Seorang gadis yang malang dia titipkan di panti asuhan oleh ayahnya sendiri selama bertahun tahun.
Banyak ujian yang pahit yang ia lalui sendirian tanpa sosok ayah di sisinya.
Dan suatu musibah terjadi, membuatnya harus terjebak bersama sosok pria yang terus menyiksanya.
Namun apakah ia sanggup untuk bertahan, di sisi Zein Alexander yang terkenal kejam dan terus menyiksanya?.
Dan bagaimana dia bisa lepas dari Zein Alexander?, apakah Celin akan terus terjebak bersama pria itu?.
Ikuti Kisah Mereka Yuk:
_Gadis Milik Tua Muda Kejam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Les07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Hay Guys, beberapa hari ke depan author akan sibuk sekali, dan mungkin sedikit waktu senggang buat up😭
Buat kalian semua sabar ya nungguin up nya, author akan usahain demi kalian walaupun ceritanya belum sebagus yang lain, tapi author harap kalian tetap menemani author berkarya😊
Selamat membaca ya, jangan lupa tinggalin jejak kalian🥰
...----------------...
Setelah selesai makan malam Zein mengumpulkan semua pelayannya di ruang utama. Setelah semuanya berkumpul dan berbaris dengan tertib. Zein menghela nafas pelan, dia akan memberitahukan pernikahannya dengan Celin agar tak ada gosip miring tentang mereka berdua.
"Dengar kalian semua, saya mengumpulkan kalian semua di sini untuk memberitahukan suatu hal yang penting. Ingat baik baik Celin Alicia adalah nyonya di rumah ini, dia adalah istriku. Mungkin kalian akan terkejut dan bertanya tanya kapan kami menikah, namun kalian tak perlu tau memang itu lah kenyataannya"
Ucap Zein datar dan tenang, bukan tanpa alasan dia mengatakan itu namun juga dia yakin masalah selanjutnya akan datang, Zein telah mempersiapkan semuanya dengan rapi. Setelah mengatakan itu dia berlalu langsung pergi ke ruang kerjanya, mengabaikan desas desus dari pelayannya.
Sedangkan seluruh pelayan masih terkejut dan tak percaya tentang status Celin notabenya seorang pelayan seperti mereka, sekarang menjadi nyonya mereka, banyak yang senang dan ada juga yang tak suka, terutama Lira dia telah mengepalkan kedua tangannya erat, dia sangat membenci Celin dan kenyataan itu.
"Apaan di mana mana hanya aku yang pantas menjadi nyonya di rumah ini" ujar Lira meninggikan suaranya dengan nada kesal, sontak mereka semua menatap Lira sinis dan mulai mencibir menggunjing wanita tersebut.
Sedangkan bi Jum hanya menggeleng kepala, dia segera berlalu dengan perasaan senang sejak awal bi Jum memang mengharapkan Celin yang akan menjadi istri tuannya itu.
Beberapa pelayan lainnya juga ikut senang, karena mereka juga telah mengenal Celin dengan baik, sikap ramah Celin dan keceriaannya mudah berbaur dengan mereka.
"Aku senang sekali jika nona Celin yang jadi nyonya dirumah ini" ucap salah satu pelayan dengan antusias.
"Iya semenjak dia datang kita bisa melihat tuan Zein lebih sering pulang ke mansion, dan lebih banyak bicara"
"Hm kau benar, selama ini istana megah ini sangat sepi"
"Iya semoga saja mereka akan tetap bersama sampai hari tua nanti" ucapnya lalu di setujui oleh pelayan yang lain.
"Huss sudah sudah kita lanjutkan pekerjaannya" ucap salah satu pelayan menegur.
*
Di sisi Lain, Celin telah berada di dalam kamar luas milik Zein perlu perdebatan yang panjang agar Celin pindah kesana, dia juga merasa kesal yang katanya nikah kontrak tapi kenapa harus tidur bersama.
Celin mendengus, dia pindah ke kamar ini tanpa memindahkan pakaiannya, toh percuma dia juga tak memiliki banyak baju hanya beberapa potong saja selama dia menjadi pelayan di sini, semua bajunya masih berada di kosnya.
Mengingat kamar kosnya, entah apalah yang terjadi bisa saja ibu kos itu membuang barang barang Celin, karena dia telah lama meninggalkan tempat itu, karena terjebak di sini.
Celin langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang king size tersebut. Hal pertama yang Celin rasakan adalah rasa empuk yang sangat nyaman di tubuhnya.
Celin terlentang menghadap ke langit langit kamar, seketika bayangan yang terjadi 2 jam yang lalu kembali terlintas di kepalanya, membuat pipi Celin seketika memanas. "Arghh gila, huhu, dia udah melihat semuanya"
"Kesal kesal" pekik Celin berguling guling di atas ranjang, dia sangat malu di campur marah mengingat kejadian itu. Bagaimana tidak handuknya melorot tepat di hadapan suaminya, sungguh hal yang sangat memalukan dia merutuki dirinya sendiri. Celin tidak sadar bahwa dia telah melalui malam pandang bersama Zein.
"Dasar Zein menyebalkan, otak mesum" pekiknya.
"Ekhem"
Celin tersentak, dia langsung melihat ke arah sumber suara. Zein menatapnya tajam, melihat tatapan horor dari suaminya Celin menelan salivanya kasar.
"Ka-kapan kau datang?" tanyanya terbata bata. Zein tak menjawab dia berjalan menghampiri ranjang dengan kedua tangan berada di dalam saku celana.
Celin tiba tiba merasa ketakutan, dia menggulung tubuhnya dengan selimut bak kepompong. Zein telah mengikis jarak dia mendekatkan tubuhnya dengan Celin sembari menatap tajam.
"Jangan macam macam, dasar otak mesum" desisnya penuh penekanan. Sontak Zein mendekatkan wajahnya kepada Celin, sehingga jarak wajah mereka hanya sekitar lima centimeter, Celin panik jantungnya berdetak cepat, rasa gugup melanda dirinya.
"Pletak"
Zein menyentil jidat Celin kuat, membuat wanita yang telah berstatus sebagai istrinya itu meringis. "Apa yang kau pikirkan?"
"Kau berpikir aku akan menciummu?" ujarnya sudut bibir Zein sedikit terangkat, melihat wajah panik istrinya.
"Kau, kau sangat menyebalkan, jangan menyentuhku" kata Celin menatap sengit.
"Aku sudah melihat semua anggota tubuhmu, apa kau lupa kita pernah melalui malam panjang saling bertukar keringat, penuh gairah kenikmatan dan kau bahkan mendesah keenakan di bawahku" ucap Zein dengan suara beratnya, dia mengukung Celin.
Mendengar itu Celin tercengang tak percaya, semburat pipinya terasa panas jangan di tanya jantung Celin telah berpacu cepat.
Melihat wajah panik istrinya Zein seketika beranjak lalu tergelak "Hahahahaha" dia tertawa renyah membuat ketampanannya bertambah berkali kali lipa, terlihat lesung pipi Zen di pipi sebelahnya. Celin seketika mengerutkan dahi melihat suaminya tertawa, baru kali ini Zein melihat pria itu tertawa yang biasanya dia hanya melihat tatapan tajam dan wajah mengerikan.
"Hey kenapa kau tertawa" pekik Celin tak terima, dia berusaha menggerakkan tubuhnya yang terbalut dengan selimut, namun sialnya Celin tidak bisa bergerak sedikitpun, salah dirinya sendiri membungkus tubuhnya seperti kepompong.
Melihat itu Zein seketika berhenti tertawa dia menarik ujung selimut dengan kasar, sehingga membuat tubuh mungil itu berguling di atas ranjang.
"Arghhhh" pekik Celin lalu kembali menarik selimut guna menutupi dadanya.
"Kau pergi dari sini aku ingin tidur" teriak Celin.
"Bisa tidak kalau berbicara jangan berteriak, kau merusak gendang telingaku" bentaknya.
"Terserah mulut mulutku, jangan sewot"
"Keluar sana" lanjut Celin
"Hey ini kamarku!" jelas Zein tak terima. "Jika kau ingin tidur, tidur lah di sofa!" ucapnya enteng.
Celin mendelik kesal "tidak aku tidak mau" ucapnya memperbaiki posisi tidur dengan nyaman di atas ranjang, lalu memejamkan matanya.
Zein tak menggubris dia juga ikut naik ke atas ranjang membaringkan tubuhnya di samping Celin. Sontak Celin membuka matanya melirik kesamping "Hey kenapa kau tidur di sini?"
Zein tak menjawab, dia memejamkan matanya dengan tangan berada di atas kepalanya. "Hey kau tidur di sofa sana!" cetus Celin melempar wajah Zein dengan bantal.
Zein tersentak, dia melirik tajam. Lalu menangkap tangan Celin menggenggamnya erat. "Diam atau kau akan aku telanjangi" kata Zein tersenyum miring. Celin terbelalak lalu menarik tangannya kasar.
"Kau menyebalkan dasar otak mesum" pekiknya lalu beranjak menarik selimut, tak lupa dia kembali melempar Zein dengan bantal. Perasaan dongkol menyelimutinya, Celin menggerutu sembari menghampiri sofa tempatnya akan tidur malam ini.
"Dasar pak tua, awas kau!" desisnya lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa yang lumayan empuk setidaknya badannya tak akan terasa sakit ketika bangun tidur. Zein terdiam melihat tingkah istri kecilnya itu, seketika dia senyum tipis menghiasi wajahnya, lalu Zein memejamkan matanya.
Perlu di ketahui baru pertama kali ini Zein tidur lebih awal karena biasanya dia tak pernah tidur sama sekali, karena gangguan tidur atau isomnia.
*
Keesokan harinya.
Byurrrrrr......
"Akhhhh" sentak Celin terbangun, mengusap wajahnya kasar.
"Enak sekali kau tidur, dasar wanita tapi bangun kesiangan" sindir Zein membuat Celin menggeram kesal.
"Apa kau bilang hah" pekiknya kesal.
"Sudah jangan mengajakku berdebat, cepat bangun siapkan kebutuhanku" ujarnya dingin, lalu berlalu masuk kedalam kamar mandi. Celin mendengus, dengan perasaan jengkel dia bangkit, terpaksa dia berjalan menghampiri walk in closet, menyiapkan pakaian kerja Zein dengan asal.
Celin meringis saat melihat walk in closet milik Zein yang sangat lah luas, terlihat jejeran jaz mewah tertata rapi didalam lemari kaca, koleksi jam dan aksesoris dan lainnya. Tentu saja harganya selangit, membuat Celin tak habis pikir.
"Dasar orang kaya" gumannya lalu memilih pakaian yang akan di kenakan suaminya itu.
"Argh kenapa aku bisa menikah dengan pria itu, menyebalkan sekali" gerutunya lalu meletakkan pakaian di atas ranjang, dia juga menyiapkan sepatu, kaos kaki, dasi kecuali pakaian dalam tentunya.
Lalu Celin pergi keluar kamar, untuk menyiapkan makanan, meski pernikahan ini sekedar pernikahan kontrak namun Celin sadar bahwa statusnya tetaplah seorang istri yang harus patuh dan melayani suami, dia tak ingin menjadi durhaka dengan suami.
*
"Sialan Zein, beraninya dia terus mengalahkan ku!." geram pria itu melemparkan tab dengan kasar, dadanya naik turun melihat berita di mana Zein memenangkan sebuah tender bernilai miliaran itu.
"Kurang ajar, tunggu saja aku akan menghancurkanmu Zein Alexander!." dia tersenyum smrik seraya mengepalkan tangan dengan erat.
_To Be Continued_
woyy alice enk ajja nuduh sembarangan
lanjut thorr