"Argggghhh!" suara teriakan kencang yang terdengar.
"Tolong!"
"Lepaskan aku!"
"Jangan aku mohon! jangan!"
Aurora yang terus berteriak memohon ampun saat seorang pria yang tidak tahu siapa menyeretnya memasuki sebuah gudang yang sangat gelap yang membuat Aurora yang tidak tahu siapa itu.
"Tidak!" teriak Aurora dengan sekencang-kencangnya saat merasa sakit di area sensitifnya.
Air matanya yang jatuh saat kehormatannya di renggut paksa. Oleh Pria yang tidak bisa di lihatnya. Pria itu dengan bejat memperkosa gadis 17 tahun itu.
Malam Petaka Party saat merayakan ulang tahun sahabatnya yang membuatnya kehilangan kehormatannya. Pesta yang harusnya penuh dengan kebahagiaan berujung petaka. Kehilangan kehormatan, di temukan mayat dan berurusan dengan Polisi dengan kasus besar dan masa depan yang hancur.
Saksikan penuh dengan misteri di Novel terbaru saya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33. Surat
Rora sudah kembali ke rumah dan sama dengan Zeva yang juga sudah sembuh dan sudah pulang. Rora mendapatkan perawatan di rumah saja dengan Arga yang mendatangkan psikiater untuk masalah trauma yang dialami Rora. Namun permasalahan Rora bertambah dengan hubungannya dan Bryan yang kandas dengan pengkhianatan Bryan dan sahabatnya.
Setelah melakukan proses penyelidikan kurang lebih satu minggu terhadap Bryan dan ternyata Bryan terbukti tidak bersalah. Tidak ada yang memberatkan Bryan. Baik dalam kematian Steffie dan juga pemerkosaan Rora.
Hal tersebut juga di bantu pengacara Bryan yang pasti membelanya mati-matian. Karena merupakan putranya. Untuk kasus kehamilan Steffie. Bryan juga tidak terbukti ikut campur atas gugurnya janin tersebut. Jadi Bryan bebas hukuman.
Namun ternyata efek dari apa ya terjadi membuat Bryan menjadi bahan omongan di sekolah. Hubungannya dengan Steffie yang terlalu bebas menjadi gunjingan dan membuat orang-orang di sekolah jijik padanyanya.
Walau Bryan tidak terbukanya memperkosa Rora. Tetapi teman-teman 1 sekolah tetap yakin. Jika Bryan pelakunya. Karena melihat kebebasan Bryan yang dalam berpacaran yang melebih batas.
Setiap langkah Bryan di sekolah selalu mendapat tatapan sinis. Bahkan teman-temannya juga menjauhinya. Baik Tiara, Cindy yang selama ini cukup dekat dengannya sudah tidak ingin berbicara dengan Bryan.
Hari-hari Bryan di sekolah memang sudah tak seindah seperti dulu lagi yang sekarang seperti dikucilkan dan dijauhi membuatnya merasa tidak nyaman. Belum lagi saat bertemu dengan Zeva dan Zeva yang tidak henti-hentinya menatapnya dengan penuh kebencian. Karena kakaknya yang sudah di khianati.
Dengan semua yang terjadi membuat Bryan tidak bisa melakukan apa-apa. Merasa tidak nyaman untuk melanjutkan sekolah yang membuat Bryan pindah sekolah. Bryan meminta kepada orang tuanya untuk memindahkannya ke Luar Negri demi kenyamanannya dan tidak menjadi bulan bulanan orang-orang di sekolah.
**********
Rora berada di dalam kamar yang terlihat menangis bersandar di kepala ranjang dengan air matanya yang terus mengalir membaca surat.
..."Maafkan aku Rora. Aku sudah mengkhianatimu. Aku sudah jahat padamu. Aku bermain api di belakangmu dengan Steffie. Rora aku tahu kamu sekarang pasti sangat membenciku. Kamu ingin memakiku. Aku bisa terima dengan semua kebencian kamu kepadaku. Itu pantas aku dapatkan,"...
..."Aku sudah sangat keterlaluan yang sudah bermain di belakang kamu. Hubunganku yang bebas dengan Steffie yang memang sangat berlebihan Rora. Kamu boleh jijik padaku Rora. Tapi kamu harus tahu Rora jika aku benar-benar sangat mencintaimu,"...
..."Aku sangat pengecut yang tidak berani menemuimu. Rora, aku tidak akan melakukan pembelaan atas apa yang sudah aku lakukan. Karena bagi orang sepertiku sangat tidak pantas mendapatkan pembelaan apa-apa. Aku minta maaf sekali lagi dan aku benar-benar tulus kepadamu,"...
..."Aku sudah tidak sekolah lagi di tempat sekolah kita. Aku memilih untuk pergi dan menjauh darimu. Bukan karena yang terjadi pada kamu. Tetapi karena aku memang tidak pantas untuk kamu. Rora aku sangat berharap kamu bisa melanjutkan hidup kamu dan kamu berhak bahagia untuk mendapatkan orang yang benar-benar tulus kepada kamu," tulis Bryan yang mengirim surat panjang lebar kepada Rora....
Bryan yang sekarang posisinya sudah berada di dalam pesawat. Bryan yang duduk di dekat jendela dengan kepalanya menunduk yang melihat layar ponselnya yang wallpaper nya masih bersama dengan Rora.
"Maafkan aku Rora. Aku laki-laki jahat, aku pengecut Rora. Maafkan aku!" batin Bryan dengan air matanya yang jatuh ke layar ponselnya.
Sementara Rora yang berada di dalam kamar yang terisak dengan surat yang di peluknya. Dia sangat mencintai Bryan. Apa yang terjadi kepadanya membuat Bryan jauh darinya dan lebih menyakitkan lagi adanya hubungan Bryan dengan sahabatnya dan bagaimana Rora tidak hancur.
Memang bukan Bryan yang memperkosa Rora. Saat di minta keterangan Rora menjelaskan pada Polisi dan dia tahu bagaimana suara Bryan dan juga Bryan terbukti stay di tempat party.
Krekkk.
Pintu kamar terbuka. Ternyata adalah Zeva yang memasuki kamar dan Zeva langsung menghampiri kakaknya dan memeluk sang kakak begitu erat untuk menenangkan kakaknya yang pasti sangat terpukul.
Rora menangis di pelukan Zeva. Zeva tidak mengatakan apa-apa dan sudah tahu apa penyebab kakaknya menangis.
Zeva yang selalu berusaha ada untuk Rora menjadi tempat pelukan dan tempat cerita untuk Rora. Zeva siap menjadi tempat tumpahan air mata sang kakak. Zeva memang jauh lebih dewasa dari pada Rora dalam berpikir.
Zeva melepas pelukan itu dengan menyeka air mata yang membanjiri pipi Rora
"Jangan nangis lagi. Semuanya akan baik-baik saja. Orang seperti itu tidak pantas untuk di tangisi. Kakak tidak boleh menangis ya," ucap Zeva.
"Aku memang tidak pantas untuknya Zeva," ucap Rora dengan sangat terisak.
"Bukan kakak yang tidak pantas untuknya. Tetapi dia. Kakak berhak bahagia dan laki-laki seperti itu memang sangat layak untuk pergi. Kak. Kakak harus percaya pada Zeva. Jika kehidupan Kakak masih panjang dan masih banyak kebahagiaan yang menunggu di depan sana," ucap Zeva yang berusaha untuk menenangkan hati kakaknya dari kegalauan putus cinta.
**********
Bel sekolah berbunyi. Zeva yang baru keluar dari dalam kelasnya.
"Zeva!" panggil Tiara. Zeva melihat Tiara, Reval, Cindy menghampirinya.
"Kak Tiara, kak Cindy, kak Reval," sahut Zeva.
"Hmmm, Zeva bagaimana keadaan Rora?" tanya Tiara.
"Sudah membaik kok kak. Hanya saja kak Rora rawat jalan dengan psikiater yang saya kerumah," jawab Zeva.
"Zeva kita ber-3 ingin melihat Rora boleh tidak?" tanya Tiara. Zeva terdiam yang tidak langsung menjawab.
"Kita ingin tahu, bagaimana keadaan Rora Zeva. Kita hanya tidak ingin. Jika Rora merasa. Jika kita meninggalkannya sebagai sahabat," ucap Cindy.
"Benar Zeva. Kita ingin menjadi suport untuk Rora," sahut Reval.
"Aku tanya mama, papa dulu. Soalnya aku takut sembarangan memberi izin," ucap Zeva.
"Ya sudah Zeva tidak apa-apa kok," sahut Cindy.
********
Akhirnya Risya dan Arga menginjinkan teman-teman Rora untuk datang. Mungkin supaya Rora menjadi jauh lebih baik. Karena teman-temannya yang menjenguknya. Mereka semua yang siap-siap menjenguk Rora yang memasuki mobil Zeva yang di jemput supir Zeva.
"Hey tunggu!" panggil Yoga dan Marko yang membuat mereka tidak jadi masuk.
"Apa sih Marko," sahut Tiara.
"Kalian mau lihat Rora kan. Parah banget nggak ngajak-ngajak aku," sahut Marko.
"Kak Marko nggak usah ikut. Aku takut nanti terjadi sesuatu pada kak Rora. Jadi lebih baik jangan," ucap Zeva.
"Ya ampun Zeva kamu sampai segitunya sih sama aku. Memang aku ngapain hah! Aku juga pengen jenguk Rora dan hanya melihat keadaan Rora itu saja. Aku juga nggak akan aneh-aneh," ucap Marko.
"Benar Zeva. Bagaimana juga Marko itu teman satu kelas Rora. Nanti kalau Marko tidak ikut nanti dibilang lagi Marko yang punya kaitan dengan masalah Rora," sahut Yoga.
Zeva yang terlihat diam berpikir apakah harus memberi izin Marko untuk ikut atau tidak.
"Zeva aku hanya sekedar menjenguk dan bukan ngapa-ngapain," sahut Marko.
"Ya sudah. Tapi awas aja kalau kedatangan kak Marko justru membuat kak Rora sampai kenapa-napa," ucap Zeva mengingatkan.
"Iya-iya nggak akan," sahut Marko
Zeva yang setuju akhirnya memberi izin untuk Marko melihat kakaknya dan mereka pergi ke rumah Zeva untuk menjenguk keadaan Rora.
Bersambung
dan Rora mulai sadar dgn kata² pelaku saat reval ulang kata² qm sangat cantik Rora
sm. marko reval blg dy sdh mendapatkan rora
Rora dah jd jahat krn terlalu d manja jd mw nya smw hrus bgt perhatian k dy s org jahat sombong mulut pedas mknya jd petaka tuk diri sndri bs nya nyakitin ht org pas d kena baru ngamuk
pada gx nyadar sm kelakuan n omongan reval nih
lm bgt lg terungkap
koq gx da pov dy sih