JANGAN AMBIL ANAKKU

Mike pun keluar dari rumah papanya itu dengan kesal. Ditambah lagi saat Mike keluar dari rumah, papanya itu sengaja membukakan pintu untuknya dan mempersilahkan dirinya untuk pergi dari rumah.

“Selamat menikmati pahitnya kehidupanmu tanpa uang ya Mike. Papa menunggu sejauh mana kamu bisa bertahan menghadapi gelombang hidup ini.” Ledek Pak Anwar pada Mike saat itu.

Mike hanya bisa melihat papanya dengan perasaan bercampur aduk antara sedih, marah dan kesal. Mike nggak menyangka kalau papanya itu bisa berbuat sesantai dan setega itu terhadapnya padahal dia sudah akan pergi dari rumah itu dan nggak tahu kapan bisa balik lagi. Mike malah merasa kalau sekarang papanya itu tidak merasa kehilangan Mike kalau Mike pergi dari rumah itu.

“Oke Pa. Selamat tinggal.”

Mike melihat papanya terakhir kali sebelum dia benar-benar pergi dari sana.

Pak Anwar yang dari tadi memasang wajah cuek dan nggak perduli, langsung menghapus air matanya yang tak tertahankan lagi setelah Mike pergi. Pak Anwar sebenarnya merasa sedih dan kecewa saat Mike memutuskan kalau dia lebih memilih pergi dari rumah itu dan menikah dengan perempuan yang dia tidak suka. Banyak hal yang sudah di rencanakan Pak Anwar untuk masa depan Mike. Namun dengan kepergian Mike saat ini, semua yang Pak Anwar sudah rencanakan harus kandas saat itu juga.

Pak Riko menatap kepergian Mike sampai bayangan punggungnya pun nggak terlihat lagi. Lalu dia menutup pintu rumahnya dan masuk ke dalam dengan perasaan yang kosong dan sedih.

Mike berjalan keluar dari pekarangan rumahnya tersebut dengan perasaan campur aduk karena mungkin dirinya akan meninggalkan rumah ini, rumah tempatnya dibesarkan dari kecil. Rumah di mana banyak kenangan dan menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya dari dia lahir sampai saat ini. Mike menoleh sekali lagi sebelum dia benar-benar keluar dari gerbang rumah itu dan menghela nafas panjang.

Setelah keluar dari gerbang tersebut, Mike menunggu gojek yang lewat dan memanggilnya. Walau nggak tahu mau kemana, Mike naik ke gojek tersebut untuk mutar-mutar mencari tujuan akan kemana dirinya setelah ini.

“Kita mau kemana sih bang? Kok dari tadi muter-muter aja?” Protes driver gojek tersebut.

“Hmm… Saya juga nggak tahu mau kemana. Yang jelas saya mau cari tempat untuk menginap murah Pak atau sejenis kos-kosan pak yang bisa bayar harian. Saya lagi nggak punya uang pak.” Mike berkata jujur.

“Astaga bang. Dari tadi kek bilangnya. Kan saya bisa beritahu mas.”

“Hehehe.. maaf pak. Saya kebingungan sendiri soalnya dari tadi.”

“Lagi ada masalah ya bang? Apa abang minggat dari rumah? Atau diusir dari rumah? Tapi melihat gerak gerik abang sih kayaknya abang diusir deh dari rumah” Tebak driver gojek tersebut.

“Iya pak. Saya habis diusir dari rumah. Saya bingung dan nggak tahu mau kemana. Apa mas bisa kasi masukan saya harus kemana?” Tanya Mike pada driver gojek tersebut.

“Apa abang mau ikut kemana saja saya akan sarankan?”

“Ya. Mau nggak mau Pak. Saya juga nggak punya pilihan lain.”Ucap Mike pasrah.

“Baiklah bang. Malam ini abang tidur di rumah saja saja. Besok saya antar cari kos-kosan murah untuk abang. Gimana?” Usul driver gojek tersebut.

“Apa nggak ngerepotin Pak?”

“Nggak lah. Dulu saya juga pernah di posisi abang. Saya diusir dari rumah karena berbeda pendapat dengan orangtua saya. Waktu itu saya juga sama kayak abang nggak tahu mau ke mana. Untung saja ada orang baik yang membantu saya dan menampung saya di rumahnya beberapa hari. Makanya saat saya melihat penumpang saya mengalami hal demikian saya ingin membantu mereka seperti saya dulu di bantu.” Cerita driver gojek tersebut.

“Oh ya? Makasih sebelumnya ya pak.”

“Jadi abang mau singgah ke rumah saya dulu?”

“Kalau keluarga bapak nggak keberatan saya oke saja.”

“Nggak akan keberatan kok. Kan saya juga tinggal sendiri. Istri saya sudah lama meninggal dan anak saya semuanya bekerja di kota lain. Jadi saya sendiri deh”.

“O gitu. Maaf ya pak kalau saya jadi mengingatkan bapak.” Mike jadi merasa bersalah.

“Iya nggak apa-apa bang. Saya juga sudah terbiasa hidup sendiri kok.” Driver gojek tersebut pun tersenyum.

Tanpa menunggu lagi, driver gojek tersebut pun membawa Mike ke rumahnya. Dia langsung membuka pintu dan mempersilahkan Mike masuk ke rumah itu.

“Silahkan masuk bang. Anggap saja rumah sendiri.” Titah Pak Budi driver gojek tersebut.

“Makasih Pak.” Mike pun dengan sungkan masuk ke dalam rumah itu.

“Maaf ya bang rumah saya kecil dan jelek kayak gini. Mudah-mudahan abang bisa betah ya di sini.”

“Nggak apa-apa pak. Saya merasa bersyukur dengan adanya pertolongan dari bapak setidaknya malam ini saya nggak tidur di kolong jembatan saat ini.”

“Ahh.. abang ini bisa saja.”

“Jangan panggil saya abang dong Pak. Panggil saja Mike.”

“Oke. Baiklah Mike. Sekarang kamu mandi dulu sana biar segar. Nanti kamu tidur di kamar ini ya. Ini dulunya kamar anak laki-laki saya.” Pak Budi berkata pada Mike.

“Oh iya. Makasih banyak pak. Kalau gitu saya mandi dulu ya pak.”Izin Mike pada Pak Budi.

“Iya silahkan Mike. Bapak akan memasakkan mie instan untuk makan malam kita. Kamu maukan?”

“Mau Pak. Mau. Apa saja yang bapak berikan saya akan makan kok pak. Tenang saja.”

“Baguslah. Saya takut kamu nggak mau makan mi instan. Karena saya lihat dari penampilan kamu sepertinya kamu itu anak orang berada. Takutnya kamu nggak mau bahkan belum pernah makan mie instan.” Tebak Pak Budi.

“Sebenarnya iya sih pak, tapi keadaan saya nggak seperti dulu lagi jadi nggak bisa pilih-pilih makanan lagi. Saya harus membiasakan diri saya Pak.” Jujur Mike.

“Hahaha.. sudah saya duga. Tapi nggak usah khawatir. Mie instan itu enak kok. Asal jangan tiap hari memakannya nggak baik untuk Kesehatan.” Pak Budi memberitahukan Mike.

“Iya pak. Saya tahu. Ya sudah saya mandi dulu ya pak. Badan saya udah lengket semua.” Izin Mike.

“Oh iya. Silahkan. Silahkan. Maaf ya bapak terlalu banyak tanya jadi membuat kamu nggak jadi jadi mandi.” Ucap Pak Budi sungkan.

“hahaha.. nggak apa-apa pak.”

“Ya sudah silahkan kalau kamu mau mandi.”

“Iya pak. Permisi pak.!” Mike izin melewati Pak Budi saat dia hendak menuju ke kamar mandi untuk mandi.

*****

Sementara itu di tempat lain, Sandra yang mulai bosan di rumah saja karena tidak ada kegiatan apapun yang dia lakukan, pun hanya bisa melihat foto-foto dirinya dan Mike saat hubungan mereka di awal pacaran. Sandra dan Mike nampak saling menyayangi satu sama lain. Sandra pun senyam senyum sendiri melihat foto tersebut sambil mengelus layar handphone nya tersebut.

Sampai Ketika pintu kamarnya Sandra di ketuk oleh seseorang dari luar.

****Tok.. Tok.. Tok…****

“Sandra.. Sandra.. Mama boleh masuk?” Sandra mendengar suara mamanya mengetok pintu kamarnya itu langsung menutup gambar dirinya dan Mike di handphone nya dan menjawab mamanya itu.

“Masuk saja ma. Pintunya nggak Sandra kunci kok.” Sahut Sandra.

Bu Mira pun membuka pintu kamar itu dan langsung masuk ke dalam kamarnya.

“Kamu lagi apa Sandra?” Tanya mamanya itu penuh perhatian.

“Hmm.. nggak lagi ngapa-ngapain ma. Cuma lagi lihat-lihat handphone saja untuk mengusir rasa bosan Sandra.” Jawab Sandra jujur

“Ooo.. mama kira lagi ngapain.” Bu Mira tersenyum sambil mengelus kepala Sandra.

“Memangnya mama kiranya Sandra lagi ngapain? Bunuh diri?” Ledek Sandra.

“Husshh.. nggak boleh ngomong gitu ahh. Nggak baik.” Larang Bu Mira.

“Hahahaha. Bercanda ma. Oh ya mama ngapain ke sini. Tumben..!!” Cetus Sandra.

“Hmmm.. itu.. anu.. mama ke sini mau bilang kalau papa memanggil kamu. Dia mau ngomong sama kamu. Kamu keluar ya Sandra.” Pinta bu Mira.

“Mau ngomong ma?”

Mendengar perkataan bu Mira bahwa papanya ingin bicara padanya Sandra pun jadi deg-degan.

“Waduh.. papa mau ngomong apa ya? Kok aku jadi takut?” Batin Sandra dalam hatinya yang tiba-tiba jadi ketakutan karena papanya mau bicara padanya setelah tiga hari ini mereka tidak bicara sedikitpun.