NovelToon NovelToon
Jalur Langit

Jalur Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:97.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: Chika cha

[sequel my letnan 3]

Argantara putra Bimantara, berulang kali di pertemukan dengan gadis bernama Nasya kayshila. Dan di setiap pertemuan, ia selalu berbuat baik. Jujur saja dari awal pertemuan pertama ia sudah tertarik dengan gadis berjilbab itu, namun sayangnya sudah beberapa kali bertemu Nasya tetap tidak mengingatnya, sekalipun ia telah berbuat baik. Alhasil Argan mengikuti pepatah jika perbuatan baik susah untuk di ingat maka ia akan melakukan perbuatan buruk yang pasti akan selalu di ingat oleh Nasya.

let's play!

Ayo baca kelanjutannya di sini👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surabaya

Puk! Puk!

"Bu, ibu."

Nasya mengeliat, matanya mengerjap beberapa kali mendengar suara lembut dari seorang wanita dan tepukan lembut beberapa kali di pundaknya.

Setelah berhasil membuka mata dengan sempurna Nasya agak kaget ketika melihat seorang pramugari cantik berdiri dihadapannya. Ya Tuhan, sudah berapa lama ia tidur? Kepalanya mencoba memutar ingatan yang dimana dalam ingatan itu ia langsung tertidur begitu pesawat take off. Bahkan baik dirinya dan Argan tak terlibat obrolan apapun cuma Nasya mengatakan ia sangat ngantuk berat akibat bergadang semalaman menangani beberapa operasi pada Argan dan ingin tidur untuk istirahat sebentar. Hanya itu saja obrolan keduanya di dalam pesawat, setelahnya Nasya benar-benar tertidur sepanjang penerbangan.

Pramugari itu turut tersenyum melihat raut kaget Nasya. "Maaf ibu, saya mengganggu tidurnya. Tapi pesawat sebentar lagi akan mendarat. Bisa tolong bangunkan bapaknya Bu." tunjuk pramugari itu dengan dagu pada Argan yang ternyata juga terlelap masih mengenakan topi dengan bantalan leher yang mengalungi lehernya juga headphones yang menyumpal telinga pria itu.

Argan pun sama ternyata.

"Baik, saya akan coba bangunkan. Terimakasih mbak." ujar Nasya ramah yang di balas anggukkan oleh pramugari itu dan pergi dari sana.

Nasya beralih pada Argan yang tampak pulas dan damai sekali dalam tidurnya, wajahnya begitu teduh dengan kedua tangan yang bersedekap dada. Wajah Argan juga menyiratkan rasa lelah membuat Nasya tak sampai hati untuk membangunkan pria tampan satu ini.

"Masak iya sih, manusia sesempurna ini." gumam Nasya tanpa sadar.

Sungguh, tidur saja pria itu tetap tampan, tidak ada mulut menganga atau mendengkur, tidur pria itu benar-benar pulas dan sangat sempurna tanpa ada buruknya sedikitpun.

Nasya memiringkan tubuhnya, sedikit mendekat. Ia ingin menatap wajah itu lekat-lekat, karena ini momen yang sangat langkah, melihat pria itu tidur di sampingnya. Menunggu mereka menikah mungkin akan lama, jadi Nasya memanfaatkan momen ini dengan puas hati menatap wajah Argan.

Nasya mengamati raut lelah itu dengan diam, matanya bergulir kesana-kemari mengamati semua bagian, dari mulai mata tajam Argan yang kini tertutup sempurna, lalu turun ke hidung yang kelewat mancung, dan berakhir di bibir pink yang tampak sehat seperti tak pernah tersentuh benda yang mengandung nikotin.

Benar-benar sempurna sekali pria satu ini, bahkan Akbar mantannya yang menurut Nasya itu paling tampan saja tidak ada apa-apa di banding Argan, sungguh ia akan menjadi gadis beruntung bisa memiliki pria setampan dan sebaik Argan.

Bagaimana Nasya tak menilai pria ini baik, lihat dengan senang hati pria itu mau menikahinya walaupun tau jika Nasya memanfaatkannya untuk menyelamatkan adiknya. Padahal mereka kenal pun karena insiden americano setahun lalu, dan berlanjut setahun kemudian karena ibu dari Argan sendiri sangat ingin menjadikannya menantu dan mengenalkan keduanya satu sama lain. Hanya sebatas itu tidak lebih.

Gak tau aja lu sya si Argan udah nyimpen rasa selama lima tahun.

"Buk, kok bapaknya belum di bangunkan?" tegur pramugari tadi, ternyata kembali lagi setelah sekian lama memperhatikan Nasya yang bukannya membangunkan Argan, malah asik mesam-mesem menatap wajah pria di sampingnya yang sayangnya memang sayang untuk dilewatkan.

Nasya yang di tegur seperti itu pun terlonjak kaget. "Eh, i-iya mbak. Saya bangunkan."

Aish, menganggu saja!

Mau tak mau Nasya membangunkan Argan, tapi dia bingung sendiri bagaimana cara dirinya membangunkan pria itu. Di sentuh tak boleh, Karena Nasya tau, pria ini sangat mahal, di sentuh sedikit saja dia mencak-mencak akibat sentuhan itu membuat wudhunya batal.

"Mas... Mas..." Nasya menepuk pundak Argan beberapa kali, membuat Argan menggeliat kecil tapi tidak merubah posisi nyamannya.

Nasya mencabut headphones yang menyumpal telinga Argan dengan hati-hati agar tidak memegangi kulit pria itu, Nasya tak ingin membatalkan wudhu Argan lagi.

"Mas..." panggil anda sekali lagi dengan tepukan di pundak Argan.

"Hm." kali ini pria itu menggumam tapi tak membuka matanya.

"Bangun mas, pesawatnya mau mendarat."

"Hm?" perlahan mata Argan terbuka sedikit menyesuaikan cahaya yang masuk. Dan itu tampak sangat lucu di mata Nasya. senyum di bibir Nasya terbit begitu saja.

"Pesawatnya mau mendarat mas." ulang Nasya lagi, menguasai diri agar tidak mencubitnya gemas pria di sebelahnya ini.

Mata Argan terbuka penuh, ia langsung menegakkan tubuhnya. "Kita udah mau sampai?" tanya Argan dengan suara serak khas bangun tidur.

Nasya mengangguk sebagai jawaban.

________________

"Aaaaaa! Akhirnya sampai juga kita di Surabaya mas." seru Nasya heboh begitu mereka keluar dari bandara.

Argan tersenyum tipis sekali seraya geleng-geleng kepala melihat tingkah Nasya. "Sudah berapa lama?"

"Apanya?" tanya Nasya tak mengerti dengan pertanyaan Argan yang di gantung gantung.

"Gak balik."

"Oo... Setahun koyok'e mas." setelahnya Nasya cekikikan mengingat sudah terlalu lama ia tak pulang kampung ke Surabaya.

"Mau pulang naik apa mas? Taksi aja ya? Soalnya aku Ndak bilang sama orang rumah kalau aku pulang. Mau kasih surprise gitu." lagi Nasya cekikikan, tampaknya gadis itu sangat bahagia karena bisa pulang kampung.

Argan mengangguk saja, ia turut bahagia melihat cintanya bahagia.

Tak berapa lama sebuah taksi berhenti di hadapan keduanya. Mereka segera masuk dan Nasya memberitahukan alamat rumahnya.

Sepanjang jalan Nasya tak bisa menutupi rasa bahagianya, sudah setahun ia tak pulang karena sibuk kerja dan hari ini ia bisa pulang bahkan membawa calon mantu keluarganya pulang untuk meminang dirinya.

Semantara Argan, pria itu membuka lebar jendela taksi melihat indahnya kota Surabaya yang memang sudah lama tak Argan sambangi, terkahir mungkin saat Argan masih dinas di Magetan dulu, sekitar empat tahun lalu.

Ah, Argan jadi teringat momen pertama kali ia dan Nasya bertemu di perpustakaan dulu. Bahkan ia masih ingat betul obrolan kelewat vulgar gadis itu bersama dengan temannya. Dan itu juga momen pertama kali wudhunya batal karena seorang perempuan. Mengingat itu Argan rasanya ingin tertawa.

Nasya terdengar sedang mengobrol dengan supir taksi menggunakan bahasa Jawa yang sedikit banyaknya Argan pun paham apa yang mereka bicarakan, dan Argan lah yang menjadi topik obrolan mereka dan Nasya dengan entengnya mengatakan kalau Argan adalah calon suaminya. Argan turut tersenyum mendengar itu, ia tak menyela atau ikut menimpali, ia membiarkan dua orang itu sibuk berbicara semantara dirinya terus saja menikmati keindahan kota Surabaya.

Gedung-gedung pencakar langit tak jauh beda dengan Jakarta, pehonan yang begitu asri juga berjejer rapih sepanjang jalan, belum lagi di depan sana terdapat tugu hiu dan buaya yang menjadi maskot kebanggan kota Surabaya.

Tidak berapa lama taksi yang mereka tumpangi memasuki area perumahan elit, sepertinya komplek perumahan para crazy rich Surabaya. Seketika Argan duduk menegang di tempat, pandangannya kini sudah tidak lagi keluar jendela, tapi menatap lurus ke depan. Jantungnya juga mulai tak karuan dan Nasya menyadari perubahan argan itu.

"Kenapa mas?" tanya Nasya.

Argan menggeleng "gak papa."

Taksi tersebut akhirnya berhenti di salah satu rumah klasik Eropa dengan tiga lantai yang tampak megah. Melihat itu nafas Argan seketika ingin berhenti di saat itu juga. Sudah Argan duga, Nasya ini bukan anak orang biasa.

Argan enggan turun walupun supir taksi kini telah membuka Pintu miliknya untuk turun lebih dulu, membuka bagasi mobil, membantu menurunkan koper Nasya dan juga tas Argan dari dalam sana.

Nasya membuka pintu mobil, melihat Argan hanya diam tak bergerak ditempatnya. Seketika ia paham.

"Mas..." panggil Nasya dengan suara lembut.

Argan menolehkan kepala itu menatap Nasya, Nasya melihat jelas ada rasa tak percaya diri yang menggerogoti Argan dari pancaran matanya.

Nasya lantas mengangguk dan tersenyum lembut menenangkan "Ndak apa-apa mas, keluarga saya orang baik, mas juga orang baik. Ndak ada yang perlu mas takutkan. Percaya sama saya. Keluarga saya pasti akan menerima mas."

"Tapi nas, keluargamu dan keluarga saya–"

Nasya mengeleng, langsung memotong ucapan Argan yang sudah tau akan Kemana "keluarga saya Ndak seperti apa yang mas pikirkan. Percaya sama saya mas."

Akhirnya setelah berhasil membujuk Argan, keduanya sama-sama turun. Argan membuka dompetnya membayar taksi yang mereka tumpangi, lalu perlahan berjalan mendekati gerbang. Di depan gerbang, satpam sudah menunggu dan ternyata sejak tadi juga sudah memperhatikan taksi mereka. Dan ketika melihat anak tuannya yang turun dari taksi tersebut dengan segera satpam membukakan pagar.

"Mbak Nasya? Ya ampun... Akhirnya pulang juga mbak." sapa satpam tersebut dengan senyum ramahnya dan di balas senyuman ramah juga oleh Nasya.

"Nggih pak, Kabar'e pak? Sehat?"

"Alhamdulillah sehat mbak. Puniki sinten mbak? Pacarnya?"

*siapa ini mbak?

Argan yang mengerti betul apa yang di katakan satpam tersebut langsung tersenyum sopan. "Sugeng sonten pak." sapa Argan ramah dengan bahasa jawa.

*selamat siang pak.

Nasya tertegun, ini kali pertama ia mendengar Argan berbicara dengan bahasa Jawa. Lalu selanjutnya ia memperkenalkan Argan "asmanipun mas Argan pak."

*Namanya mas Argan pak.

"Wah, guantenge poll Iki mbak pacarnya."

Argan tersedak salivanya sendiri jarang sekali ia mendengar pria lain memuji dirinya secara terang-terangan seperti ini.

"Oh, iya mari mbak masuk, kopernya dan tasnya biar saya aja mas yang bawa."

"Eh, gak usah pak, saya bisa sendiri." tolak Argan.

"Ndak papa mas, mas kan tamu. Sini biar saya bantu pasti masnya capek juga kan?"

"Ndak papa mas, biar pak satpam bantu bawa." ujar Nasya yang mau tak mau Argan turuti.

"Maaf pak mengerepotin." ujar Argan tak enak hati, melihat pria jauh lebih tua darinya itu malah membawakan tas dan koper miliknya juga Nasya.

"Ndak papa loh mas, ini sudah tugas saya. Monggo-monggo. Di dalam semuanya pada kumpul mbak. Mas Panji juga baru masuk."

Argan setika kembali teringat tujuannya, ya Tuhan. semoga keluarga Nasya benar-benar baik seperti apa yang gadis itu katakan.

"Yuk mas." ajak Nasya.

Argan mulai mengambil nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan perlahan. Kali ini siap tidak siap dia harus menghadapi keluarga Nasya demi mempersunting gadis pujaannya.

Belum sampai di depan pintu utama rumah megah itu, pintu itu lebih dulu terbuka dari dalam. Menampilkan wanita paruh baya lengkap dengan hijab dan gamisnya keluar dari dalam istana tersebut.

"Ibu!" Nasya langsung berlari kearah ibunya dan memeluk wanita itu dengan begitu erat meluapkan rasa rindu yang membuncah.

Di belakang Nasya, Argan hanya diam menatap kedua wanita beda usia itu.

"Kok wangsul Ndak bilang-bilang mbak?" tanya ibu Nasya begitu pelukan Nasya terlepas.

*wangsul \= pulang.

Gadis itu tersenyum lebar "kejutan Bu. Ibu kaget Ndak?"

Ibu Nasya tersenyum "kaget mbak, kaget banget malah." matanya beralih pada pria yang tidak pernah ia lihat sebelumnya dan berdiri di belakang Nasya.

"Puniki sinten mbak?"

*ini siapa mbak?

Nasya hanya tersenyum saja "asmanipun mas Argan Bu."

*namanya mas Argan Bu."

Mau tak mau Argan mencium tangan ibunya Nasya sebagai pertanda sopan santun "Argantara Bu."

"Masyaallah." puji ibu Nasya ketika menyadari rupa pria itu ketika mendekat.

"Pacar mbak?" tanya ibu Nasya menatap wajah anaknya.

Bukannya menjawab, Nasya malah membisikkan sesuatu ke telinga kiri ibunya, setalahnya mata ibu Nasya membulat tak percaya "temenan tha?"

*beneran?

"Temenan bu." jawab Nasya menyakinkan.

Seketika ibu Nasya heboh, sendiri "ayo masuk, masuk. Nak... Siapa tadi mbak?" baru juga diberitahu ibu Nasya malah sudah lupa.

Ah, Argan tau sekarang dari mana Nasya mendapatkan sifat pelupa itu yang ternyata dari sang ibu.

"Mas Argan bu."

"Nah, itu mas Argan. Masuk mas."

Argan mengangguk saja berjalan di belakang kedua wanita itu yang sudah masuk lebih dulu kedalam kediaman mereka.

Sampai di dalam ibu Nasya langsung memberitahukan Panji—kakak Nasya yang saat ini tengah duduk di ruang tamu dengan setelan kantornya. Dan setelahnya pria itu menatap Argan sebentar, lalu beralih menatap adiknya yang kini menghampirinya.

Ia seperti tidak senang akan Argan.

"Kabar'e mas."

"Baik. Kamu?"

"Baik mas."

Kembali Panji menoleh sejenak pada Argan, lalu beralih pada Nasya lagi. "Kamu masuk ke kamar dulu sana." ucap Panji kini menatap intens Argan, tapi tak membuat nyali Argan mencuit kali ini, karena tekatnya sudah bulat sejak memasuki rumah Nasya.

"Tapi mas..." ia menoleh pada Argan yang berdiri di belakangnya.

"Masuk mbak... Mas mu dan ibu mau bicara sama mas Argan." kali ini ibunya angkat bicara yang membuat Nasya menghela nafas dan menatap Argan dengan rasa khawatir. Argan mengangguk sekilas, agar gadis itu patuh pada perintah Kakak dan ibunya.

Akhirnya mau tak mau Nasya memasuki lift yang tidak jauh dari ruang tamu, menuju kamarnya yang terdapat di lantai tiga.

Tinggal Argan, Panji, dan ibu di ruang tamu itu.

"Duduk, saya mau berbicara sama kamu." titah Panji dengan logat Jawa medoknya seperti Nasya.

Argan dengan jantung berdebar dan patuh duduk di salah satu sofa. Ia sudah siap di introgasi hari ini, demi Nasya.

"Apa pekerjaan kamu sampai nekat datang kesini untuk melamar adik saya?"

1
Mika Saja
🥰🥰🥰🥰
Ana_Mar
bang argan....love you sekebon bang/Kiss//Kiss/
Jossy Jeanette
mas argan bisa manis juga yaa..suh senengnya nasya dapat cincin yg cantik pas dijari juga😍
Eni nuryani
di bagian ini kan author nulis pas mengumandangkan takbir.....jadi maaf ya sebelumnya, untuk takbir &salam imam memang mengucapkan, kecuali Al Fatihah &surah2 dlm sholat tsb...
ŘƏ£♡ve
aaaaa jd inget ayank ....
melelleeeeeh nasyaaaaa
Heny Janitasari
🧡🧡🧡
💗AR Althafunisa💗
😂😂😂😂😂😂
Miksiba Andri
kelihatan author ga pernah sholat dhuhur berjamaah....
berjamaah sholat dhuhur baca al-fatihah nya ga dikeraskan boooooz..... ☺
Chika cha: makasih kak udah di kasih tau. jujur di sini masjid jauh banget dari rumah jadi gak pernah sholat zhuhur, ashar di masjid.
total 1 replies
💗AR Althafunisa💗
Kuar dah posesif nya si Nasya, enak aja ya Sya. Si ganteng cuma milik kamu seorang 😂🥰
💗AR Althafunisa💗
Maaf ka, setau sy kalau Zuhur dan ashar kalau jadi imam itu bacaannya ga kaya sholat jamaah maghrib isya sama subuh. Tidak bersuara 🙏
💗AR Althafunisa💗: Hehe... iya ka, sy tau krna pernah ikut jamaah. Jadi dari situ sy baru tau juga 🤣
Chika cha: sip kak, gak pernah sholat dzuhur, ashar di masjid kak😭
total 2 replies
Surtinah Tina
senengnya mereka berdua..,😍😍😍🥰
risa Muawenah
uuuhhhh suka banget
bagus novelnya
risa Muawenah
lagi kasmaran gk tuh /Drool//Drool/
Heny Janitasari
lanjut thor
Ita Mariyanti
🤣🤣🤣🤣
Jossy Jeanette
argan..disamain dgn ac 1pk😅
Surtinah Tina
hehehe. kocak juga para temen argan
Surtinah Tina
kita juga bisa gila Nasya...😀😀😀
Heny Janitasari
🧡
Rizky Tria
bang Argan bikin gempar kesatuan 😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!