ini squelnya dokter tampan, sarangheo yang menceritakan kisahnya Alvian.
Alvian Pratama Atmaja dijodohkan oleh sang kakek dengan gadis bercadar yang bernama Nafisah Adelia putri. Alvian tidak mencintai Nafisah karena dia sudah mempunyai wanita dambaannya.
Alvian memberikan perjanjian perceraian setelah enam bulan mereka menikah.
Akankah Nafisah menyetujuinya atau Mala bertahan dengan suami dingin yang tidak mencintainya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon umi ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
"Haaaaaaaaa......" Alvian melempar semua barang yang ada dinakas hingga berserakkan
"Pa, Alvian pa". Mendengar teriakan Alvian,Mama dan papa berlari menuju kamar Alvian.
Ceklek
Betapa kagetnya mama melihat kondisi kamar Alvian yang berantakan.
"Al." mama menghampiri Alvian.
"Ma" Alvian mendongak melihat mama nya. "A..anak Al ma" ucapnya lirih dan terbata.
"Anak?" tanya mama bingung.
Alvian memberikan benda pipih bergaris dua itu pada mama nya, dan betapa kagetnya sang mama melihat itu.
"Al, I..ini?"
"Ternyata Nafisah sedang mengandung ma, anak Al." lirih nya.
Mama langsung berhambur memeluk Alvian, tangis mereka pecah memenuhi kamar.Papa yang tak kuasa menahan tangis pun ikut memeluk Alvian dan mama rosa.
Alvian menangis histeris sesenggukkan,dadanya begitu sesak mengetahui istrinya sedang hamil.
"Al, sudah nak, tenangkan dirimu" Ucap mama sembari juga ikut menangis sesenggukkan.
"Al..Al." mama mengurai pelukannya melihat Alvian sudah tidak sadarkan diri."Pa ,Al pingsan pa.
Papa sigap mengangkat Alvian dan membaringkannya keatas ranjang,dan memanggil dokter keluarga mereka untuk memeriksakan kondisi Alvian. mama membersihkan kamar Alvian yang berantakan.Tak lama dokter Ronald pun datang dan memeriksa keadaan Alvian.
"Bagaimana keadaan nya dok?" tanya mama rosa.
"Alvian tidak apa apa nyonya,jangan khawatir, dia hanya dehidrasi dan kekurangan asupan,ditambah beban pikirannya hingga membuat tubuhnya lemah." Dokter Ronald menjelaskan.
"Ia dok, sudah tiga hari ini dia kacau,bahkan makan pun ia jarang." Mama melihat Alvian iba, setetes bulir bening jatuh dari pelupuk matanya.
"Ini saya kasih resep obat,agar Alvian cepat pulih." Dokter Ronald memberi secarik kertas berisi resep obat pada mama rosa dan berpamitan pulang. Papa mengantar dokter ronald sampai depan pintu keluar.
Malam ini Alvian tidur sangat nyenyak,entah karena lelah atau karena obat yang diberi dokter, tapi paling tidak tubuhnya bisa istirahat setelah tiga hari ini yang menggoncang jiwa nya. Ia terbangun saat matahari sudah tinggi di menampakkan cahayanya, ia mengucek ngucek mata nya menetralkan dari cahaya.
"Sayang, kamu dimana? apa kamu dikamar mandi?" tanya nya serak, suaranya memang serak karena berhari hari menangis.
"Sayang", ucapnya lagi sembari menyandarkan tubuh nya di kepala ranjang nya.Bulir bening pun jatuh menetes dipeluk matanya saat ia mengingat bahwa Nafisah istrinya sudah tiada.Ia membekap mulutnya menahan suara agar tidak keluar saat menangis.Bayang bayang dan suara Nafisah ingin mendengar Alvian menyatakan cinta padanya masih terngiang ditelinga nya.Ia mengusap wajahnya kasar, sangat menyesal.
"Sayang, Aku mencintaimu, sangat,sangat mencintaimu." lirihnya.
Ceklek, suara pintu kamar Alvian terbuka.
"Al, kamu sudah bangun nak!" Mama masuk membawa nampan sarapan pagi untuk Alvian.
"Sarapan dulu sayang,mama buatkan bubur".
"Al gak nafsu makan ma" tolak Alvian.
"Al, kamu harus makan, nanti kamu sakit."
"Al gak peduli ma, Al gak masalah kalau sakit agar bisa menyusul istri dan anak Al."
"Alvian." bentak mama rosa. "Kamu jangan egois Al, kamu pikir cuma kamu yang kehilangan? mama juga kehilangan menantu dan cucu mama. Kamu gak kasihan dengan mama? mama sakit lihat kamu begini Al. Mama ibu yang melahirkan kamu,jadi bagaimana mungkin mama tidak merasakan sakit jika kamu seperti ini, kamu mau membunuh mama Al?" Mama rosa mengusap pipinya karena air mata yang membasahi.
"Maafin Al ma." Alvian menunduk
Mama rosa langsung memeluk Alvian sembari menggosok punggung Alvian lembut.
"Lebih baik kamu doakan mereka Al, tidak baik meratapi terus, mereka pasti tersiksa melihat mu seperti ini."
"Al akan coba ma."
"Sekarang kamu makan, tubuhmu sangat lemah kekurangan nutrisi, jadi habiskan bubur mu ini."
Alvian menyuap bubur kedalam mulutnya, sesendok demi sesendok ia suapkan kedalam mulutnya, air mata nya juga ikut menetes setiap sendok bubur yang masuk ke mulutnya. Ia teringat Nafisah menyuapkan bubur saat ia sakit.
Selesai sarapan ia membersihkan dirinya kekamar mandi dan berpakaian santai,ia keluar apartemennya dan menaiki mobilnya.Ia melajukan mobilnya ketempat dimana istrinya mengalami kecelakaan.Ia kembali menatap kebawah jurang yang begitu dalam.
"Sayang, bagaimana keadaan kalian?" Gumamnya dalam hati, tanpa terasa bulir bening itu jatuh membasahi pipinya.
Sudah tiga hari ini Alvian mengurung diri dalam kamarnya, waktunya ia habiskan hanya merenung dan mengunjungi tempat istrinya kecelakaan. Kantor? ia mengabaikan pekerjaannya dikantor,untung saja ada Azka yang bisa menghandle perusahaan,jika tidak sudah dipastikan Alvian akan bangkrut.
***
Disisi lain seorang wanita sedang berbaring di brankar rumah sakit, sudah seminggu ia mengalami koma.
"Dokter, bagaimana keadaanya". Tanya wanita paruh baya kepada dokter.
"Alhamdulillah buk, keadaannya semakin membaik, dan kandungannya juga baik, insyaallah ia akan sadar secepatnya." ucap dokter tersebut.
"Alhamdulillah", jawab wanita paruh baya itu, memandangi wanita muda itu, dia adalah Sarah, seorang wanita paruh baya yang menemukan Nafisah di pinggiran sungai.
Sarah menggenggam tangan Nafisah, ia meneteskan air mata melihat Nafisah. Ia teringat akan putrinya yang sudah meninggal saat masih SMA. "Pasti keluarganya sangat sedih mencari mu nak. Ibu tidak menemukan identitas mu hingga tidak bisa mengabarkan keluargamu." gumamnya pelan.
Ada pergerakan dijari jari nafisah, Sarah menatap Nafisah senang, senyumnya terbit dibibirnya. Dengan pelan Nafisah membuka matanya.
"Nak, kamu sudah sadar?"
"Eh.."Nafisah memegang kepalanya yang terasa pusing saat hendak bangun.
"Jangan dipaksakan, kamu berbaring saja."
"A..aku di..dimana?" tanyanya dengan suara pelan.
"Kamu dirumah sakit nak".
"Ru..rumah sakit?" tanya nya bingung sembari meringis.
"Ia, kamu dirumah sakit, sudah seminggu ini kamu tidak sadarkan diri."
"I..ibu siapa?"
"Saya Sarah. Kamu siapa nama nya? Dimana keluargamu agar ibu bisa mengabari keluarga mu."
Nafisah menggeleng. "Sa..saya tidak tahu."
Sarah kaget mendengar jawaban Nafisah. "Kamu gak tau siapa nama mu?" tanya Sarah lagi,dan Nafisah hanya menggeleng.
"Ya Allah" Sarah membekap mulutnya kaget, dan segera ia memanggil dokter.
Dokter memeriksa keadaan Nafisah,ia menanyakan beberapa hal, nama,keluarga,bahkan kejadian sebelum ia kecelakaan,namu Nafisah tetap tidak mengingatnya.
"Dokter, apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Sarah saat dokter selesai memeriksa Nafisah.
"Hufff..." dokter menghela nafas.
"Sepertinya nona ini mengalami amnesia akibat benturan dikepalanya"
"Apakah ingatannya bisa kembali dok?"
"Kemungkinan besar bisa buk,tapi kita tidak tahu kapan,bisa cepat dan bisa juga lama."
"terima kasih dok,"
.
.
.
Bersambung.