Siapa sangka seorang dokter cantik nan muda bisa menarik perhatian bos gangster dalam pandangan pertama hingga membawanya ke dalam cinta segitiga antara sang dokter, bos gangster dan seorang polisi yang merupakan calon suami dari dokter cantik tersebut.
Di sisi lainnya, sebuah pembunuhan brutal terjadi di kalangan konglomerat hingga menggemparkan berita orang-orang kaya. Tidak diketahui motif sang pembunuh, namun hanya ada satu kemungkinan yaitu balas dendam.
Semua yang terjadi rupanya terhubung satu sama lain. Cinta, pembunuhan, kebohongan dan balas dendam.
(Cerita season 2 dari season 1 berjudul Only 200 Days Mr. Mafia) jika belum membacanya, silahkan baca dulu jika berkenan ^^
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DOAM — BAB 33
KELUARGA ED TOMASSO
Setelah mendengar penjelasan dari pria bernama Romeo Orlando, Robbie mulai terdiam beberapa saat. “Tidak salah jika semuanya tertutup rapi. Pria itu keturunan seorang mafia.” Gumam Robbie pelan namun masih dapat di dengar oleh Tobias yang duduk di sebelahnya.
“Apa kau tahu keberadaan Maxi Ed Tomasso?” tanya Tobias nampak serius.
“Tidak ada yang tahu, pria itu cukup cerdik. Dia sengaja melakukannya untuk menghindari musuh-musuhnya. Bisa dikatakan bahwa dia sudah pensiun.” Jelas Romeo.
“Baik. Kita sudah mengetahuinya, jadi..... Kau harus berhati-hati karena target selanjutnya adalah kau.” Tebak Robbie yang kini sudah berdiri kembali.
Mendengar hal itu membuat Romeo kembali terkekeh tak percaya, “Tertawa lah sepuasmu sampai dia datang. tetaplah berhubungan dengan polisi. Kami akan menjagamu ketat.” Ucap Robbie sebelum pria itu pergi dari bar tersebut.
Tobias menatap secara intens Romeo sampai dia ikut pergi dari sana. Kini, pria itu sendirian dan kepanikan mulai terlihat di mimik wajahnya.
Romeo menatap kembali foto pria bernama Grey yang sangat dia kenal. Bukan hanya dia, tapi juga teman-temannya yang sudah meninggal lebih dulu. (“Aakkgghhh— ”) Suara teriakannya masih terdengar di telinganya.
“Aku tidak takut. Aku punya anak buah! Kau datang, maka aku akan membunuhmu.” Gumam Romeo meremas kertas itu.
...***...
Suara ketukan pintu baru saja terdengar. Sarah segera membukanya dan melihat Tobias tersenyum seperti biasa, begitu juga dengan Sarah yang membalas senyumannya.
Pria itu langsung memeluk tubuh Sarah seerat mungkin. Oh, iya mereka hampir lupa kalau besok adalah hari pertunangan nya yang sudah di tunggu-tunggu.
“Kau sudah makan?” tanya pria yang selalu perhatian itu kepada sang kekasih. Sambil tersenyum Sarah mengangguk.
Jujur saja, Sarah ingin mengatakan soal keluarganya, tapi dia tidak bisa karena terlalu takut jika sampai Tobias malah salah mengartikannya. Bibi J.J sudah bilang bahwa tidak boleh ada yang tahu soal keturunan keluarganya.
Melihat wajah Sarah yang nampak gelisah, tangan Tobias menyentuh pipinya. “Ada sesuatu?” tanya nya lembut.
“Tidak ada!” jawab Sarah dengan senyumannya.
“Bagaimana soal pembunuhannya?” tanya Sarah sekedar iseng semata. Tobias sangat pusing bila mengingat nya kembali, tapi bagaimana lagi, itu tugasnya.
“Kami sudah menemukan pelakunya, hanya tinggal menunggu bukti yang lebih kuat lagi yang bisa menunjukan bahwa dia benar-benar pelakunya.” Jelas Tobias seraya menunjukan kertas berisi foto seorang pria bernama Grey Ed Tomasso.
Sarah memperhatikannya dengan saksama. Dia tidak pernah melihatnya, namun ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat melihat foto pria tersebut.
Tiba-tiba dering ponsel Sarah berbunyi hingga membuatnya sedikit terkejut. “Tunggu sebentar!” pamit Sarah beranjak ke arah kamarnya dan meraih ponselnya.
[“Ada apa Bibi?”]
[“Sarah, Bibi mau mengatakan soal keluargamu. Kau— kau tidak sendiri, kau memiliki seorang saudara! ”]
Seketika kaget sekaligus senang, Sarah menutup mulutnya hingga memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Memiliki saudara yang bahkan tak pernah terpikirkan di benaknya karena itu mustahil.
Dari arah lain, Tobias masih mengamati Sarah yang seakan terlihat bahagia sekali.
...***...
“Tuan. Seorang wanita bernama Joy yang membeli narkoba kita. Dia hanya membelinya saja, dan memberikannya kepada orang lain.” Jelas salah satu anak buah Luca yang bernama Curtis.
Luca terdiam sesaat, “Joy?” gumamnya pelan sampai ia mulai teringat dengan wanita itu. Wanita yang pernah dia lihat saat di lampu merah. wanita berambut keriting yang sempat membeli narkobanya tepat saat dia sendiri ada di lokasi itu.
“Jadi wanita itu.”
Luca tidak mengenalnya, namun dia masih ingat Joy pernah membeli narkobanya pada salah satu anak buahnya sementara dia ada di dalam mobil.
...***...
Kedua mata Sarah masih terbuka lebar. Dia tidur membelakangi Tobias yang memeluknya dari belakang, pria itu memilih menginap di sana karena besok sebelum hari pertunangan, dia dan Robbie akan pergi memeriksa CCTV.
-‘Jika benar aku punya kerabat, lalu di mana mereka?’ Batin Sarah memikirkannya saja sudah membuatnya bingung dan penasaran.
Wanita itu memutuskan pergi ke kamar mandi secara perlahan, hingga sampai di sana ketika selesai buang air kecil, Sarah yang hendak meraih pewangi kamar mandi, tanpa di duga sebuah kamera kecil terlihat beserta lampu merah.
“Apa ini?” tanya nya meraih benda kecil itu sambil menelitinya. “Ini seperti— ”
“Tunggu. What??? Siapa yang— ”
Tak ada habisnya Sarah merubah ekspresi wajahnya. Dia benar-benar terkejut dan sudah menebaknya siapa pelaku mesum itu.
Wanita itu menghentak kan kakinya dengan wajah marah hingga sampai ke ruang tamu, Sarah berhenti karena sesuatu terlintas di pikirannya tentang Luca. “Dia seorang gangster?!” tiba-tiba senyuman terukir di bibir Sarah. Harapan masih ada padanya. Bisa kalian tebak apa rencana wanita itu?
Flashback On
26 Tahun Sebelumnya, Norwegia.
“Ayah kau sedang apa?” seorang bocah laki-laki berusia 10 tahun yang baru saja menghampiri seorang pria dewasa yang sedang memotong beberapa batang pohon dengan menggunakan kapak khusus.
Pria tampan yang sudah berusia 39 tahun itu masih terlihat tampan dengan mata silvernya.
“Sedang mengumpulkan kayu untuk api unggun. Cuaca di sini sangat dingin.” Jawab pria dewasa itu tersenyum ke anaknya.
“Kau mau membantuku?” ajaknya yang kini meletakkan kapak tadi tertancap di salah satu batang pohon. Bocah bernama Grey itu tersenyum lebar. “Sambil belajar bela diri?!” girangnya.
“Tentu, ayo!”
Dengan senang hati ayah dan anak itu sama-sama menghabiskan waktu bersama selagi mereka sendirian di rumah.
“Maxi!!!! Grey!!! Aku membawakan ayam panggang, ayo kita makan bersama.” Panggil seorang wanita dewasa yang cantik dengan rambut panjangnya.
“Lihat. Ibumu sudah memanggil, ayo kita hentikan sebelum dia mengomel!” ajak pria bernama Maxi. Ya! Maxi Ed Tomasso yang saat ini tinggal bersama keluarga kecilnya di salah satu perdesaan Norwegia. Mereka juga memiliki kedai yam panggang sesuai impiannya.
“Aroma ayam panggang kita selalu lezat!” puji Grey tersenyum tak sabar dan segera duduk di kursi meja makannya.
Nadine tersenyum lebar sambil menyiapkan piring. “Tentu saja, kita membuatnya dengan cinta!” balas Nadine menatap ke arah Maxi. Keadaan mereka sudah sangat berubah, kehidupan yang lebih tenang.
“Ke mana gadisku?” tanya Maxi yang mulai mencari keberadaan anak perempuannya kepada istrinya.
“Dia ke rumah temannya karena ingin memberikan ayam panggang buatannya sendiri! Dia cukup menggemaskan!” jelas Nadine sangat-sangat mencintai anak-anaknya.
“Sepertimu?!” goda Maxi santai.
Nadine memberikan tatapan tajam namun dengan senyuman malu yang tertahan. “Ada Grey di sini, jangan mulai Maxi!” balasnya. Pria itu tak bisa melawan, gelar mafianya ciut saat bersama dengan istrinya.
“Ayah!” tiba-tiba dari arah belakang seorang gadis kecil berusia 7 tahun mencium pipi Maxi sambil tersenyum lebar.
“Hey! Aku sudah menunggumu. Ayah juga ingin merasakan ayam buatan mu.” Maxi memangku putrinya seraya tersenyum.
“Sudah habis! Ayah terlambat memintanya, aku sudah memberinya ke teman-teman ku.” ketus gadis itu sangat polos sambil memperagakan tangannya. Apa yang bisa Maxi dan Nadine lakukan selain tertawa kecil.
Grey yang sudah melahap ayamnya, dia menoleh ke adiknya. “Dia memang pelit Ayah. Aku saja tidak pernah dikasih camilannya.” Ujar Grey tersenyum ejek membuat adiknya menatap kesal hingga berpaling.
“Maafkan aku!” lanjut bocah itu yang tidak akan pernah bisa bila melihat adik kesayangannya bersedih ataupun marah, apalagi terluka.
...°°°...
Hai guyss!!!!! Kira-kira sampai di sini kalian sudah mulai paham enggak nih dengan para tokohnya. udah ada scan Maxi & Nadine nihhhh!
kalau belum, tunggu aja, semuanya akan terkuak dengan sendirinya 🤭
Jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!
Thanks and See Ya ^•^