Quinn, seorang gadis berusia 26 tahun itu memiliki kehidupan yang sempurna. Namun, siapa yang menduga, dibalik kehidupan yang sempurna Quinn sangat terkurung. Sebab sebagai putri seorang mafia membuat Quinn tidak bisa hidup dengan bebas.
Quinn memang memiliki kehidupan yang sempurna. Akan tetapi, Quinn nyatanya sangat apes pada percintaannya. Sekalipun Quinn memiliki harta melimpah dan juga paras rupawan, nyatanya tak bisa membuat Quinn menemukan cinta sejatinya.
Sampai tanpa sengaja, Quinn bertemu dengan Dimitri. Seorang laki-laki berusia 30 tahun itu terus mengganggu Quinn.
Akankah Dimitri bisa meluluhkan hati wanita tangguh dan cerdas seperti Quinn? Lantas bagaimana respon Dimitri ketika dia tahu kalau Quinn adalah putri seorang mafia yang sangat disegani pada masanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sisca Nasty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33 Pantang Menyerah
Dimitri tertunduk. Ia tidak menyangka kalau Daddy Quinn sudah mencari Quinn sampai sejauh itu. Otak Dimitri berpikir keras. Pun sama halnya dengan Quinn. Wanita itu pasti tahu bagaimana Luca bertindak.
"Gawat! Kalau sampai daddy tahu, orang yang pertama kali membuatku terjebak di kapal pesiar Dimitri. Pasti Dimitri hanya akan tinggal nama saja. Bagaimana ini? Sekarang apa yang akan dilakukan oleh Dimitri?" Quinn membatin gelisah.
Quinn yang sangat paham bagaimana karakter Luca mulai menciut nyalinya. Jika dirinya ketahuan berbohong dan membela Dimitri, tamat sudah kebebasan Quinn selama ini. Namun, Dimitri tiba-tiba menoleh ke arah Quinn. Membuat dahi Quinn mengernyit bingung. Bahkan Dimitri terlihat tersenyum.
"Dasar otak udang! Kenapa dia malah tersenyum?" umpat Quinn dalam hati.
"Quinn kau ingat saat kau bertengkar dengan temanmu?" Dimitri tiba-tiba mengungkit teman Quinn.
Di sisi lain, Quinn semakin bingung. Quinn tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Dimitri. Saat Quinn yang mencoba meminta jawaban dari sorot mata, ada Luca dan Tiffany tengah mengawasi gerak-gerik dua orang itu.
"Sepertinya Quinn tidak tahu apa yang kau katakan. Mengapa kalian terlihat berbisik-bisik begitu? Kau tidak sedang mempermainkan putriku bukan?" desak Luca.
"Mungkin Quinn lupa saat itu dia membolos bekerja dan pergi ke puncak. Waktu itu kau mengatakan kalau ada temanmu yang bermasalah bukan, Quinn? Jadi kau memilih untuk menenangkan diri. Saat aku ingin menghiburmu, kau malah pergi meninggalkan aku." Kata Dimitri seketika membuat terang otak Quinn.
"Ah, benar! Daddy, dia mengikuti aku karena khawatir padaku! Waktu itu aku ingin sendiri karena temanku marah. Tapi Tuan Dimitri memang berusaha menghiburku kok. Aku juga tahu kalau niatnya baik tapi malah aku usir. Jadi, Tuan Dimitri tidak memiliki niat jahat pada Quinn," bela Quinn. Padahal kini wanita itu tersenyum karena kesal melihat Dimitri.
Penuturan Quinn nyatanya tak memuaskan Luca. Laki-laki itu menatap tajam pada putrinya yang rupanya masih saja membela Dimitri. Kedua tangan Luca terkepal erat.
"Si*l! Putriku yang aku cintai ini malah membela laki-laki lain! Padahal aku adalah daddy-nya. Ini semua karena cecunguk ini! Awas saja! Aku tidak akan melepaskannya!" Luca membatin penuh kekesalan.
"Kalau begitu, seharusnya kalian bisa menjelaskan bagaimana Quinn berada di kapal pesiar bukan? Aku lihat dari kamera CCTV di pelabuhan, kau tidak bersama dia, Quinn. Lalu kalau kalian memiliki hubungan baik, mengapa Quinn harus melompat ke dalam lautan luas? Quinn, tindakanmu ini bisa merenggut nyawamu. Apa kau buta tentang nyawamu yang hampir hilang itu?" Luca terus mendesak Quinn supaya berani mengatakan dengan jujur.
Quinn tidak terkejut. Sebagai orang yang sering bersinggungan dengan musuh, pasti Luca bisa menelusuri jejak musuh. Dimitri menghela napas. Sepertinya kini ia sedang berhadapan dengan orang yang sama seperti dirinya.
"Quinn menghilang selama 2 minggu di pulau. Sebelum itu kalian berdua berdebat dan kau laki-laki yang membuntuti Quinn. Kemudian entah bagaimana Quinn berada di kapal pesiar. Kau tidak menculik putriku bukan?" Luca mengeratkan lehernya. "Untung aku masih memiliki Nichole yang bisa aku handalkan dalam keadaan seperti ini. Meskipun kemampuannya tidak sehebat Quinn. Tetapi sejauh ini dia cukup membantu," batin Luca dengan senyum mengembang dibibirnya.
Sorot mata Luca begitu tajam menusuk Dimitri. Quinn tak mampu menjawab lagi. Wanita itu mulai kehabisan ide. Pikirannya tertuju jika Dimitri menjawab dengan jujur kalau dialah yang menculiknya.
"Mungkin Daddy akan melukai Dimitri. Aku tahu dia salah karena menculikku. Tapi, kalau begini terus Dimitri bisa mati!" batin Quinn.
"Tuan, kalau seandainya saya mengatakan tidak memiliki niat buruk pada Quinn apakah Anda akan percaya pada saya?" tanya Dimitri.
"Tidak, Dimitri! Jangan mengatakan dengan jujur! Kau akan mati di sini!" Quinn membatin gelisah dalam hati.
"Menurutmu?" balas Luca.
"Saya memang menculik Quinn. Tapi, saya hanya ingin mengajaknya berjalan-jalan. Saya tidak menyangka kalau Quinn malah berpikir saya memiliki niat jahat padanya. Untuk itulah Quinn terjun ke laut. Sungguh! Saya tidak memiliki niat buruk kepada Quinn!" ungkap Dimitri.
"Bod*h! Kau akan mati, Dimitri!" sesal Quinn dalam hati.
"Kurang ajar! Siapa kau? Beraninya menculik putriku?" Luca kembali berdiri dari tempat duduknya. Dada bidangnya bergerak naik turun.
"Daddy!" Quinn juga ikut berdiri. Suasana di ruangan itu memanas. Tiffany yang tidak tahu harus dipihak siapa memilih untuk mengatur napasnya yang juga terasa sesak.
Dimitri tidak mau kalah. Pria itu juga berdiri dan memandang Luca dengan sorot yang tajam. Bagaimanapun juga dua pria itu sama-sama ketua mafia. Mereka memiliki watak yang keras dan pantang menyerah. Segala sesuatu yang mereka ingin harus mereka dapatkan.
"Anda mau bertarung dengan saya, Tuan? Jika saya kalah, saya tidak akan mendekati Quinn lagi!"
"BODOH!"