Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 33: Tidak Ada Kesempatan
Pada akhirnya, keputusan akhir kerajaan adalah tetap mengangkat Shen Lihua sebagai Ratu Donghao yang baru.
Pada hari yang sudah ditentukan, Istana Lihua dihiasi kain berwarna merah. Pelayan sibuk mempersiapkan kamar Shen Lihua, karena setelah pelantikannya, dia secara resmi menjadi Ratu Donghao dan menjadi istri sah Raja.
Pada hari itu, Shen Lihua memasuki aula pengadilan untuk menerima titah resmi. Setelah titah diberikan, dia kembali ke istananya dan mulai merias diri.
Bagaimanapun, hari pengangkatannya berarti hari pernikahannya. Secara resmi dirinya akan menjadi istri raja, dan menurut peraturan Raja harus menginap di istananya malam ini.
Sebenarnya, seharusnya hari ini adalah hari yang besar. Menurut adat, Shen Lihua dan Nangong Zirui seharusnya menikah terlebih dahulu dengan pernikahan yang megah, kemudian baru menerima titah peresmian. Namun, Nangong Zirui ternyata tidak ingin mengadakan pernikahan kerajaan seperti yang ia lakukan dengan mendiang Ling Sui dulu dan meminta acaranya disederhanakan.
Ia beralasan bahwa bencana di beberapa wilayah Donghao masih belum selesai dan ingin menyederhanakan pernikahan. Saat dia sudah bertitah, maka tidak ada orang yang berani menentangnya. Bahkan Ibu Suri pun sekarang tidak banyak ikut campur dan hanya menuruti keinginan putranya.
“Yang Mulia, kamu sangat cantik. Mahkota Phoenix ini akhirnya menjadi milik Yang Mulia setelah sekian lama,” ucap pelayannya yang membantunya merias wajah.
“Tentu saja. Pilihkan untukku pewarna bibir yang sesuai,” ucapnya.
“Baik, Yang Mulia.”
Shen Lihua memandangi wajahnya yang telah dirias di cermin perunggu. Dia cantik, apalagi dengan mahkota phoenix di kepalanya. Akhirnya, ia berhasil menduduki posisinya setelah menunggu. Tidak peduli apa yang terjadi, Shen Lihua hanya perlu memperkuat dirinya mulai sekarang.
Dia juga harus segera memikirkan cara untuk merebut kembali kuasa militer Zichuan dari tangan Raja, jika tidak maka kakaknya akan menggunakan keluarganya untuk menekannya lagi. Semakin cepat maka semakin baik. Tapi, dia pesimis setelah ingat bagaimana perangai Raja.
“Lakukan sesuai rencana,” ucapnya pada pelayan. Pelayan itu mengangguk.
Setelah pelayan pergi, raut wajah Shen Lihua yang sudah dirias itu berubah suram. Raja benar-benar tidak adil padanya! Dia seorang Ratu, sudah sangat sepantasnya diberikan pernikahan mewah. Hanya karena dia berasal dari Zichuan dan kemarin kakaknya kehilangan kuasa militer di hadapan semua orang, bukan berarti dia harus diremehkan.
Dia mengepalkan tangannya dan buku jemarinya memutih. Kuku yang panjang dan dirawat dengan baik tersebut hampir saja patah jika Shen Jinglang tidak segera menahan dirinya. Sakit hati dan kekecewaannya bagaimanapun tidak boleh sampai terlihat oleh Raja.
Jika dia bisa membuat Raja bermalam dengannya malam ini, hal-hal di masa depan mungkin tidak akan terlalu sulit. Dia bisa jadi mendapatkan kembali dukungan Ibu Suri.
Kalau Ibu Suri tahu Shen Lihua bisa membuat putranya bermalam, maka dia akan senang dan berpihak padanya. Memikirkan hal itu, perlahan suasana hatinya mulai membaik dan ekspresinya berangsur-angsur kembali seperti semula.
Baru saja lewat waktu senja ketika pelayan di luar mengatakan kalau Raja sudah tiba. Shen Lihua segera berlutut di dalam aula, dia memandangi sosok Nangong Zirui yang tampak berbeda. Meski tidak memakai pakaian pernikahan, sosok itu tetap menawan di bawah cahaya lilin yang mulai menyala satu persatu.
“Salam kepada Yang Mulia,” ucap Shen Lihua.
“Bangunlah.” Nangong Zirui lalu menginstruksikan para pelayan agar keluar.
Pria itu memandangi sekujur tubuh dan penampilan Shen Lihua. Wanita ini berwajah cantik, hanya saja Nangong Zirui tidak melihat di mana sisi menariknya. Shen Lihua di matanya seperti gadis bangsawan lain, seperti bunga mekar di musim semi tapi tak semua orang dapat menikmati keindahannya secara utuh.
“Aku tidak bisa memberimu pernikahan megah yang kamu inginkan. Seperti yang kamu tahu, situasinya kurang tepat dan aku sebetulnya juga masih berkabung. Apakah kamu merasa aku tidak adil padamu dan telah menganiayamu?”
Shen Lihua menggelengkan kepala perlahan.
“Tidak, Yang Mulia. Aku sudah sangat bersyukur karena Yang Mulia bersedia menepati janji dan memberiku kesempatan untuk berbagi beban denganmu,” nada bicaranya terdengar lembut. Jika itu pria lain, maka sudah akan jatuh cinta gila-gilaan padanya. Sayangnya, hati Nangong Zirui sama sekali tidak tergerak.
“Duduklah,” ucap Nangong Zirui. “Minum anggurnya.”
Nangong Zirui telah menyeret Shen Lihua ke dalam pusaran arus kekacauan kekuasaan walau wanita itu sendiri yang melompat ke dalamnya. Dia tidak bisa memberikan hatinya, namun keinginan seperti meminum anggur pernikahan bersama seharusnya hanyalah hal sederhana yang bisa ia penuhi. Nangong Zirui menuangkan anggur ke dalam cangkir, kemudian meminumnya bersama Shen Lihua.
Sensasi terbakar dari cairan itu membakar tenggorokan Nangong Zirui. Ia rasa, anggur ini sangat keras. Dia menatap Shen Lihua yang duduk di depannya, lalu hening selama beberapa saat. Shen Lihua sedikit menunduk, menunggu apa yang akan dikatakan oleh pria itu selanjutnya.
“Shen Lihua,” Nangong Zirui memanggilnya. “Jika kamu bersedia mundur dari pertarungan ini, aku bisa memberimu jalan. Tapi jika kamu tidak bersedia, tidak masalah.
“Apa maksud Yang Mulia?” Shen Lihua terperangah.
“Jika kamu bisa menyingkirkan pemikiran yang ada di benakmu perihal aku dan kekuasaanku, aku bisa menjamin posisimu tetap aman. Posisi ini, bagiku tidak ada bedanya jika itu diisi dengan orang lain. Kamu tahu, posisi Ratu yang kamu duduki sekarang ini, bagiku hanya sebuah cangkang kosong.”
Shen Lihua sangat terkejut akan perkataan itu. Nangong Zirui ternyata berani mengatakannya secara langsung padanya. Tidakkah ia memiliki ketakutan kalau Shen Lihua akan memberitahukannya kepada Shen Jinglang? Bicara jujur seperti ini, di depannya, rasanya tidak terlalu bagus.
“Kamu bisa memikirkannya baik-baik.”
Kemudian, Nangong Zirui berdiri. Shen Lihua terdiam beberapa saat, kemudian pergerakan pria itu menyadarkannya. Ditatapnya Nangong Zirui dalam-dalam dengan tatapan memohon.
Shen Lihua kemudian mencekal lengan jubah Nangong Zirui dan berkata, “Yang Mulia, aku tidak mengerti apa yang kamu katakan. Satu hal yang harus Yang Mulia tahu, aku benar-benar tulus ingin berada di sisi Yang Mulia. Tidak bisakah Yang Mulia memberiku kesempatan agar Yang Mulia melihatku sekali saja?”
Sejak tadi Nangong Zirui sudah menahan diri. Sudah seperti ini pun, Shen Lihua masih saja pura-pura. Dia memang tidak akan menyerah semudah itu. Nangong Zirui melepaskan cekalan di jubahnya, menurunkannya perlahan sambil menatapnya. Shen Lihua seperti akan menangis.
“Bahkan jika Yang Mulia tidak menginginkanku, bisakah kamu memberiku muka dengan tetap tinggal di sini malam ini?”
Dia bukan pria bodoh yang naif dan polos. Dia bukan pria yang akan terperangkap kecantikan dan segala godaan. Nangong Zirui hanya tersenyum tanpa suara. “Aku tidak bisa memenuhi keinginanmu.”
Pria itu sudah berbalik dan berjalan, kemudian berhenti sesaat.
“Aku akan memikirkan cara menyelamatkan keluargamu. Bersikap patuhlah dan jangan macam-macam,” kali ini nada suara Nangong Zirui berubah tegas. Segala ekspresi lembut dan toleran yang tadi ia gunakan seketika menghilang. Tanpa melihat pun, dia bisa menerka seperti apa ekspresi Shen Lihua sekarang.
“Yang Mulia, perlukah sampai seperti ini?” Shen Lihua masih bertanya. Nangong Zirui menyunggingkan senyum sesaat.
“Aku hanya menerima orang yang memiliki pemikiran dan visi yang sama denganku.”
Kemudian, Nangong Zirui benar-benar pergi.