolnya.
"Kenapa Lo? Cemburu sama Elang?" tanya Emma dengan menggoda Eliza.
"Nggak ada. Udah ah jangan ngomong yang aneh-aneh." jawab Eliza.
"Kalau Lo cinta ya bilang cinta lah El, nggak usah Lo tutupin dari gue. Gue tau elo, gue paham banget. Nggak ada salahnya mencintai seseorang. kalau Lo suka sama Elang, kejar dia." kata Emma.
"Enak aja. ogah gue. Mana ada cewe ngejar. Cowo lah yang ngejar." ujar Eliza.
"Terus Lo mau mendem selamanya perasaan Lo gitu?"
"Ah nggak tau ahhh. gue lagi nggak mau mikir cinta apalah itu. Gue mau fokus sama study gue. Lo juga gimana sama Laksa hah? Sok-sokan ngasih saran ke gue, Lo aja juga sama kaya gue kok yeeee." kata Eliza dengan memukul pelan pundak Emma.
"Jadi emang bener kan kalau Lo suka sama Elang?" tanya Emma dengan tersenyum manis.
"Nggak ada. Dan nggak akan pernah." kata Eliza dengan berdecak kesal
"Iya deh iya, yang gengsinya tinggi hahaha. Eh liat deh El, mereka pelukan tuh." kata Emma yang membuat Eliza menoleh.
Dilihatnya gadis itu tengah memeluk Elang begitupun juga dengan Elang yang membalas pelukan itu sembari mengelus punggung Zara. Tentu saja orang yang melihat itu pasti akan mengira jika keduanya memiliki hubungan spesial begitupun juga dengan Eliza.
Entah kenapa Eliza begitu tak menyukai saat melihat kejadian itu. Tiba-tiba saja hatinya terasa panas. Entah dia memang benar menyukai Elang atau karena hal lain, ia juga belum tau apa yang sebenarnya terjadi padanya. Tapi ia ingat betul gadis yang di peluk Elang di rumah sakit itu sama dengan gadis yang ia lihat beberapa hari yang lalu saat dirinya tengah di jalan.
Tiba-tiba saja tatapan mata Zara dan Eliza pun saling bertemu sehingga membuat Eliza langsung memalingkan wajahnya dan berlalu pergi dari sana.
"Siapa cewe itu Lang? Kok liatinnya sampai segitunya ?" tanya Zara membuat Elang mengedarkan pandangannya tapi tidak menemukan siapapun.
"Siapa?" tanya Elang penasaran.
"Nggak tau lah. udah pergi kok. Abis ini anterin gue ke mall dan abis itu makan terus pulang." kata Zara.
"Nggak bisa Ra. nanti biar supir aja yang nganterin Lo pulang. Gue ada acara sama temen-temennya." ujar Elang.
"Yahhh kok gitu. Kalau gitu gue ikut aja." kata Zara.
"Nggak bisa. Lo belum sembuh total jadi gue nggak mau Lo ikut ntar kenapa-kenapa lagi. Kalau Lo masih ngeyel juga pengen ikut, gue telpon Tante Dewi ya." kata Elang dengan mengancam Zara sehingga membuat gadis itu hanya berdecak kesal saja.
"Yang penting Lo sembuh dulu. ntar kalau udah sembuh beneran gue janji sama Lo bakal ngajakin Lo keliling pake motor. Mau nggak?"
"Mau banget. Oke deh, janji ya, awas aja kalau Lo bohongin gue." ujar Zara dengan tersenyum senang.
Malam harinya, Elang bersama teman-temannya berada di salah satu bar di kota tersebut. Mereka ada party kecil bersama squad geng motor lainnya. ada beberapa yang memilih minuman alkohol sementara Elang dan teman-temannya lebih memilih minuman bersoda kecuali Alan.
Entah kenapa sedari tadi ia masuk, mata Elang tak pernah lepas dari sosok gadis dengan kata bertopeng yang mengenakan dress selutut berwarna merah. Ia merasa tidak asing dengan postur tubuh itu.
Terlihat jika gadis bertopeng itu tampak lebih mencolok dari pada gadis-gadis lain yang juga melayani di bar tersebut. Karena penasaran, ia pun memanggil salah satu waiters itu dan memesan minuman lagi, hanya saja ia mengharuskan yang melayaninya harus gadis bertopeng itu.
"Nomor 12." gadis bertopeng itu hanya mengangguk saja tanpa tahu siapa tamu yang akan dia layani itu.
Ia mengedarkan pandangannya mencari meja nomor 12. Hingga tiba-tiba saja, jantungnya seperti berhenti berdetak ketika sepasang mata sudah menatapnya dengan tatapan tajam.
"Elang..." gumamnya dengan gugupnya. Ia tidak tahu apakah Elang akan menyadari jika gadis bertopeng itu adalah dirinya.
Ia menenangkan dirinya seolah tidak terjadi apapun kemudian berjalan lagi menuju meja Elang dimana disana ada sekitar 12 pria yang tengah berkumpul dan berbincang-bincang.
"Silahkan." ucap Eliza tanpa menghiraukan tatapan Elang
"Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?" tanya Elang membuat Eliza semakin gugup.
"Maaf, siapa ya? Saya sudah lama bekerja disini tapi tidak pernah melihat anda." kata Eliza dengan sedikit gugup.
"Emma mungkin salah orang, karena kau mirip dengan orang yang aku kenal." kata Elang yang masih terus memperhatikan gadis itu.
Ya, dia adalah Eliza. sudah dua hari ia bekerja di bar tersebut. Ia melakukannya bukan tanpa sebab. mempunyai ekonomi yang pas-pasan dan hidup sendiri, tentu saja ia tergiur dengan tawaran gaji jika bekerja di bar tersebut tanpa tahu resiko apa yang harus ia tanggung setelah itu.
Beberapa hari lalu, di depan rumah Eliza, ada selebaran kertas tentang lowongan pekerjaan. Sebenarnya Eliza ragu dan tidak yakin akan mengambil pekerjaan tersebut tapi pada akhirnya ia pun mengambilnya dan mulai bekerja pada malam itu.
Eliza menyentuh dadanya dengan jantung yang masih berdetak kencang. Ia begitu terkejut ketika sebuah tepukan tangan kecil di pundaknya terasa. Ia menoleh dan terkejut melihat seorang pria paruh baya di belakangnya yang tengah tersenyum padanya.
"Bisa bawakan bir untukku?" tanya pria itu.
"oh tentu saja tuan." jawab Eliza dengan tersenyum.
Sementara di sisi lain, Elang masih mencari keberadaan gadis bertopeng itu karena rasa penasarannya sudah melonjak tinggi. ia duduk pun rasanya tidak tenang sama sekali hingga membuat teman-temannya keheranan.
"Lo sebenarnya kenapa sih Lang? Gue perhatiin dari tadi Lo celingak celinguk, nyari siapa sih?" tanya Laksa.
"Gue liat orang yang gue kenal di sini. Gue yakin itu dia." kata Elang yang masih sibuk mencari keberadaan gadis itu.
"Cuma perasaan Lo aja kali Lang. udahlah, nikmatin aja parti kali ini. Lo minum dikit harusnya nggak papa Lang " timpal Alan.
Elang tidak menggubris perkataan teman-temannya justru ia malah beranjak dan pergi dari sana.
Laksa walaupun tengil tapi keren 👍🏻