NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Asri

Mengejar Cinta Asri

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Arya wijaya

Mengambil sebuah keputusan membuat cinta terpisah antara Sam dan Asri, adalah suatu kesalahan besar yang di lakukan Sam, saat sudah tak ada beban dalam hidupnya kini Sam berusaha mengejar cinta sejatinya, begitu banyak rintangan yang di lalui tak lupa juga saingan besar untuk memperoleh kembali cinta Asri yang sempat hilang 6 bulan lamanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

WASIAT FERY

Bu Dian terkejut mendengar nama kedua orang itu.

"Apa.. kenapa harus mengajak Asri juga Anita, memangnya Mereka ada hubungannya dengan wasiat mendiang suami Saya"

"Begini Bu, disini Pak Fery memasukkan 4 nama, Bu Dian, Farhan, Bu Anita juga Asri, Saya akan menjelaskan nanti ya Bu, Saya menelpon ibu malam ini hanya untuk memberitahu jika besok nama-nama tersebut harus hadir"

Bu Dian merasa tak enak perasaan, apa mungkin Asri dan Anita mendapatkan bagian harta milik suaminya itu, setelah Bu Dian mengerti panggilan pun di akhiri oleh pak Malik.

Bu Dian takut akan Farhan anak kandungnya tidak mendapatkan apa-apa, tapi Ia harus simpan dulu rasa cemasnya, Ia berharap wasiat mendiang suaminya itu bisa Ia terima dengan hati lapang.

Makmun memutuskan untuk pulang, Ia juga tak mungkin meninggalkan Lia semalaman di rumah sendirian, melihat Kasih yang sudah tertidur pulas, dan juga demamnya turun, ia pun segera pergi dari apartemen Kasih, tak lupa Ia menaruh sejumlah uang untuk Kasih selama Ia belum sehat.

Makmun tepat sampai di rumah jam 10.30, Lia langsung membukakan pintu rumah saat mendengar suara mobil suaminya.

"Mun.. Kamu dari mana saja, mengapa jam segini baru pulang"

Belum saja Makmun memasuki rumah, Lia sudah bertanya bagaikan wartawan di depan pintu, Makmun Menaruh tasnya lalu Ia tiba-tiba memeluk Lia dengan erat.

Lia tak mengerti mengapa tiba-tiba suaminya memeluknya, lalu Lia bertanya ada apakah gerangan yang terjadi pada suaminya.

"Kamu kenapa sayang?"

Makmun merasa bersalah telah meninggalkan Lia lama-lama di rumah, lalu Makmun menjawab,

"Aku hanya rindu Kamu"

Lia tersenyum aneh, dia tak mengerti dengan situasi ini.

"Sudah.. jangan banyak bertanya ya, Aku capek sekali, maafkan Aku tidak mengabari Kamu, handphone ku lowbat, tadi ada pekerjaan tambahan sedikit di gudang"

Lia tak curiga sedikitpun dengan suaminya, karena Ia percaya bahwa Makmun mencintai dirinya lebih besar dari pada cintanya.

"Kamu sudah makan, mau Aku buatkan apa?"

"Aku mau istirahat, Aku mandi sebentar ya"

Tapi sikap Makmun agak berbeda dari biasanya, Makmun yang setiap hari berusaha bertanya bagaimana kesehariannya di rumah namun kali ini, tak ada cerita apapun dari sang suami.

Makmun di kamar mandi memandangi dirinya di depan cermin, Ia berbicara pada dirinya sendiri.

"Apakah perbuatan ku salah saat ini, Aku membohongi Istri Aku, tapi Dia juga mengandung anak Ku"

Ujarnya dalam hati.

Makmun mencuci wajahnya di wastafel mengusap-usap air di wajah lalu berkata lagi.

"Aku tidak tega dengan keadaan Kasih, tapi bagaimana berbicara hal ini pada Lia, apakah Dia bisa menerima jika di poligami"

Makmun merasa bimbang, Ia memutuskan akan membicarakan hal ini pada orangtuanya besok.

Setelah selesai mandi Makmun langsung tidur tak mengajak Lia mengobrol seperti biasanya. Lia hanya diam memandangi suaminya itu dari belakang dengan rasa aneh.

"Ada apa ya sebenarnya, apakah di tempat bekerjanya mengalami masalah?"

Tanya Lia pada dirinya sendiri, Lia pun memeluk sang suami dari belakang, Makmun membuka mata, namun tak bereaksi apapun, Ia malah mengucap maaf terus dalam hatinya.

"Maafkan Aku Lia, Aku sudah berbohong padamu hari ini"

Ucap Makmun dalam hatinya.

Pagi hari pun tiba, Bu Dian membangunkan Farhan di jm 7 pagi.

"Farhan... Bangun Nak"

Farhan terbang mendengar ketukan pintu lalu ia berkata dari dalam kamar bahwa dirinya akan mandi dahulu, dan Bu Dian menjawab jika selesai mandi ibunya ingin bicara di rumah tamu.

"Baik Mah"

Lalu Bu Dian menelpon Asri melalui handphone suaminya.

Suara handphone berbunyi membangunkan Asri yang tengah mimpi indah, Asri melihat panggilan dari nomor ayahnya Ia pun segera mengangkatnya.

"Halo.."

"Halo Asri ini saya Dian"

"Iya Mah..ada apa tumben menelpon Aku"

"Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari pengacara almarhum papah Mu, nanti jam 8 Kamu ke rumah ya, pak Malik ingin membicarakan wasiat dari Papah mu"

Asri mengerti dengan maksud ucapan Bu Dian, namun yang tak Ia mengerti adalah mengapa dirinya di ajak dalam acara kelurga Mereka.

"Aku Mah.. memang isi surat wasiatnya apa?"

Asri bertanya karena Ia merasa penasaran.

"Saya tidak tahu, maka dari itu Kamu datang ya, dan ajak mamah mu juga"

Asri kini terkejut mengapa ibunya juga dibawa dalam pembicaraan wasiat almarhum.

"Mamah juga Mah.. Tapi.."

Belum saja Asri selesai bicara, Bu Dian berkata menekankan Asri.

"Sudah jangan banyak bicara, lebih baik sekarang siap-siap lalu kesini dengan Ibu mu"

Asri mengiyakan perintah Bu Dian, lalu dengan segera Asri memberitahu ibunya bahwa Bu Dian menyuruh untuk ke rumahnya.

"Memang ingin membicarakan hal apa Asri?"

Tanya Bu Dian.

Lalu Asri mengatakan jika dirinya juga tidak tahu isi wasiat dari papahnya, dari pada saling bingung Bu Anita pun segera bersiap-siap berangkat ke rumah Dian.

Polisi sudah melakukan banyak interogasi dan penyelidikan, dan kini polisi menduga memang kejadian kebakaran waktu itu banyak kejanggalan, pihak kepolisian memberitahu kedua belah pihak, bahwa Persidangan kasus sabotase kebakaran PT. Jaya abadi akan di laksanakan Minggu depan.

Sam kini harus bersiap melawan Herman juga pengacaranya, seketika Ia teringat dengan cctv yang hilang waktu itu, lalu Ia menghubungi bagian keamanan.

"Halo pak, Saya ingin ke ruangan bapak, ingin memeriksa cctv kejadian kebakaran waktu itu"

Sam segera menuju ruang keamanan, setibanya disana Sam langsung menanyakan hal ini pada petugas.

"Coba Pak putar tanggal 7 Januari kemarin"

Petugas pun menyelidiki cctv pada saat itu, namun ternyata banyak bagian yang hilang, dan cctv bagian gudang waktu itu hancur total.

"Tapi pasti ada pak kejadian sebelum kebakaran itu, coba Pak putar yang ini"

Petugas mencoba memutar cctv bagian sebelum kejadian, Sam melihat dengan seksama Ia tak melepas sedikitpun pandangannya pada monitor, dan akhirnya Sam menemukan titik temu sebelum kejadian kebakaran itu.

"Stop Pak.. Itu di detik 10.25"

Petugas menekan pause di bagian yang Sam minta, dan benar saja setelah di putar dengan slow motion Sam melihat seseorang berbaju hitam dengan memakai sarung kepala hitam, Sam mengingat pernyataan Asep waktu itu, melihat rekan kerjanya di bunuh oleh orang yang sama persis seperti di rekaman cctv ini.

"Bagus... Ini dia, bukti baru, pak tolong di copy ini Lalu kirim ke email Saya"

"Baik pak, Pak saya sudah dengar semuanya soal bapak menuntut Pak Herman, semoga kasus ini di menangkan perusahaan kita ya Pak, supaya kantor ini bisa di ambil alih oleh Pak Faris lagi"

"Iya Pak terimakasih doanya"

Lalu petugas keamanan bertanya tentang pak Faris saat ini, sam pun menjawab,

"Pak Faris sedang sakit, Dia masih di rawat di rumah sakit, semoga dengan Kemenangan ini, bisa membuat Pak Faris sehat kembali, ya sudah kalau begitu Saya kembali ke ruangan Saya"

Dokter tengah memeriksa keadaan Pak Faris saat ini.

"Kondisinya sudah membaik, Pak Faris boleh pulang hari ini ya"

Fahmi merasa senang mendengar ayahnya bisa pulang hari ini.

"Alhamdulillah Pah.. Papah pulang hari ini"

Pak Faris hanya tersenyum tak menjawab ucapan Fahmi, lalu Fahmi menyuapi Pak Faris sebelum pulang.

"Pah...ayo kita makan dulu"

Sehabis makan selesai Fahmi pergi ke apotik untuk menebus sebagian obat pak Faris.

Sementara Tini masih terus terdiam, tak bicara apapun, Bu Heni berusaha menyuapi Tini, namun Tini berkali-kali menolak untuk makan.

"Aku gak mau makan Mah"

"Makan dong sayang, kalau tidak makan, kasihan dengan kandungan Kamu"

Tini menatap Bu Heni dengan tajam, lalu berkata,

"Biarkan Mah, Aku justru tak menginginkan anak ini"

"Astagfirullah.. Istighfar Nak, Kamu kenapa sih tidak pernah mau menerima kenyataan hidup saat ini"

Tini menangis untuk kesekian kalinya, karena pintu terbuka sedikit Fahmi yang sedang berjalan melewati kamar rawat Tini, tak sengaja melihat Tini dari luar, lalu Ia mendekati pintu tersebut dan mendengarkan percakapan Mereka.

"Aku gak bisa Mah seperti ini, Aku ingin Sam kembali dengan ku"

Bu Heni rasanya bosan mendengar Tini selalu menginginkan Sam kembali.

"Cukup Tini, mamah capek tahu gak, Tini tolong dong Nak, Papah Kamu saat ini sedang dalam masalah, persidangannya Minggu depan, mamah gak tahu apakah papah Kamu bisa bebas atau gak, tolong kamu jangan buat mamah tambah banyak pikiran"

Tini menangis kecil, lalu Ia memeluk sang ibu dengan hangat.

"Aku harus bagaimana Mah, apa yang bisa Aku bantu untuk papah"

"Gak ada Tini, dengan Kamu bersikap dewasa, melupakan Sam, dan menjalani hidup Kamu lagi, itu sudah membantu papah Nak"

Fahmi tak tega rasanya melihat kesedihan Bu Heni, lalu Fahmi berusaha menghubungi Sam mencoba membujuk Sam mencabut tuntutannya terhadap Pak Herman.

1
Alang Sari
konflik di dalam cerita cukup rumit namun salut bagi penulis bisa menjabarkan dengan detail, dan tersusun rapih
Alang Sari
ceritanya menarik, semakin penasaran
Nur Yawati
lnjut
Arya wijaya: Thank you Kaka atas like nya di setiap episode.. terimakasih banyak sudah mampir terus.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!