NovelToon NovelToon
Senyuman Kecil Untuk Maritsa

Senyuman Kecil Untuk Maritsa

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Single Mom / Janda / Selingkuh / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:11.2k
Nilai: 5
Nama Author: zi_hafs

Maritsa tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berubah menjadi janda..

Setelah kehilangan suaminya, Maritsa menemui beberapa rintangan dalam kehidupannya.
Bagaimana jika keluarga dari pihak mantan suami yang terus mengusik kehidupannya?

bahkan dia di ruduh merebut calon suami dari kakak iparnnya.

Mampukah Maritsa melewati semua itu?
Siapakah yang akan tetap bertahan disampingnya?

Yuk ikuti kisah Janda kuat yg satu ini..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zi_hafs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tamu Tak Diundang

Hari ini tepat dimana Maritsa memeriksakan kandungannya ke dokter dan diantar mertuanya. Tangan Mona selalu menggenggam posesif lengan Maritsa agar menantunya itu tidak tersandung. Sungguh mertua yang pengertian.

Sekitar 10 menit mereka mengantre pemeriksaan tekanan darah dan berat badan, akhirnya nama Maritsa dipanggil juga. Kedua wanita beda generasi itu melangkah semangat menuju ruang USG.

Maritsa tiduran di kasur khusus pemeriksaan kehamilan, dengan dibantu suster wanita untuk mengoleskan gel untuk USG, Maritsa pun siap diperiksa Dokter Obgin yang dipilih khusus oleh Zafran karena dokter tersebut terbukti handal dan terkenal dalam mengatasi keluhan pasien.

"Dok, bagaimana keadaan cucu saya?" Tanya Mona penasaran dengan mata berbinar.

"Dari panjang, berat badan, lingkar kepala nya normal sesuai dengan usianya. Detak jantungnya juga stabil. Bisa ibu lihat ada menara yang sangat jelas disana. Semakin terlihat jelas jika bayi ini sang jagoan. Hanya saja untuk ibunya harus istirahat yang cukup, perbanyak minum air putih. Hindari minuman dengan kadar gula tambahan yang sangat tinggi. Olah raga juga bisa dilakukan, misalnya ikut senam hamil atau yoga hamil agar sang ibu sehat. Satu bulan lagi, Ibu bisa datang kembali untuk kontrol. Ini saya resepkan vitamin agar ibu dan sang bayi sehat." Ucap dokter Allan, dokter langganan Maritsa saat memeriksakan kandungan.

"Alhamdulillah Nak, cucu ibu sehat. Ibu benar-benar tidak sabar untuk menggendongnya." Mata Mona terlihat berkaca-kaca.

Maritsa hanya bisa mengulum senyum. Dia kembali teringat almarhum Zafran yang tak pernah absen untuk mengantar Maritsa periksa kandungan. Zafran yang selalu semangat menanyakan kondisi bayinya ke Dokter Allan. Zafran juga nampak sangat menyayangi istrinya itu. Bahkan pertama kali Zafran mendengar detak jantung bayi nya, lelaki itu langsung menangis sesenggukan. Sampai-sampai Dokter Allan hafal dengan Zafran.

"Oh ya Bu, tumben sekali Pak Zafran tidak mengantar Bu Maritsa periksa? Apa pak Zafran sedang sibuk? Tolong sampaikan salam saya ke Pak Zafran ya Bu." Allan tidak tau kabar meninggalnya Zafran, spontan saja menanyakan keberadaan Zafran.

Maritsa yang tadinya sudah sedikit berkaca-kaca, ait matanya pun akhirnya luruh juga. Mona yang melihat gelagat Maritsa itu pun langsung memeluknya dengan erat.

"Maaf Dokter, sebenarnya anak saya, Zafran sudah meninggal dunia." Jawab Mona lirih sambil mengusap lengan Tiara dengan lembut.

"Innalillahi wa innaailaihi rojiun, mohon maaf Bu, saya benar-benar tidak tahu. Maafkan kecerobohan saya. Harusnya saya tidak beratanya seperti itu." Allan merasa bersalah karena menanyakan keberadaan Zafran. Sungguh dia tidak sengaja menanyakan hal itu.

"Tidak ada-apa Dok, Dokter tidak salah. Memang kenyataannya seperti itu. Kami sudah ikhlas Dok." Jawab Mona.

Setelah Maritsa merasa sedikit tenang, dia turun dari kasur dan bersiap untuk keluar ruangan karena masih ada beberapa orang lagi yang mengantre. Tak lupa Allan menyerahkan resep ke Maritsa untuk mengambil vitamin di apotek.

"Bu Maritsa, Bu Mona, sekali lagi saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas sikap saya yang melewati batas." Allan menangkup kedua tangannya di dada dengan sedikit menundukkan kepalanya.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan Dok, karena memang Dokter tidak bersalah. Hanya saja saya yang terlalu terbawa suasana. Maaf gara-gara saya, pasien yang mengantri semakin panjang. Kalau begitu kami pamit, terimakasih Dokter Allan." Ucap Maritsa parau.

"Kembali kasih Bu, hati-hati di jalan."

Allan menatap kedua punggung wanita itu dengan iba. Dia masih merasa bersalah karena pertanyaannya tadi.

***

Hari demi hari dilalui Maritsa dengan penuh semangat. Usia kandungannya saat ini sudah memasuki usia 8 bulan dan mengharuskannya untuk mengambil cuti melahirkan selama 3 bulan. Dia pun berpamitan ke semua anak buahnya.

"Bu Maritsa, nanti kalau sudah lahiran, jangan lupa kabarin kita-kita ya. Nanti kita bakal gantian buat gendongin baby gemoy." Rengek Della, salah satu anak buah Maritsa.

"Iya tentu Del, nanti biar saya bikinkan baliho yang besar dan ditempel di papan pengumuman biar semua orang tau kalau anak saya sudah lahir." Jawab Maritsa sambil tersenyum manis.

"Hahaha Bu Maritsa nih, suka becanda. Seneng banget pasti ya Bu nimang bayi. Jadi pengen deh." Ucap Della penuh damba.

"Loh kamu pengen punya bayi Del, nikah dulu loh ya baru bikin anak. Awas kebalik. Bahaya!" Celetuk Maritsa.

Semua anak buahnya tertawa mendengar respon manager nya itu. Semua bersalaman, cipika cipiki dan berpelukan. Kecuali anak buahnya yang laki-laki.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya, maaf jika ada salah saya yang disengaja maupun tidak. Mohon doanya juga untuk kelancaran persalinan saya." Mata Maritsa langsung berkaca-kaca.

Semua merasa sedih ditinggal atasannya yang baik itu. Padahal hanya sebentar, tapi mereka sampai ada yang menangis sesenggukan. Pertanda Maritsa adalah leader yang hangat dan care bagi anak buahnya.

Maritsa kemudian melangkahkan kaki keruangan Direkturnya, Rendra.

"Ajeng, apa Pak Rendra ada diruangannya?" Tanya Maritsa pada Ajeng, sekertaris Rendra.

"Oh ada Bu, silahkan masuk. Ibu mau pamitan ke pak Rendra ya.. Emm.. apa boleh Ajeng peluk ibu sebentar? Rasanya Ajeng bakal kangen sama Bu Maritsa." Rengek Ajeng sendu.

Maritsa langsung menarik tubuh Ajeng dan memeluknya meskipun terhalang bongkahan perutnya yang semakin membesar.

"Mohon doanya ya, Jeng."

Ajeng hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum. Matanya langsung berkaca-kaca.

Setelah proses berpelukan yang hangat, Maritsa segera mengetuk pintu dan mulai memasuki ruangan Rendra yang aura nya sangat dingin itu.

"Selamat sore Pak Rendra, saya ingin berpamitan karena besok saya harus cuti. Mohon doanya ya Pak, agar persalinan saya lancar." Pamit Maritsa sambil membungkukkan sedikit kepalanya.

Rendra hanya menatap lekat wajah ayu bawahannya itu. Raut muka yang tegang dan dingin menyeruak sampai-sampai hawa di ruangan itu seolah ikut membeku. Dia terus menatap Maritsa tanpa berkedip. Entah apa yang dipikirkannya saat ini.

"Pak Rendra maaf saya mau pamit." Suara Maritsa kali ini sanggup membuyarkan lamunan Rendra.

"Ehmm.." Rendra berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya karena ketahuan melamun.

"Oh iya, semoga persalinan Bu Maritsa lancar dan semuanya sehat. Saya sudah mengutus asisten saya untuk mengantar Bu Maritsa pulang. Jangan lupa kabari saya saat anda melahirkan."

"Baik Pak, terimakasih banyak atas doa dan bantuan yang bapak berikan. Kalau begitu saya pamit, Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." Jawab Rndra datar.

Setelah Maritsa pergi dari ruangan itu, Rendra segera menelpon Barri, asistennya.

"Halo, pastikan Bu Maritsa selamat sampai rumah. Ingat, jangan ngebut!"

"Siap laksanakan, Pak. Anda tidak perlu khawatir." Ucap asistennya itu.

Setelah sambungan telpon terputus, Barri tersenyum melihat tingkah Bos nya yang perhatian itu. Baru kali ini Bosnya terlihat khawatir dengan bawahannya dan bahkan sempat mencari tau tentang kematian suami Maritsa.

"Apakah gunung es akan segera mencair?" Barri berbiara sendiri sambil melangkahkan kakinya menuju mobil.

Hari ini Maritsa tidak bertemu Rayyan, karena sahabat nya itu sedang pergi dinas luar untuk menemui beberapa vendor. Jadi dia hanya berpamitan lewat telpon.

Tidak bisa dibayangkan jika mereka bertatap muka, pasti akan banyak drama perpisahan yang mengharukan dan menyebalkan pastinya.

***

Tak terasa usia kandungan Maritsa sudah berada di minggu ke-37. Dia merasa deg-degan karena sudah memasuki waktu persalinan. Setiap hari dia berdoa agar persalinannya lancar.

Malam ini dia merasa sangat kangen dengan mendiang suaminya, dia bercerita panjang lebar dengan foto Zafran. Meskipun terkesan aneh, tapi Maritsa merasa lega karena seperti Zafran berada di sekitarnya saat ini.

Saat sedang asyik bercerita, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Sepertinya dia kedatangan tamu.

"Siapa ya malam-malam kesini? Apa mungkin Rayyan yang datang? Tapi ngapain?" Maritsa bermonolog.

Maritsa melanjutkan ceritanya ke foto mendiang suami nya itu. dia berharap Hawa yang akan membukakan pintu.

Tapi lagi-lagi bel itu berbunyi. Membuat Maritsa menghentikan ceritanya.

"Bu Leeek.. ada tamu di depan. Tolong bukakan pintunya ya.."

Maritsa pun merasa begah jika keluar kamarnya. Dia hanya bisa berteriak dari dalam kamar. Beberapa kali Maritsa memanggil Hawa, tapi tak kunjung mendapat jawaban.

Akhirnya dia bergegas keluar kamar dan mencari dimana Bu Lek ya berada. Dia masuk ke ruang belakang dan melihat pintu kamar mandi sedang tertutup hanya ada bunyi kran.

*tok tok tok

"Apa Bu Lek ada di dalam?" Maritsa mengetuk pintu kamar mandi.

"Maaf ya Nduk, perut Bu Lek mules banget. Jadi semedi nya agak lama. Kamu saja ya yang bukakan pintunya."

Maritsa senyum dan menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Hawa dibalik pintu kamar mandi.

Dia pun berjalan pelan menuju ruang tamu dan segera membukakan pintu.

Setelah pintu di buka, ada sosok lelaki tegap. Kira-kira tingginya 185 cm. Kulitnya sawo mentah, hidungnya mancung, tatapannya tajam dan auranya sangat dingin.

Maritsa mengerutkan dahinya karena tidak mengenal tamunya kali ini. Dia seperti pernah bertemu tapi dimana dia juga tidak ingat.

"Maaf, anda mencari siapa?" Tanya Maritsa pelan.

Lelaki itu menatap Maritsa, sorot matanya yang tajam seakan menembus kornea Maritsa. Merinding itu pasti, tapi Tiara berusaha untuk bersikap wajar.

"Saya mencari anda Nyonya."

"Hah? Mencari saya?" Jawab Maritsa sambil menunjuk kearahnya.

"Iya, saya mencari anda. Perkenalkan saya Zacky, mantan suami Fiona."

Maritsa terkejut bukan main. Dia kedatangan tamu yang tak diundang. Datang tak dijemput pulang tak diantar.

Apa maksud Zacky menemui Maritsa?

Kenapa baru sekarang dia muncul disaat Maritsa sudah mengikhlaskan kepergian suami nya?

Ikuti kelanjutan ceritanya dan jangan lupa tinggalkan komentar yang positif ya ^_^

1
Ratna Nur
GK ad bonus chapter gitu Thor. nanggung🤭🤭🤭
zi_hafs: halo kak.. episode 53 sudah aku revisi ya.. nex episode 54 akan aku update/Kiss/
zi_hafs: halo kak, setelah dipikir ulang, sepertinya Author ingin melanjutkan novel ini. makasih ya udah ngasih saran/Grin/
total 2 replies
dinanti putri
Harusnya Mutiara Kak. Bukan Maritsa
zi_hafs: oh iya makasih koreksinya kak/Heart/
total 1 replies
Royana ayu
jadi bingung milih yang mana Thor?/Grin/
zi_hafs: pilih sesuai kata hati kak/Chuckle/
total 1 replies
Royana ayu
fix bosnya demen sama Marisa/Facepalm/
Royana ayu
visual nya mana Thor?
Royana ayu
semangat berkarya author/Good/
Ai
Nice story, Thor.
Mampir di karyaku jg ya
ɪsᴛʏ
alhamdulillah Maritsa sudah melahirkan..
ɪsᴛʏ
yg sabar Maritsa dan jadi wanita yg kuat..
ɪsᴛʏ
mantan yg gila....
zi_hafs: hihihihi sabar kak/Smirk/
total 1 replies
ɪsᴛʏ
aku mampir Thor..
zi_hafs: semoga suka ceritanya kak/Heart/
total 1 replies
Siti Munawaroh
bagus
zi_hafs: Terimakasih kakak../Heart/
total 1 replies
OBELISKC
Baca cerita ini kayak jalan-jalan di negeri dongeng.
zi_hafs: /Rose/ jalan-jalan bareng author ya ke negeri dongengnya/Heart/
total 1 replies
Bé tít
Waktu baca jadi cepat berlalu, keren abis!
zi_hafs: wah terimakasih kak, jadi makin semangat buat berkarya../Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!