Shana Azizah terpaksa bekerja paruh waktu di sela-sela kuliahnya, orang tuanya terlilit hutang ratusan juta di bank dan terancam mengalami kebangkrutan.
Agar terbebas dari jeratan hutang, orang tua Shana terpaksa menjodohkan Shana dengan anak seorang pengusaha sukses yang usianya 10 tahun lebih tua dari Shana.
Shana mau menerima perjodohan tersebut dengan satu syarat, calon suaminya nanti harus bersedia menafkahi dirinya sebesar 20 juta sehari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat berkeluh kesah
"Kenapa sayang?"
Tanya Anggi heran, saat melihat sang menantu duduk di sebelahnya dengan muka yang di tekuk.
"Baru tadi lihat mereka bermesraan, sekarang udah marahan aja"
Heran Anggi di dalam hati.
"Itu Mah.. Mas Alvin, ngomongin mantannya terus. Kemarin wanita itu datang ke kantor Mas Alvin, sekarang mereka ketemu di Bali"
Cerocos Shana seakan menemukan tempatnya untuk berkeluh kesah.
"A-apa jadi Alvin masih suka menemui wanita j*lang itu?"
Shana mengangguk pelan, mengiyakan ucapan Anggi. Walaupun apa yang ada dalam pikiran Anggi tak sepenuhnya benar.
"Huhf! Ini gak boleh di biarkan!"
Anggi mengepalkan tangannya, wajahnya yang sudah di hiasi garis-garis haluspun kini mulai menegang.
"Kamu tenang ya sayang, nanti biar Mama yang bicara sama Alvin"
Senyum kemenangan tersungging dari bibir Shana, karna merasa Mama mertuanya itu kini ada di pihaknya.
Herman hanya menggelengkan kepalanya dengan pelan, tak ada niat sedikitpun untuk ikut terlibat dalam urusan kedua wanita yang ada di hadapannya itu.
KRING..KRING...
Ponsel Shana kembali berdering entah sudah yang ke berapa kalinya.
"Oh iya, Mama sampe lupa. Dari tadi Hp kamu bunyi terus loh sayang"
Mendengar keluh kesah sang menantu, membuat Anggi jadi lupa tentang apa tujuannya tadi sampai datang ke kamar Alvin dan Shana. Bahkan saat pemiliknya datangpun, Anggi masih menggenggam erat ponsel pintar berbentuk persegi panjang itu dalam genggamannya. Tak berniat untuk segera mengembalikannya pada sang pemilik.
"Oh ya.. dari siapa Mah?"
"Gak tahu Mama juga kamu angkat aja"
Akhirnya Anggi bisa memberikan ponsel itu pada pemiliknya, tanpa ada drama lagi.
"Kak Rizky?" gumam Shana saat melihat yang menelponnya malam-malam begini adalah kakak iparnya sendiri
"Assalamualaikum, Kak Rizky?" Shana membuka pembicaraan.
[waalaikumsalam, Akhirnya kamu angkat juga Nha, kakak telepon dari tadi lho]
"Maaf Kak, tadi Shana gak megang Hp. Ada apa ya?"
[Kakak kamu mau melahirkan, sekarang kami sudah berada di rumah sakit]
"Oh Ya, rumah sakit mana kak?"
Aura kebahagiaan terpancar dari wajah Shana, saat Ia mendengar kabar baik tentang sang Kakak.
[Rumah sakit harapan Bunda]
"Ok kak, Shana kesana sekarang ya"
Shana tak peduli walaupun malam sudah larut, dia ingin segera menemani kakaknya dan menyambut keponakan barunya secara langsung.
[Jangan Nha, gak usah buru-buru besok pagi aja kamu kesini. Tapi sebelum kamu kesini tolong kabarin Mama dulu ya, soalnya HP Mama gak bisa di hubungi]
"Iya kak, nanti Shana pasti kabarin Mama"
[Makasih Nha, Assalamualaikum]
"Waalaikumsalam"
Tut. Tut. Tut.
"Kenapa sayang? Siapa yang telepon"
Tanya Anggi penasaran, karna sedari tadi Anggi hanya mendengar perkataan Shana tapi tak bisa mendengar perkataan lawan bicaranya.
"Tadi telepon dari Kak Rizky Mah, suaminya kak Shaira. Dia ngabarin kalau kak Shaira udah mau melahirkan"
Jawab Shana antusias.
"Wah, yang bener? Yuk kita kesana sekarang"
Anggi yang semula sudah mengantuk, mendadak sumringah kala mendengar kabar bahagia itu.
"Kata kak Rizky besok pagi aja kesananya Mah..tapi..."
"Tapi kenapa sayang?" Jawab Anggi tak sabaran karna Shana menggantung ucapannya.
"Kata Kak Rizky, Mama gak bisa di hubungi. Kenapa ya?"
Raut wajah Shana berubah meremang karna membayangkan hal yang tidak-tidak tentang Vera.
"Apa Mama sama Papa berantem lagi?" Batin Shana
Ingatan Shana jauh terlempar ke masa lalu. Sebelum menikah dengan Alvin, gadis itu harus menyaksikan pertengkaran di antara kedua orang tuanya hampir setiap hari.
"Mungkin Mama kamu sudah tidur, ini kan udah malem sayang"
Memang benar yang di ucapkan Anggi jam sudah menunjukan pukul 23.00 malam, mungkin saja Vera sudah tertidur.
Tapi ucapan Anggi tak mampu menenangkan hati Shana, gadis itu terus gelisah dan kepikiran tentang orang tuanya. Apalagi setelah Shana mencoba menghubungi Vera dan Jefry, tak ada satupun diantara mereka yang menjawab telepon darinya. Membuat Shana semakin tak tenang.
"Shana mau ke rumah Mama sekarang juga Mah, Shana boleh minta tolong sama pak Amin buat anterin Shana ke rumah Mama gak?"
Pak Amin adalah supir pribadi keluarga mereka.
"Tapi, Pak Amin udah pulang dari tadi sore Nak, katanya dia kurang enak badan"
Kali ini Herman ikut bersuara.
"Biar Papa aja yang antar kamu kesana ya" Lanjut Herman.
"Yang bener pah, kalau gitu Shana siap-siap dulu ya"
"Kalau gitu Mama juga mau ikut ke rumah Mama kamu"
Anggi dan Shana berjalan menuju ke kamar masing-masing. Menyiapkan barang apa saja yang akan mereka bawa.
Ceklek ngeek
"Cih. Malah enak-enakan tidur!"
Shana berdecih kesal kala melihat Alvin tertidur dengan lelapnya, bahkan pria itu tak mencoba mengejar dirinya saat sedang merajuk tadi.
Shana memasukan beberapa pakaian dan barang yang akan Ia bawa ke rumah Vera, ke dalam sebuah koper dengan kasar. Namun Alvin yang nampaknya sudah sangat kekelahan dengan harinya yang begitu berat hari ini, tak merasa terganggu sama sekali dengan ulah istrinya.
Gret gret gret
suara koper yang di seret oleh Shana, membuat Alvin menggeliat. Senyumpun tersimpul di wajah tampan pria itu. Entah mimpi apa pria berwajah tampan itu sekarang.
"Oh ya Ampun, ganteng banget sih kamu Mas kalau lagi tidur gini. Aku jadi gak bisa marah lama-lama kan"
Shana tersenyum memandangi wajah yang nampak lelah itu.
Cup!
Sebuah kecupan Shana benamkan di kening sang suami.
"Aku pergi dulu ya Mas" lirih Shana setengah berbisik
"hmmm" Sahut Alvin dalam tidurnya.
Entah Pria itu sadar atau tidak, dengan apa yang di ucapkan oleh istrinya.
Vera itu termasuk ibu gila, emak sinting, mama sinting, mommy gak waras
sabar ya Na