NovelToon NovelToon
Memeluk Yudistira

Memeluk Yudistira

Status: tamat
Genre:Tamat / ketos / Playboy / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Gulla

Ini tentang Naomi si gadis cantik ber-hoodie merah yang dibenci ibu dan kakaknya karena dianggap sebagai penyebab kematian sang ayah.

Sejak bertemu dengan Yudistira hidupnya berubah. Tanpa sadar Naomi jatuh cinta dengan Yudistira. Pria yang selalu ada untuknya.

Namun sayangnya mereka dipisahkan oleh satu garis keyanikan. Terlebih lagi tiba-tiba Naomi divonis mengidap kanker leukimia.

Apakah semesta memberikan Naomi kesempatan untuk memperjuangkan cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gulla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Satu jam berlalu sejak peristiwa pingsannya Naomi. Disebuah ruangan berukuran persegi dengan dinding berwarna putih tulang terlihat seorang Gadis berbaring di ranjang rumah sakit. Suasana hening hanya ada suara denting jam yang berbunyi.

Yudistira duduk di kursi dekat gadis itu. Matanya menatap kosong ke depan. Pikirannya kacau dengan apa yang terjadi hari ini. Ia merasa bodoh karena memukul Naomi. Meski tidak sengaja tetap saja, rasanya menyakitkan. Hal terakhir yang tidak diinginkannya adalah melihat Naomi kesakitan. Justru dia sendiri  yang menyakiti Naomi. Kedua tangan Yudistira terkepal menahan amarah. Iamenatap tangan kanannya yang telah memukul Naomi tadi.

Sial!

Naomi sakit dirinya! Yudistira mendesah frustasi. Ia ingin membenturkan wajahnya sekarang.

Vano dan keempat adiknya diusirnya. Ia tidak ada keributan disini. Dirinya sudah cukup untuk menjaga Naomi. Ia tidak butuh orang lain lagi. Terlebih Vano, ia sangat membenci cowok itu. Andai saja Naomi tidak pingsan maka ia akan memukulnya hingga babak belur.

"Kak Yudis!?" panggilan dari Naomi menyadarkan Yudistira dari lamunannya.

"Masih sakit?" tanya Yudistira khawatir.

"Haus," ujaran Naomi membuat Yudistira bangkit membantu Naomi duduk bersender di pinggiran kasur. Lalu ia mengambil minuman di atas nakas dan meminumkannya.

"Makasih, Kak."

Naomi mengembalikan gelas itu kepada Yudistira selesai menenggaknya. Sedangkan cowok itu hanya tersenyum. Tangannya bergerak mengelus rambut gadis itu sayang. Matanya menatap Naomi sendu.

"Jangan sakit lagi." Perkataan Yudistira membuat Naomi terpaku.

"Aku cuma kecapekan aja kok, Kak."

"Kamu nggak menyembunyikan sesuatu dari aku kan?"

Deg!

Jangan bilang kalau Yudistira sudah tahu mengenai penyakitnya. Jantung Naomi berdebar memikirkan itu. Ia memejamkan mata sejenak. Lalu berkata, "Enggak ada kok, Kak."

"Kanker darah stadium dua?"

Manik mata Naomi melotot mendengar itu. Dari mana Yudistira tahu. Tanpa sadar Naomi mencengkram

selimutnya erat. Ia takut jika Yudistira akan marah padanya. Selama ini ia selalu menyembunyikan penyakitnya itu pada Yudistira.

"Bunda yang bilang sendiri tadi." Ketika ia panik membawa Naomi ke rumah sakit. Ia menelponsang bunda dan menceritakan kejadian ini. Saat itu juga Kalila menceritakan rahasia yang mereka sembunyikan.

"Maaf." Hanya itu yang mampu Naomi katakan.

Yudistira mengusap wajahnya kasar. Ia duduk kembali di kursi dengan risau. Ia tidak mengerti jalan pikiran Naomi. Kenapa gadis itu tak jujur padanya? Bukankah mereka sudah bertekad menjalin hubungan? Namun kenapa gadis itutak ingin berbagi rasa sakit padanya?

"Kenapa nggak bilang? Apa aku nggak ada artinya buat kamu? Apa kamu berniat meninggalkan aku begitu aja?" Perkataan Yudistira membuat Naomi menangis. Ia menggelengkan kepalanya menepis semua tuduhan Yudistira.

"Bunda bilang kamu nggak mau diobatin? Kenapa Naomi? Apa kamu nggak mau memperjuangkan hidup  kamu? Apa kamu nggak mau hidup sama aku lagi?" Yudistira merasa gila. Bahkan baru kali ini ia banyak bicara.

"Kamu memilih menyerah untuk hidup dan mau ninggalin aku. Kamu nggak mikirin perasaan aku? Kamu pikir aku bisa hidup tanpa kamu?"

"Aku-" Naomi tak mampu berkata-kata. Air matanya mengalir dengan deras. Bahkan ia terisak memikirkan setiap perkataan yang Yudistira katakan. Jujur ia tidak bisa hidup tanpa pria itu. Tapi, merepotkan keluarga Yudistira adalah pilihan terakhirnya.

"Aku nggak mau ngerepotin Kakak lagi. Kakak udah nolong aku lebih dari cukup. Ngasih aku tempat tinggal, uang, pekerjaan, perlindungan dan juga cinta.." Naomi menekan kata cinta. Ia ingin Yudistira tahu bahwa semua ini terlalu mewah untuknya. Begitupun cinta yang diberikan cowok itu. Rasanya ia tidak sanggup lagi meminta apapun.

"Aku udah pasrah sama hidup aku. Dulu aku pernah berjuang, hingga aku lupa ternyata ada ayah juga yang ikut berjuang. Aku egois berharap ingin sembuh, hingga aku takmenyadari berapa banyak yang dikorbankan ayah untuk aku. Ayah pergi selama-lamanya karena. Ia menanggung luka sendirian. Bekerja pagi hingga malam untuk aku, menjual restorannya, mengorbankan sum-sum tulangnya dan juga melupakan rasa sakitnya. Bodohnya aku tidak pernah tau itu. Bahkan aku tak pernah bertanya apakah ayah baik-baik saja?"

"Selama ini hatiku sakit memikirkan itu. Andai aku tidak egois mungkin ayah masih hidup. Ibu dan

kakak tidak akan pernah membenciku." Perkataan Cassandra tadi terngiang-ngiang di kepalanya. Cassandra benar ia hanyalah gadis pembawa sial yang merepotkan orang-orang disekitar.

"Hidupku selalu di hantui rasa bersalah, dan aku takut jika kakak akan seperti ayah. Aku nggak mau kakak menghabiskan waktu untuk merawat ku."

Yudistira bangkit dari duduknya. Ia naik ke atas kasur duduk di sebelah Naomi. Sontak hal itu membuat Naomi terkejut, belum sempat ia berpindah. Yudistira lebih dahulu memeluknya erat.

"Ayah kamu pergi bukan karena kamu. Beliau berjuang mati-matian karena beliau adalah ayah yang baik. Kamu beruntung bisa memiliki ayah seperti itu. Coba kamu liat di luar sana. Banyak ayah yang meninggalkan anaknya, tidak mau mengakui anaknya bahkan membunuh anaknya. Liat sisi baiknya jangan hanya negatifnya." Naomi terdiam, ia menatap Yudistira lamat-lamat. Cowok ini memang perwujudan tokoh wayang Yudistira. Ksatria yang bijaksana, menenangkan dan juga baik.

"Kematian seseorang udah di tulis oleh Tuhan. Dia yang menentukan segalanya. Hidup dan mati.

Tugas kita memanfaatkan setiap detik waktu yang telah Tuhan berikan sebaik-baiknya."

"Masalah uang kamu nggakusah khawatir. Bunda dulu pernah sakit kayak kamu. Diam-diam Bunda

 menjadi donatur di yayasan penyakit kanker dan jantung untuk anak-anak tidak mampu."

"Bunda pernah sakit?"

"Iya, dan nggak ada yang peduli sama Bunda waktu dia sakit. Bahkan ayahnya Bunda nggak pernah ada buat Bunda disaat Bunda dirawat di rumah sakit." Yudistira menceritakan kisah ibunya. Pangeran pernah bercerita jika dulu Kalila hanya berjuang sendiri. Keluarganya tidak ada yang peduli dengan Kalila.Hanya Pangeran yang selalu ada di sisi Kalila hingga sembuh.

Mata Naomi berkaca-kaca. Ia balas memeluk cowok itu. Ia merasa dirinya kurang bersyukur.  Ternyata ada yang lebih menderita darinya. Jika ia dirawat sepenuh hati oleh ayahnya tapi Kalila berbanding terbalik dengannya. Ia tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya. Jika itu dirinya mungkin Naomi akan memilih mati.

"Maaf..."

"Kita berjuang bersama sampai kamu sembuh. Jangan menyerah untuk hidup."

1
gulla daisy
sedih ceritanya tapi bagus
gulla daisy
Kasian Naomi
gulla daisy
Sedih banget novelnyaaa
wgulla_
ayo
Damiri
awas aja
Damiri
naomi sabar ya
Damiri
sedih jadi naomi
Damiri
lanjut
Damiri
bagusss
Damiri
lanjut suka kak
Damiri
bagus
Damiri
bagus sekali aku suka
Binti Masfufah
menarik
wgulla_: udh lanjut kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!