Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melampaui Batas
Dewa memacu mobilnya dalam kecepatan tinggi. Tidak mempedulikan jalanan yang masih dipadati oleh kendaraan. Hasratnya cuma satu, sampai di rumah lebih cepat agar bisa mengguncang tubuh Ayra dengan kuat, berharap gadis itu sadar apa yang dia inginkan.
"Sialan! Apa susahnya, sih, jadi istri penurut?" umpatnya membanting stir dengan tangan kiri. Foto Ayra yang dipamerkan di ruang rapat tadi mampu menghidupkan rasa cemburunya. Galak seperti api yang siap membakar.
"Kamu sudah pulang, Dewa? Ada apa? Kenapa wajahmu tampak tegang?" Maya yang berada di ruang tamu, berdiri dan segera menyambut kedatangan putranya itu.
"Ayra mana, Ma?"
"Untuk apa kamu cari gadis gila itu? Oh iya, mumpung Mama ingat. Sejak pagi, Mama sudah bongkar kamar kamu, Mama atur ulang, jadi tampak lebih rapi lagi. Sekalian Mama mau buang keluar barang-barang gadis kampung itu. Mama heran, kenapa kamu masih nurut aja apa kata Papamu, soal gadis itu!"
Dalam benak Dewa saat ini sudah dipenuhi banyak masalah tentang Ayra, kini ibunya menambahi dengan mengatur kamarnya tanpa izin.
Dia terjebak. Kalau sampai dia mengatakan keberatan karena Ayra pindah dari kamarnya, maka akan ketahuan kalau dia menginginkan gadis itu tetap di sana. Bukan hanya itu, ibunya bisa berubah jadi wanita gila yang marah-marah padanya.
"Terserah, Mama!"
Dewa meninggalkan ibunya. Bicara dengan Maya membuat kepalanya semakin sakit.
Tunggu punya tunggu, Ayra masih belum pulang, padahal sudah hampir jam makan malam. Dewa yang duduk bersama ayahnya melirik pria paruh baya itu, ingin melihat apa reaksi ayahnya kalah Ayra nanti pulang.
"Pa...," panggil Dewa, tapi sebelumnya melirik ke sekitar, jangan sampai ibunya ada di dekat mereka dan mendengar pembicaraannya.
"Emm?"
"Ayra belum pulang, Papa gak khawatir?"
"Oh, dia tadi izin. Katanya masih ada acara dengan produser. Dia ditawari membintangi iklan lagi."
Bak bara api yang kembali disiram bensin, emosi Dewa kian bertambah. Dewa merasa tidak dihargai oleh Ayra. Masa ayahnya dihubungi, tapi dia selalu suami tidak mendapatkan kabar.
Tepat saat bi Inah mengabarkan makan malam siap, Ayra memasuki rumah. Asyik berdebat soal apa yang patut dan tidak dilakukan oleh seorang istri di luar rumah, mereka sampai tidak mendengar suara langkah Ayra.
"Malam, Om, maaf ya, aku pulang terlambat." Ayra merasa kikuk bertemu muka dengan Dito meski sudah meminta izin. Sementara Dewa yang mendelik kesal, tidak dilirik sama sekali hingga membuat pria itu kebakaran jenggot.
"Sudah tidak apa-apa. Sekarang kamu mandi, biar kita makan malam bersama," jawab Dito lembut.
"Tunggu!" Langkah Ayra yang sudah bersiap naik ke atas, terhenti. Dia berbalik melihat ke arah si pemilik suara.
"Ada apa lagi, Dewa? Biarkan istri kamu bersih-bersih dulu, biar kita bisa makan bareng. Dia pasti sudah lapar dan lelah."
"Istri? Papa bilang dia istriku? Kalau benar dia memang istriku, harusnya dia menghormati ku, Pa. Harusnya dia dengar ucapanku. Harusnya dia pergi atas seizinku. Harusnya kalau dia pulang terlambat, minat izin padaku, bukan pada Papa!"
Teriakan Dewa membawa Maya yang sejak tadi turut menyiapkan makan malam di dapur segera menghambur ke luar. Mendapati tiga dua pria dalam hidupnya tampak sedang berdebat.
"Apa lagi ini? Ada apa, Mas? Kenapa Dewa sampai berteriak begitu?"
"Tanya sama anak kamu!" tegas Dito yang kembali merasa malu di depan Ayra. Anaknya begitu berani menghardiknya di depan Ayra seolah dirinya tidak punya hak untuk dihormati di rumah itu.
"Dewa, ada apa ini?" Tidak mendapat jawaban dari Dewa, pandangannya beralih pada Ayra.
"Ini pasti karena kamu. Ulah apa lagi yang kamu buat di luaran sana?" teriak Maya penuh emosi. Dia semakin membenci gadis itu, bagaimana tidak, setelah Ayra masuk ke dalam rumah mereka, banyak petaka menimpa keluarganya.
"Jaga sikapmu, Maya! Tidak ada yang salah pada diri Ayra!"
"Papa belain dia dan menyalahkan Mama? Bagaimana kalau Mama melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Ayra? Pulang malam setelah seharian jalan dengan pria lain? Papa bisa terima? Istri macam apa yang pulang malam tapi tidak minta izin dari suaminya?"
Ayra yang menjadi objek kesalahan, hanya bisa diam, meremat jemarinya. Jantungnya bergetar hebat. Dia takut kalau sampai Dito ribut dengan Dewa, dan ini semua karenanya.
"Jadi, mau kamu apa?"
Semua menunggu jawaban Dewa. Dia juga lihat kalau Ayra menunggu jawabannya. Egonya sebagai seorang pria tertantang. Memutuskan tanpa mempertimbangkan, hanya berlandaskan amarah sesaat.
"Aku gak bisa menerima istri yang punya kelakuan buruk seperti itu, jadi aku akan menceritakan Ayra!"
Hampir saja Maya melompat kegirangan di depan mereka, tapi karena takut suaminya akan semakin marah, jadi dia memutuskan untuk menyimpan perayaan nya nanti saja.
"Apa katamu? Apa kamu sudah gila?" umpat Dito sampai bergetar. Tubuh pria itu tergoncang hebat oleh serangan yang diberikan Dewa. Maya dengan sigap segera menangkap tubuh Dito dan memapah duduk.
"Iya, Pa. Aku ingin berpisah dengan Ayra!"
Ayra yang dilanda rasa bersalah, ingin sekali pergi dari sana, tapi aneh, kakinya seakan sudah menyatu dengan lantai, tidak bisa bergerak. Dari tempatnya, dia hanya bisa mengawasi langkah Dewa yang sudah pergi meninggalkan mereka. Tangisnya dia tahan, ini semua salahnya. Kalau saja dia menolak ajakan Egi menemui produser itu, dia pasti tidak akan pulang selarut ini, dan pertengkaran ini tidak akan terjadi!
"Lihat'kan, ini semua salahmu! Kau bawa malapetaka di rumah ini. Karena mu, suami dan anakku yang sejak dulu kompak jadi saling membenci!"
Dito yang megap, tidak bisa membela Ayra. Mengumpulkan napas saja dia sudah kesulitan.
"Pergi kau dari hadapanku! Wanita pembawa sial!"
***
Ayra mengetuk pintu kamar Dewa, karena dia mendapati pintu itu terkunci, tidak seperti biasa yang selalu terbuka untuk dirinya.
Tok... Tok... Tok...
Berulang kali mengetuk, tapi si pemilik kamar tetap memekakkan telinganya. Jelas dia sudah tahu siapa yang ada di balik pintu itu, dan dia tidak ingin menemuinya saat ini!
"Non, kamar non sebelah sini," panggil Bi Inah yang mendapati Ayra mengetuk pintu kamar Dewa, menebak gadis itu ingin masuk karena masih menganggap itu kamarnya juga.
"Loh, kenapa dipindah, Bi?"
Kening Ayra berkerut. Pertengkaran baru saja terjadi beberapa menit lalu, kenapa barangnya sudah dipindah? Jelas itu dilakukan bukan malam ini. Sangat terencana, dan tebakan Ayra jatuh pada Maya.
"Tadi pagi, ibu minta membawa keluar barang-barang non yang ada di sana. Kata ibu, mulai sekarang kamar non Ayra di situ," terang Bi Inah menunjuk pintu kamar yang paling ujung di lantai dua itu. Sebenarnya tidak terlalu jauh dari kamar Dewa, hanya saja tidak berdampingan, padahal kamar di sebelah masih kosong karena kamar kedua mertuanya berada di lantai satu.
"Oh, begitu, Bi. Makasih ya sudah bantuin pindahin barang-barang aku." Ayra memeluk Bi Inah, lalu izin masuk ke dalam kamar. Di sana dia melepaskan semua kepenatan dalam hatinya lewat tangisan.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya