Seorang gadis terikat oleh takdir kelam, ditinggalkan orang-orang terkasih dan hanya dapat menjalani hidup dibalut kesedihan. Gadis itu tetap tegar dihadapan semua orang dan bertahan demi mencari keberadaan orang-orang terkasih. Gadis itu membangun kekuatannya dengan perlahan dan membuktikan bahwa dirinya tidak terikat oleh takdir tersebut.
Namun, ia hanyalah manusia biasa yang tidak dapat melawan hukum dunia. Lantas, bagaimana gadis itu akan melawan takdir kelam tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zeils Evanescent, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arc 1: SUFFERING; Chapter 33: Kota Ureia
"Saya tidak menyangka bahwa anda sebenarnya sangat hebat, Nona. Meski anda penyihir tingkat enam, anda dapat menguasai sihir tingkat 3 yang sangat kuat di usia yang masih muda. Sungguh jenius yang tidak tertandingi!" Pedagang itu berkata sambil menggosok kedua tangannya. Wajahnya terlihat sangat aneh dan tidak sedap dipandang.
Bukannya aku mengejek wajahnya yang besar seperti ikan buntal! Aku hanya merasa bahwa dia memujiku terlalu berlebihan, senyumannya sangat mirip dengan senyuman wanita resepsionis di gedung serikat.
Berkatnya aku dapat menyadari bagaimana perilaku seseorang saat sedang berusaha untuk menjilat. Apa dia pikir aku akan memberikan sesuatu jika dia menyenangkan ku seperti ini?
"Kau terlalu berlebihan memujiku, aku hanya melakukan apa yang seharusnya menjadi tugasku. Selama kau membayarku sesuai dengan kesepakatan aku tidak akan mengeluh tentang apapun." Ujarku sambil membuang muka, aku merasa tidak nyaman melihat wajahnya dalam waktu yang lama.
Pedagang itu tersentak, "Te-tentu saja saya akan membayarnya sesuai kesepakatan, Nona. Bahkan jika anda berkenan saya dapat menggandakan bayarannya!" Pedagang itu terlihat bersemangat.
"Tidak perlu, lakukan sesuai dengan apa yang tertera di atas kertas saja." Aku menolak dengan tegas.
Aku tidak ingin menerima suap dari orang asing. Mengapa? Karena semisal kami terlibat masalah yang sama di masa depan, pria ini pasti akan memintaku untuk membayar atas kebaikannya hari ini!
"Tidak perlu sungkan, Nona. Saya dengan senang hati-"
"Tidak perlu." Aku memotong ucapannya dengan sedikit membentak.
Pria itu tersenyum tipis, sepertinya dia tidak senang dengan penolakanku. "Kalau anda memaksa, saya tidak bisa berbuat apa-apa." Pedagang itu menggelengkan kepalanya.
"Ngomong-ngomong, apakah anda akan langsung kembali ke kota Ollin setelah mengawal Karavan saya? Kalau anda berkenan saya bersedia menyediakan tumpangan, sebab saya hanya tinggal sementara di Kota Ureia." Pedagang itu bertanya.
"Terima kasih atas tawarannya dan dengan berat hati akan ku tolak. Aku memiliki beberapa urusan di sana, tentang seberapa lama aku menetap aku sendiri masih belum tahu." Jawabku tanpa menoleh, aku benar-benar tidak ingin melihat wajahnya. Cukup sesekali melirik untuk memperhatikan raut wajahnya.
"Begitu ya, sangat disayangkan." Pedagang itu menghela nafas.
Dasar orang aneh, apa dia pikir aku tidak mengerti maksud dan tujuannya? Kau ingin pengawal gratis bukan? Tidak akan semudah itu dasar orang picik!
Meski aku mengumpat dalam hati, ekspresiku masih tetap tenang seperti biasanya. Tidak mungkin aku mengeluh di depan orangnya secara langsung bukan? Meski statusku tinggi, dia mungkin akan membawa relasinya untuk mendorongku jatuh. Orang kaya memiliki caranya sendiri untuk mempertahankan kuasanya.
Perjalanan menuju kota Ureia akan berlangsung selama 3 hari, itu adalah waktu yang cukup cepat bagi sebuah karavan untuk melakukan perjalanan jauh. Normalnya sebuah karavan membutuhkan waktu 5 hari untuk sampai ke kota Ureia dari Ollin.
Selama perjalanan kami menemukan beberapa masalah seperti bandit, jalan yang dihalangi batang pohon dan monster liar. Semua masalah itu diselesaikan olehku secara pribadi, jujur saja aku melakukan semua ini untuk mendapat bonus bayaran dan tidak lebih.
Disaat para prajurit menatap kagum dan penuh hormat ke arahku, pedagang itu justru melihatku seperti menatap seorang pencuri, tatapannya tajam dan menusuk.
Tentu saja aku tahu penyebab dia marah, itu karena aku berencana untuk mengambil banyak uang dari sakunya. Jika aku secara pribadi turun tangan menyelesaikan semua masalah, bayaran yang ku terima akan menjadi berkali-kali lipat. Tentu dia tidak akan senang jika seseorang berniat merampoknya secara terang-terangan.
Seharusnya dia bisa meminta para prajurit membantuku agar kontribusinya tidak hanya dilemparkan kepadaku, namun orang bodoh ini sama sekali tidak melakukannya dan hanya menjambak rambutnya sendiri saat melihat aku yang dengan mudahnya memberantas masalah yang muncul.
"Lihat, itu tembok kota Ureia!" Seorang prajurit berteriak sambil menunjuk ke arah depan.
Di kejauhan sebuah tembok yang menjulang tinggi dapat terlihat dengan sangat jelas. Di gerbang kota aku dapat melihat belasan orang yang sedang mengantri untuk masuk kedalam kota.
Mengikuti mereka karavan pedagang ini juga ikut mengantri di bagian belakang. Tidak butuh waktu lama untuk giliran kami diperiksa.
Setelah beberapa menit memeriksa, para penjaga mengkonfirmasi bahwa tidak ada hal yang berbahaya dan mencurigakan di kereta bawaan. Pedagang itu kemudian membayar 2 koin emas kepada penjaga dan langsung diperbolehkan masuk.
Setelah masuk ke dalam kota, karavan itu langsung bergerak menuju gedung serikat, di sana aku memberikan kertas misi kepada resepsionis dan menjelaskan masalah apa saja yang terjadi selama perjalanan dan siapa yang menyelesaikannya.
Saat resepsionis itu menanyai pedagang itu, pria itu hanya menganggukkan kepala pertanda bahwa semua pernyataan ku benar. Setelahnya resepsionis itu memberikan 24 Koin emas, 73 koin perak dan 29 Koin tembaga kepadaku di dalam sebuah kantung.
Aku dapat melihat ekspresi keengganan terpancar dari wajah pedagang itu. Ia melihat ke arahku dengan senyuman kecil, namun aku tahu di dalam hatinya ia sedang mengumpat kepadaku.
"Terima kasih atas kerja samanya, Nona. Semoga di lain kesempatan kita dapat bertemu kembali." Pedagang itu membungkuk kemudian berjalan menuju kereta kuda. Setelah menatap penuh makna ke arahku selama beberapa menit, ia masuk kedalam kereta dan bergegas menuju tempat tujuannya.
Aku hanya melihatnya dari teras gedung serikat dengan senyum tipis, dalam sekali jalan aku mendapat banyak sekali keuntungan.
Dengan uang sebanyak ini mungkin aku dapat membeli sebuah tongkat sihir untuk diriku sendiri, namun aku akan kehilangan seluruh tabunganku saat melakukannya.
"Lebih baik menabung lebih banyak lagi sebelum membeli sebuah tongkat." Gumamku kemudian berjalan keluar dari gerbang serikat.
Kota itu sangat luas dan ramai penduduk. Jika melihat jarak tembok timur dan barat, kota ini dua kali lebih luas dari pada kota Ollin.
Ada beberapa Mansion raksasa yang dapat dilihat dari setiap sudut kota, jika tebakanku benar Mansion-mansion itu adalah kediaman seorang bangsawan setingkat Marquis dan Duke. Tidak mungkin lebih tinggi dari itu karena Istana kediaman Anne bahkan jauh lebih besar dari Mansion yang dapat kulihat di kota ini.
Di setiap sisi jalan akan ada beberapa pedagang kecil yang berjualan makanan dan barang-barang seperti senjata. Sementara itu gedung-gedung bertingkat disewa sebagai restoran, penginapan, dan berbagai jenis toko.
Di pusat kota ada sebuah taman yang sangat luas, tempat itu dihiasi oleh berbagai macam tanaman dan dekorasi patung. "Sungguh kota yang sangat besar dan makmur." Itu adalah kesan pertamaku saat berkeliling kota ini.
Kringg*
Sebuah lonceng kecil berbunyi saat aku membuka pintu, di dalam sana ada banyak sekali orang yang sedang berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Aku berjalan menuju resepsionis dan memesan kamar untuk satu Minggu.
Setelah mendapatkan kuncinya aku segera naik ke lantai tiga dan masuk ke dalam kamar, tempat itu cukup luas dan lebih indah dari kamar penginapan di kota Ollin.
Bahkan ada sofa dan meja di dalam sini, apa pemilik penginapan ini adalah orang yang sangat kreatif? Dia bahkan menyediakan tepat untuk tamu yang berkunjung.
Aku menggantung jubahku di belakang pintu dan berbaring di atas tempat tidur. Memang benar, ada harga ada kualitas. Tepat tidur ini lebih nyaman dari yang kudapatkan di kota Ollin.
ntar ku lanjut lagi baca nya...
semangat terus