Maudy harus merelakan masa muda nya untuk menjadi istri dari seorang laki-laki koma, ia menikahi laki-laki tersebut karena ulah ibu dan kakak nya yang gila harta.
Namun ternyata Maudy hanya berpura-pura sedih ia sejujurnya sangat bahagia terlepas dari keluarga angkat nya yang sangat mengerikan itu.
Hidup nya yang semula menderita seketika berubah seratus persen jadi lebih baik, suaminya yang koma ternyata adalah seorang CEO ia juga mendapat perlakuan baik dari mama mertuanya.
Bagaimana kehidupan Maudy dengan suaminya yang koma? Ayo baca kisah mereka di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode #33
"mau kemana kau?" tanya Elgara saat melihat Maudy yang ingin masuk ke dalam ruang rawat mama Mulia.
"Kali ini tolong tuan muda biarkan nyonya muda bertemu dengan nyonya Mulia," kata Yani kepada Elgara.
"Siapa yang yang berhak mengaturnya? Dia adalah boss kalian," kata Mona sambil menyimpangkan tangan.
Sementara Maudy tak mempedulikan mereka, dia membuka pintu ruangan tersebut dan kemudian masuk ke dalam.
Terlihat mama Mulia yang sedang terbaring lemah di atas ranjang.
Melihat Maudy, orang yang ia rindukan, mama Mulia seketika sangat bersemangat ia bahkan berusaha keras mengangkat bibir bawah dan atas untuk memanggil Maudy.
"Ma ... Mudy ..." Katanya. Itulah kata-kata yang sering ia ucapkan selama ia sakit.
"Mama," lirih Maudy yang kemudian menghampiri mama Mulia.
Dengan cepat Maudy mengengam tangan mama Mulia dan mencium nya, dengan air mata yang juga berderai menetes membasahi pipinya.
Semua orang terdiam melihat pemandangan itu, kecuali Mona yang merasa iri dan cemburu.
"Orang tua menyebalkan, kenapa dia tidak mati saja?" batin Mona.
"Sepertinya nyonya Mulia sangat senang dengan kehadiran mu, bagaimana jika kau membantuku untuk menjadi perawat nya?" kata Randy berdiri di belakang Maudy sambil memegang pundak nya.
"Tunggu apa yang kau maksud?" tanya Mona khawatir.
"Aku tidak bicara dengan mu, tuan muda Elgara bagaimana menurut anda?" tanya Randy menatap Elgara.
"Terserah dokter, aku ingin yang terbaik untuk mama ku, tapi jika terjadi sesuatu aku tidak akan bisa memaafkan kalian," ungkap Elgara pasrah.
"Maudy apa kau setuju? Aku akan membayar mu untuk ini," kata Randy ingin Maudy bekerja sama dengan nya merawat mama Mulia.
"Aku tidak butuh uang, aku bersedia," ucap Maudy tak tahan melihat kondisi mama Mulia.
Sejenak Maudy melupakan kejahatan Elgara kepada nya.
"Wanita sok polos awas saja kau," batin Mona yang membenci akan hal ini karena ia tak ingin mama Mulia sembuh.
Beberapa jam pun berlalu.
" Tuan muda, aku bisa membantu mu merawat nyonya Mulia, kenapa harus Maudy dia kan sudah banyak menyakiti mu, aku khawatir dia juga akan menyakiti nyonya, bagaimana kalau dia punya dendam?" tanya Mona mulai merasuki pikiran Elgara lagi.
"Sudah lah Mona, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, lagipula mama ku sangat menginginkan Maudy, aku tidak bisa menolak nya, lagipula Maudy sendiri adalah orang yang di pilih dokter Randy untuk jadi asisten nya," ungkap Elgara sambil memijat alis nya ia terlihat sangat pusing.
"Tapi tuan muda ..." Mona tak bisa berkata-kata lagi karena saat ini ia melihat Elgara yang tak ingin bicara dengan nya.
Keesokan harinya.
Pemilik toko bunga menghampiri Maudy yang sedang ingin membereskan barang-barang nya.
"Kau yakin ingin berhenti bekerja di sini Maudy? Apakah kau sudah memikirkan nya?" Tanya nya pemilik toko bunga tersebut.
Ya Maudy mengundurkan diri nya dari toko tersebut karena ingin menjadi asisten Randy.
"Bibi aku benar-benar minta maaf, tapi seseorang membutuhkan ku untuk merawat nya di rumah sakit, bibi bisa mencari penganti ku," kata Maudy sambil memegang kedua pundak sang bibi.
"Baik lah sayang, aku menghargai keputusan mu, kapanpun kau ingin kembali bekerja di sini, aku akan menerima mu, ini gaji mu bulan ini," kata sang bibi sambil memberikan sebuah amplop.
"Terima kasih banyak bibi," Maudy memeluk wanita paruh baya tersebut dengan perasaan haru.
Setelah berpamitan dengan pemilik toko tempat nya bekerja, Maudy pun di jemput oleh Randy untuk pergi ke suatu tempat.
"Terima kasih banyak sudah membantu ku, dokter Randy," kata Maudy sambil tersenyum.
"Kau ini, biasanya memanggil ku dengan sebutan kak, tolong jangan di ubah," kata Randy sambil tersipu.
"Ah baik lah, apakah kontrakan yang dekat dengan rumah sakit sudah di temukan?" tanya Maudy lagi.
"Tentu, aku juga sudah membayar nya, kau bisa langsung menempati kontrakan tersebut hari ini juga," kata Randy bertanggung jawab atas tempat tinggal Maudy selama menjadi asisten nya.
"Terima kasih banyak Kaka Randy, kau sangat baik benar-benar membantu ku dalam banyak hal," kata Maudy kepada Randy.
"Sudah lah, jangan terlalu di pikiran." jawab Randy sambil mengemudi mobil nya.
Namun tiba-tiba saja terdengar suara dering telpon Randy yang membuyar kan lamunan Maudy.
"Kak Randy, ada yang menelpon," kata Maudy kepada Randy.
Randy melihat ponsel nya dan segera ia menjawab panggilan tersebut.
Call on.
"Hallo ma, ada apa?" tanya Randy dengan lembut.
"Randy, mama sudah tiba di Jakarta, bisakah kau menjemput mama sekarang?" tanya mama nya di sebrang telpon.
"Apa? Apa mama tidak bersama papa?" kata Randy lagi.
"Awalnya papa ingin ikut, tapi sayang sekali pekerjaan begitu banyak jadi mama sendiri yang datang," jawab sang mama di sebrang telpon.
"Baik lah, aku akan segera ke sana, tunggu dalam beberapa puluh menit lagi," ucap Randy yang kemudian mematikan telepon secara sepihak.
Call off.
"Ada apa kak?" tanya Maudy sambil mengerutkan keningnya menatap Randy dengan tatapan bingung.
"Maudy maaf, kau tidak keberatan kan kalau kita ke bandara dulu? Mama ku datang ke Jakarta dan aku harus menjemput nya sekarang, kita tidak terlalu jauh dari bandara, namun jika aku mengantar mu ke kontrakan mungkin akan memakan waktu sedikit lama," kata Randy menjelaskan.
"Aku tidak masalah, tapi bagaimana dengan mama kak Randy? Bagaimana jika dia tidak suka melihat aku ikut dengan mu menjemput nya?" tanya Maudy.
"Mama ku bukan orang yang seperti itu, kita berangkat sekarang ya," kata Randy memganti arah mobil nya.
Maudy pun terdiam dengan perasaan yang sedikit campur aduk.
Tak butuh waktu lama mereka pun akhirnya tiba di bandara.
"Mama," kata Randy yang saat itu baru saja keluar dari mobil.
Terlihat wanita paruh baya yang berpenampilan elegan dan juga cantik menarik kopernya sambil melambaikan tangan dan berjalan ke arah Randy.
Maudy pun turun dari mobil tersebut dan berdiri tak jauh dari Randy, tak enak jika ia tak ikut menyapanya.
"Selamat siang Tante," kata Maudy sambil tersenyum.
"Randy siapa gadis ini?" tanya mama Dania kaget ketika sang putra menjemput nya dengan membawa seorang perempuan.
"Ma nanti Randy jelaskan, sekarang masuk dulu ke mobil," ucap Randy yang kemudian membantu sang mama meletakkan koper ke dalam bagasi mobil.
Mereka pun meningalkan bandara dalam beberapa menit kemudian.
Sepanjang perjalanan, mama Dania terus memperhatikan Maudy yang diam tak berkutik.
"Kau ini? ..." Ucap nya sambil memperhatikan Maudy.
"Dia Maudy ma, asisten Randy di rumah sakit," kata Randy lagi.
"Apa? Sejak kapan dokter punya asisten seorang gadis? Ah maksud ku coba kau jelaskan dulu," ungkap sang mama tak memahami keadaan ini.
Randy pun mulai memperkenalkan Maudy, kepada sang mama, namun sang mama kaget setelah mendengar penjelasan tersebut, yang mengetahui kalau Maudy bukan gadis melainkan janda.
Bersambung ....
Janda tapi perawan ya gays, soalnya Maudy kan belum pernah ngapa-ngapain sama Elgara.
