Suddenly Got Married

 Tak terasa waktu berjalan cukup cepat. Hubungan Jihan dan Nathan sudah berumur lebih dari satu bulan. Mereka menikmati setiap momen bersama, mulai dari weekend bersama, makan bersama, liburan dan banyak hal yang mereka lakukan.

Namun waktu weekend Jihan tidak ikut bergabung, dalam acara makan-makan bersama semua karyawan kantor Nathan. Nathan tidak mempermasalahkan nya, ia memilih untuk weekend di hari yang sama, hanya berdua dengan Jihan.

Jihan semakin mencintai Nathan dan begitu sebaliknya. Namun, masalahnya Safira.....!!!

Kalian ingat Safira kan? Yaps gadis perawan itu, juga semakin gencar mengejar cinta Nathan. Gadis itu bahkan sering melakukan tingkah, agar di notice oleh Nathan. Namun Nathan tidak pernah curiga padanya, ia tetap menanggap Safira sekedar sekretaris nya.

Rasa cinta Safira lambat laun, mengubah nya menjadi terobsesi pada Nathan.

Ia bahkan pernah memasuki obat perangsang pada Nathan saat berada di ruang Nathan berdua, namun Nathan tidak sengaja menumpahkan minuman itu sehingga rencana Safira gagal.

Safira tidak akan menyerah untuk mendapatkan cinta Nathan. Ia akan melakukan apapun juga demi cintanya. Bahkan Nita sudah kewalahan, untuk mengingatkan Safira agar tidak terlalu obsesi. Semua karyawan memang belum tau, jika Nathan sudah menikah.

Banyak rencana-rencana yang akan Safira lakukan, demi memperjuangkan perasaan nya!

Nathan hanya milik nya, tidak ada yang lain!!! Itu pikir Safira. Semua yang ia klaim menjadi miliknya, harus tetap menjadi miliknya.

"Hoek....Hoek..." Jihan sudah muntah beberapa kali pagi ini.

"kamu kenapa sih Jihan?" tanya Nathan khawatir sambil menepuk-nepuk punggung Jihan.

"jangan dekat-dekat Than, parfum kamu bau banget" kesal Jihan menjauh dari Nathan.

"cuman dua semprot loh sayang" ucap Nathan mendekati Jihan.

Jihan lari dari kamar mandi, meninggalkan Nathan.

"kamu kenapa sih? emang aku sebau itu?" tanya Nathan duduk di pinggir kasur, sedangkan Jihan tidur dibungkus oleh selimut mereka.

"bau banget Than...pergi aja Than, aku ngak kuat" ucap Jihan sambil menahan perutnya, yang kembali memaksa dia untuk muntah.

"yaudah cium dulu, biar aku berangkat" ucap Nathan

Jihan menunjukkan wajahnya dari selimut, dengan menutup hidung nya dengan tangan nya.

"jangan dulu ya sekarang, perut aku mules pengen muntah terus" ucap Jihan

"kita ke rumah sakit? siapa tau kamu sakit" ucap Nathan

"ngak papa cuman malas aja" jelas Jihan

"beneran ngak papa? kamu dari kemarin-kemarin muntah terus lo" ucap Nathan khawatir pada Jihan.

"ngak, kamu cepetan deh pergi nya, bau banget Than. ucap Jihan

Mengingat ia ada rapat sekarang, membuat Nathan mengangguk saja. Ia ingin minta ijin agar tidak ke kantor pada Jihan, tapi ia takut Jihan marah jika bukan karena Nathan sakit.

cup

"kalau ada apa-apa telpon aku" ucap Nathan setelah mengecup kening Jihan

Jihan mengangguk dan kembali menyembunyikan badannya di dalam selimut, bertepatan dengan Nathan pergi.

"bi...tolong masakin makanan kesukaan Jihan ya" ucap Nathan pada Lina

"baik den" ucap Lina diangguki Nathan.

"Hoek....hoekk ....." Jihan terus saja muntah tidak jelas seperti itu.

Perutnya memaksanya untuk muntah, tapi yang keluar hanya cairan bening saja.

Jihan sedikit meremas perut nya, ia sangat mual rasanya.

"kok gue muntah-muntah terus sih?" tanya nya sambil mengelus-elus perut nya.

Jihan menghela nafas, sambil melangkahkan kakinya menuju lantai bawah.

Kalau soal pekerjaan Jihan, Jihan memilih untuk mengundurkan diri alias berhenti bekerja.

Ia takut suatu saat Nathan mengetahui nya, dan kecewa pada Jihan karena sudah membohongi nya dalam waktu yang lama. Akhirnya Jihan berhenti, tanpa Nathan ketahui.

"hoekk..." Jihan kembali muntah dan berlari ke kamar mandi.

"kenapa non?" tanya Lina yang ikut masuk ke kamar mandi.

"kenapa ada udang sih bi, di makanan Jihan?" tanya Jihan sambil mengelap bibirnya.

"den Nathan yang bilang non, kan non Jihan suka udang" ucap Lina pada Jihan.

Jihan mengelus perut nya, selera makan nya tidak ada lagi setelah kejadian tadi.

"jangan masak udang lagi ya bi" jelas Jihan sambil berlalu ke kamar nya.

"baik non" balas Lina sambil mulai membereskan sisa makanan.

"menurut mu nona Jihan kenapa ya?" tanya Lina pada salah satu maid teman nya, yang bekerja di bagian belakang rumah.

"emang non Jihan kenapa?" tanya Gress teman nya, yang masih berumur empat puluh tahun itu.

"non Jihan muntah-muntah beberapa hari ini" ucap Lina

Keduanya berada di belakang rumah, sambil membereskan beberapa hal disana. Sebenarnya Lina hanya nangkring, untuk sekedar menyinggung tentang Jihan beberapa hari ini.

"biasa itu perubahan iklim mungkin" ucap Gress

"perubahan iklim dari mana?" tanya Lina heran

"ya kan kita baru memasuki musim hujan sekarang, mungkin karna itu" ucap Gress random

Lina sedikit berfikir, apakah perubahan cuaca berdampak membuat Jihan muntah-muntah?.

"menurut mu ada yang lain ngak?" tanya Lina kurang puas. Gress menghela nafasnya, lalu meletakkan selang air yang ia gunakan untuk menyiram bunga. Gress berjalan menuju Lina, yang duduk di anak tangga.

"menurut saya kalau bukan karna itu, mungkin non Jihan hamil kali" ucap Gress

Plak

"sembarangan kalau ngomong" ucap Lina sambil menggeplak bahu Gress

"lah? emang iya kan? lagian mereka udah nikah" ucap Gress

"iya juga sih...tapi jangan sembarangan ngomong nanti bos marah, habis lo" ucap Lina mengingatkan

"bos konon, tuan kali" ucap Gress

"sama aja" balas Lina kembali masuk ke rumah untuk melanjutkan aktivitas, yang sempat tertunda.

Jihan kini berada di kamar nya, ia sedikit memainkan handphone nya agar melupakan rasa muntah nya.

Ia melihat semua postingan nya, mulai dari ia menggunakan Instagram dulu.

"jelek banget gue dulu" monolog nya saat melihat foto jaman sekolah nya.

"tapi kenapa ya, gue di bilang primadona? padahal buluk gini kok" tambah nya lagi.

"selera orang jam dulu, memang dibawah kkm" jelasnya.

Bibirnya sedikit tersenyum saat melihat foto-foto nya dulu. Tiba-tiba matanya, Ter arah pada salah satu foto. Foto Jihan dan Friska.

Hati Jihan kembali merindukan sahabat nya itu.

"lo kemana sih Fris? udah lupa sama gue?...gue udah nikah ya, ngak tau kan lo?" tanya Jihan sendiri sambil mengelus layar handphone nya. Ia tidak bisa menahan air matanya, untuk tidak keluar.

"andai gue bisa lihat lo lagi" ucap Jihan

"nomor lo aja udah ngak ada sama gue" monolog Jihan.

Semua data-data nya tertinggal di handphone lamanya, yang ia tinggalkan di panti.

"cengeng banget gue tiba-tiba" ucap Jihan sambil menghapus air matanya.

"gue harap lo masih tidur" ucap Jihan dengan berusaha mengangkat kedua sudut bibirnya.

Bersambung...

Happy reading guys🫶

Tinggalin jejak ya beb😍🫂