Terjebak dalam pilihan, hal itu yang dirasakan Raisa saat berusaha menyelesaikan masalah keuangan di keluarganya.
Keputusannya untuk mengikuti saran mucikari, malah mempertemukan Raisa dengan sang hot duda, Diego.
Akankah Raisa berhasil mendapatkan keuntungan dan melepaskan dirinya dari pesona hot duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rya Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjalin Hubungan.
Keduanya saling melerai pelukan dan juga tersenyum. Diego mencium kening Raisa dengan lembut dan dilanjutkan dengan mencium bibirnya, hingga mereka pun saling me lu mat sejenak lalu melepaskannya dan saling menempelkan kening keduanya dengan nafas yang memburu.
"Kau juga mencintaiku? Apakah itu artinya kita sekarang sudah menjalin hubungan, pacaran gitu?" Tanya Diego yang sebenarnya sangat malu, karena ia bukanlah ABG lagi, ditambah ia juga seorang duda.
"Ya tentu saja Tuan," jawab Raisa yang juga merasa malu.
"Jika kau memang sudah menjadi kekasihku, kenapa kau masih memanggilku dengan sebutan Tuan? Raisa, sekarang aku ini adalah kekasihmu bahkan aku akan menikahimu, jadi jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi," tukas Diego.
"Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? Bagaimana jika nanti Mama, Denis atau yang lainnya curiga jika aku memanggilmu dengan sebutan yang lain," ujar Raisa.
"Kau ini bagaimana sih, apa menurutmu aku akan merahasiakan hubungan kita? Tentu saja tidak. Aku akan langsung mengatakannya kepada Mama," tukas Diego.
"Hari ini juga?" Tanya Raisa.
"Iya, memang harus kapan lagi? Aku tidak mau menundanya Raisa, apalagi setelah apa yang kita lakukan, aku tidak mungkin menunda-nunda waktunya. Aku bukan pria brengsek seperti itu," ucap Diego yang sangat serius.
"Terima kasih ya, aku tahu bahwa kau bukan pria yang seperti itu. Bahkan dari awal saja aku sudah tahu jika kau adalah pria yang bertanggung jawab, kau selalu membuatku nyaman. Ternyata aku tidak salah mencintaimu Kak," ungkap Raisa, serta menekan ucapan terakhirnya itu.
"Syukurlah jika kau memang merasakan seperti itu, itu artinya cintaku tidak bertepuk sebelah tangan dan aku juga selalu merasa nyaman jika berada di dekatmu Sa. Tapi kenapa kau jadi memanggilku dengan sebutan kak?" Tanya Diego menatap kebingungan.
"Lalu aku harus memanggilmu dengan sebutan apa? Mas atau Om? Sepertinya Om lebih cocok," ujar Raisa tersenyum.
"Ish, terserah kau sajalah mau memanggilku dengan sebutan apa," hardik Diego yang mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah bete, merasa sangat kesal dengan wanita yang ada di depannya saat ini.
Tetapi ia cukup senang karena pada akhirnya Raisa bisa tersenyum kembali, melupakan masalahnya sejenak.
"Ya sudah jangan ngambek dong Sayang, aku 'kan hanya bercanda mau memanggilmu dengan sebutan Om," ucap Raisa yang membuat Diego langsung saja menatap ke arahnya.
"Kau panggil aku apa? Ulangi sekali lagi," pinta Diego.
"Sayang," ucap Raisa.
"Nah kalau begitu 'kan enak didengarnya. Terima kasih ya Sayang," ucap Diego yang kembali meraih tubuh mungil Raisa ke dalam dekapannya.
"Iya sama-sama, tapi kita tidak mungkin memanggil dengan sebutan itu di depan orang banyak ataupun di depan Mama dan Denis, kecuali di saat kita sudah menikah nanti. Jadi tidak salah 'kan jika aku memanggilmu dengan sebutan Kak Diego saja," ucap Raisa.
"Iya, itu terserahmu saja," jawab Diego menyetujui.
"Ya sudah kalau begitu aku mau membersihkan diriku dulu ya. Ini juga sudah siang, pasti Mama dan Denis mencari keberadaan kita," kata Raisa yang mengingat saat ini seharusnya ia sudah berada di kediaman Abimana untuk mengantar Denis pergi ke sekolah.
"Ya sudah kita mandi bersama ya, karena ini juga sudah siang tidak ada waktu lagi jika kita mandi masing-masing," ujar Diego.
"Kau ini apa-apaan sih Kak, aku tidak mau. Aku juga malu," tolak Raisa.
"Kenapa juga kau harus malu, aku sudah melihatnya Raisa dan tadi malam kita juga sudah melakukannya," ucap Diego yang mengeringkan matanya, menggoda Raisa.
"Pokoknya aku tidak mau," tukas Raisa tetap kekeh. "Akh … ," rintih Raisa di saat ia hendak beranjak dari tempat tidur.
"Kenapa?" Tanya Diego yang merasa sangat khawatir.
"Rasanya perih sekali," jawab Raisa dengan ekspresi wajahnya yang menahan sakit.
"Bagian mana yang sakit?" Tanya Diego yang sembari memeriksa tubuh wanita yang baru saja menjadi kekasihnya itu.
"Bagian bawah," jawab Raisa lirih tetapi membuat Diego langsung mengerti.
"Maafkan aku ya Sayang, aku benar-benar minta maaf. Itu pasti karena aku yang terlalu bersemangat sampai kau merasa kesakitan seperti itu," ucap Diego merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Sayang, itu juga 'kan karena kesalahanku," ucap Raisa, lalu ia pun mencoba untuk berjalan perlahan hingga tiba di kamar mandi dan membersihkan dirinya.
Setelah Raisa selesai, bergantian dengan Diego pula yang membersihkan dirinya. Lalu segera saja keduanya pergi meninggalkan hotel.
*****
Raisa yang meninggalkan ponsel dan tasnya di dalam mobil, melihat beberapa banyak panggilan tak terjawab dari orang tua Diego. Begitu pula dengan ponsel Diego yang di silent, ternyata juga ada beberapa panggilan tak terjawab dari ibunya. Sudah pasti Siska akan merasa sangat cemas karena sejak tadi malam dari pesta, Diego tidak pulang ke rumah dan tidak memberi kabar sama sekali. Begitu juga dengan Raisa yang sampai saat ini belum tiba di rumahnya.
"Kak bagaimana ini, pasti sekarang Mama dan Denis sedang mencari keberadaan kita. Bagaimana jika Mama tahu kita bersama, pasti kita akan menyakiti hati Mama," ucap Raisa yang merasa sangat cemas.
"Raisa, kau tenang saja ya. Aku pastikan Mama tidak akan mengetahui hal ini. Sekarang bagaimana kalau aku mengantarmu pulang saja, kau bisa beralasan sakit, jadi hari ini kau tidak perlu masuk bekerja," titah Diego.
"Lalu kau akan beralasan apa Kak?" Tanya Raisa yang juga khawatir dengan nasib kekasihnya itu.
"Kalau aku gampang Sayang, aku ini 'kan seorang pria, Mama pasti tidak akan terlalu khawatir terhadapku. Sekarang gini saja, aku akan menelpon Mama untuk memberitahu posisiku dan kau tetap beralasan seperti apa yang aku katakan tadi," ucap Diego yang ditanggapi anggukan kepala oleh Raisa, tanda menyetujuinya.
"Halo Ma," ucap Diego saat menghubungi orang tuanya itu.
"Ya ampun Diego, kau itu ke mana saja sih? Kenapa Mama telepon dari tadi tidak dijawab dan ternyata kau juga tidak pulang ya dari tadi malam, kau itu ke mana dan sekarang Raisa juga ada di mana, kenapa dia belum datang juga? Mama telepon juga tidak dijawab. Kalian berdua itu sudah buat Mama khawatir. Sekarang kau di mana Diego?" Tanya Siska dari seberang telepon.
"Maaf Ma tadi malam pulang dari party, aku diajak Riky ke klub malam sebentar, kebetulan Riky juga ada di acara itu. Tidak tahunya kita malah kemalaman dan aku menginap di hotel terdekat, aku juga minum sedikit Ma, takutnya tidak bisa membawa mobil karena pengaruh alkohol.
"Kau ini sudah Mama katakan berapa kali jangan minum alkohol lagi! Kalau sudah bersama Riky, pasti kau akan seperti itu. Tapi kenapa Darrel juga tidak tahu kau ke mana?" Tukas Siska.
"Iya karena aku juga tidak melihat Darrel waktu itu Ma. Dia juga sibuk dengan hal yang lain," jawab Diego yang mencoba meyakinkan ibunya itu.
"Ya sudah, jadi sekarang Raisa di mana? bukankah tadi malam kalian bersama?" Tanya Siska lagi.
"Soal itu, tadi malam sewaktu aku mengantar Raisa pulang, dia sedikit tidak enak badan. Apa mungkin Raisa sakit ya," ujar Diego.
"Kau ini bagaimana sih Diego, kau harus memastikan keadaannya. Bagaimana kalau Raisa benar-benar sakit dan sekarang dia itu hanya di rumah sendirian," ucap Siska ah yang merasa sangat khawatir.
"Ya sudah Ma sekarang ini aku sedang berada di perjalanan, biar aku menghampiri Raisa ke rumahnya dulu ya," kata Diego.
"Ya sudah, jangan lupa mengabari Mama ya. Biar Denis hari ini Mama saja yang mengantarnya ke sekolah. Mama yang akan menemani Denis," ucap Siska.
"Iya Ma, terima kasih ya," ucap Diego, lalu memutuskan panggilan telepon tersebut.
"Kak, apa ini tidak apa-apa membohongi Mama seperti itu? Jujur aku merasa bersalah Kak," ucap Raisa.
"Ya sudahlah Raisa, mau bagaimana lagi. Ini juga buat kebaikan 'kan? Memangnya kau mau kalau Mama tahu kita sudah menghabiskan malam bersama dan melakukan hubungan itu?" Tanya Diego yang membuat Raisa pun terdiam.
*****
"Sayang, mau sampai kapan kau marah seperti ini padaku. Aku 'kan sudah minta maaf. Bukankah aku juga sudah mengatakan padamu bahwa tadi malam itu tiba-tiba saja Diego datang, kalau seandainya aku tertangkap oleh Diego pasti semuanya akan lebih gawat lagi dan kita tidak akan mungkin bisa merencanakan hal yang lebih gila untuk menjebak Raisa, kau tahu itu 'kan? Aku minta maaf karena tadi malam aku telah gagal, tapi lain kali aku janji tidak akan seperti ini lagi," ucap kekasih Clarissa yang di saat itu terus saja membujuk kekasihnya itu.
Pasalnya karena rencananya tadi malam untuk menjebak Raisa telah gagal karena tiba-tiba saja Diego datang.
"Jadi ini yang kau katakan ingin membantuku dan rencanamu pasti akan berhasil, iya? Mana buktinya, yang ada kau malah gagal. Satu lagi apa kau yakin jika tadi malam wanita itu benar-benar sudah meminum minuman yang kau berikan?" Tanya Clarissa.
"Tentu saja aku sangat yakin. aku juga sudah melihat bagaimana Raisa mengalami efeknya, dia menahan tubuhnya itu bahkan hampir pingsan," jawab pria tersebut.
"Jika memang seperti itu, lalu bagaimana Raisa akan menyalurkan hasratnya itu? Bagaimana dia akan melampiaskannya, dengan siapa? Apa dengan Diego?" Tanya Clarissa panik.
"Maybe," jawab pria itu.
"Itu sama saja kita bukan menghancurkan Raisa tetapi malah membuat mereka bersatu. Kau ini bagaimana sih, masa seperti itu saja tidak becus. Seharusnya kau pastikan dulu dengan siapa Raisa melampiaskan hasratnya itu," ucap Clarissa.
"Bukankah tujuanmu ingin menghancurkan wanita itu dan aku sudah melakukannya Clarissa!" Bentak pria itu, tak terima disalahkan.
"Dasar bodoh, kalau begini caranya bagaimana aku bisa mendapatkan Diego kembali? Yang ada mereka malah akan mudah untuk bersatu," gumam Clarissa.
"Kau bilang apa tadi? Katakan sekali lagi kau bilang apa!" Bentak pria tersebut sembari mencengkram dagu Clarissa dengan sangat kuat serta menatapnya dengan tajam, membuat Clarissa merasa kesakitan dan juga ketakutan.
Bersambung …